PPC Iklan Blogger Indonesia

Jumat, 31 Desember 2010

Kecantikan itu ada di sini

Ada 3 hal mendasar yang mempengaruhi �kecantikan� manusia. Pertama, Body (Tubuh),kedua, Soul (jiwa), Ketiga, Spirit, (Semangat�Kekuatan Jiwa). Namun disini� kita tidak akan membahas tentang Body /Tubuh manusia karena yakin, bahwa setiap kita pasti sudah lihai menilai setiap Body /Tubuh seseorang, tidak dapat disangkal setiap kita pasti bisa menilai mana yang cantik, ganteng atau bagus badannya, walaupun penilaian tidak identik dengan pilihan� Jiwa terbagi atas dua bagian, yaitu mind (pikiran) dan mood (Suasana Hati), pikiran dan suasana hati adalah dua hal yang sangat berpengaruh pengembangan kepribadian seorang Muslimah.

Dalam mengembangkan Kepribadian kita harus bisa memahami bahwa setiap orang memiliki sifat yang kita suka, dan sifat yang tidak kita suka, begitu pula kita, kita memiliki sifat yang orang suka dan tidak suka. Untuk mengidentifikasi itu semua, cobalah di rumah, lakukan sebelum tidur, tulis diatas secarik kertas di bagi dua, di sebelah kiri tulis sifat anda yang kurang baik, misalnya; kurang sabar, kurang disiplin, kurang ramah, kurang menolong orang, kurang senyum dst� di sebelah kanan sifat baik anda, misalnya disiplin (jika memang demikian), ramah, pemaaf, dan sifat baik lainnya yang anda miliki�setelah itu, sebelum beranjak tidur berjanjilah dan bertekadlah dalam hati� ucapkan � Ya Allah, mudah-mudahan mulai besok pagi saya bisa mengurangi dan merubah sifat-sifat kurang baik saya�� kurang baik kepada orang, kurang disiplin, kurang ramah kepada orang, dan berilah saya kemampuan untuk bisa meningkatkan sifat baik saya, untuk bisa lebih ramah lagi, bisa lebih mengerti orang, dst�� saat bangun sebelum mengambil air wudlu, bercerminlah dan ucapkan dalam hati Ya Allah� saya bersyukur atas apa yang Engkau berikan kepada saya berupa �kecantikan� bukan kecantikan wajah saja tapi kecantikan hati, jangan katakan : sudah jelek, jerawatan, kurang ramah dan berbagai sifat kurang baik lainnya� karena dengan respon negatif pada diri sendiri di pagi hari berarti anda telah memulai hari ini dengan negatif dan tidak semangat� jika anda mengawali hari ini dengan penuh syukur dan respon positif� maka Insya Allah hari ini akan membawa kepada kebaikan, dan Allah akan memberi kita kekuatan untuk lebih bisa mempercantik diri kita dengan bersikap, bertutur lebih cantik dan melihat hal apapun disekeliling kita dengan cara pandang yang cantik (positif). Coba lakukan hal ini selama 21 hari berturut-turut, setelah 21 hari anda akan merasakan perubahan dalam diri anda lewat tanggapan orang-orang yang ada di sekitar anda, anda akan merasakan pikiran anda lebih cantik, perasaan anda lebih cantik, tutur kata anda lebih cantik, terlebih bisa memandang orang lebih cantik berbeda dengan 21 hari yang lalu. Sehingga pribadi kita lambat laun akan menjadi cantik.o:p>

Melihat orang dengan kurang cantik� berarti anda melihat pertama kali orang tersebut dengan anggapan negatif, menyeramkan dan kata-kata negatif lainnya, berhati-hatilah karena itu pertanda hubungan anda dengan orang tersebut akan kurang baik. Tetapi jika kita memandang orang dengan cantik, walaupun stelannya memang begitu kurang mengenakkan, maka kita akan menganggap orang tersebut dengan positif dan hubungan anda dengan setiap orang akan selalu baik, karena kita percaya dibalik mimiknya yang kurang mengenakkan tersebut ada kelebihan yang dimilikinya yang boleh jadi bisa dikerjasamakan dengan diri kita. Jangan cepat berfikir negatif� Bersambung� (Sumber : Ibu Farida & sumber lainnya)

Cermin Positif

Mengkritik itu mudah, karena melihat kesalahan orang lain itu gampang. Namun kritik yang didasari oleh mencari-cari kesalahan orang lain tak mungkin dapat mempermudah keadaan. Anda tak perlu menghabiskan waktu dan tenaga anda untuk menilai apakah orang lain telah berbuat salah atau benar. Karena itu sangat mudah! Yang sulit adalah melihat kesalahan diri sendiri. Waspadailah bila anda begitu pandai mengkritik. Jangan-jangan anda tak mampu lagi melihat kebenaran. Dan sebuta-butanya orang ialah mereka yang tak bisa menangkap cahaya kebenaran. Sekali anda gembira bisa menemukan sebutir debu kesalahan orang lain, anda tergoda untuk mendapatkan yang sebesar kerikil. Begitu seterusnya, hingga tanpa sadar anda telah menciptakan gunung kesalahan orang. Orang tak pernah suka berkaca pada cermin yang memantulkan kekurangan wajahnya. Maka dari itu janganlah anda menjadi bayangan atas kesalahan orang lain. Bantulah mereka menemukan sisi positif diri mereka. Di saat itu pula orang lain akan memantulkan sisi baik anda sendiri.

Dibalik Pesona Pribadi Muslimah

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak". "Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...." Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?" Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. Lama kemudian, si anak tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan. "Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?" Dalam mimpinya, Tuhan menjawab, "Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur. Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu. Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa. Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah. Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap.

Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya. Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak? Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi. Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan". Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu jika beliau masih hidup, karena di kakinyalah kita menemukan surga. ( sumber : dari milis seorang kawan Special untuk Hari Ibu ).

Itulah pesona pribadi yang lahir dari seorang Ibu/wanita yang tulus, tak pernah lekang oleh waktu, tak pernah lekang oleh usia, sekalipun usia makin lapuk, jika pesona kepribadian itu sudah melekat dalam dirinya, pesona bathiniyah itu akan terus memancar lewat seraut wajah yang tampak, lewat tindakan, ucapan, tindakan juga perbuatan seorang muslimah.

Saudariku�Mutiara-Mutiara yang memancarkan pesona indah itu telah berkilauan sejak masa keislaman mulai merebak ditengah sebagian besar wanita jahiliyyah pada saat itu. Sarah Istri Ibrahim adalah seorang istri yang memiliki Kecantikan yang Luar Biasa, namun tenang dalam menghadapi cobaan, penuh tawakal kepada Allah, pintar dalam memahami resiko yang dihadapi, sehingga Allahpun memuliakan Sarah Istri Ibrahim. Begitu pula Hajar Ibu Ismail, Khadijah, Fatimah Az Zahra dll.. Pesona �Pribadi� mereka tetap harum dan terkenang sampai sekarang, walau mereka sudah tiada, bahkan diabadikan dalam hadits. Wallahu a'lam.

Menjadi Minoritas di tengah Mayoritas

Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 1 Maret 2004, kami diundang untuk mengikuti Local Women Conference, ini menjadi satu hal yang terhitung baru bagi kami, setelah beberapa lama tidak bersentuhan dengan dunia wanita diluar (dt) yang terbilang sarat dengan hiruk pikuk duniawi, namun mengalami percepatan yang luar biasa. Yang terbayang saat itu, sebuah konferensi besar, yang membicarakan tentang kesetaraan, gender, dan pengakuan hak dengan para orator yang cerdas dan pintar dalam berretorika dan berdiplomasi, memperjuangkan suara perempuan di tingkat parlemen, sebagai wakil penyambung lidah aspirasi perempuan, dalam penentuan kebijakan� yang disana terdapat orang pintar-pintar, merencanakan sebuah agenda agar wanita bisa eksis di sector public, termasuk didalamnya bisa berperan di tatanan legislatif�dan subhanallah�banyak hal yang dapat kami ambil pelajaran.o:p>

Wanita, Makhluk yang unik�itulah kesan penulis, saat mengikuti konferensi tersebut, mengapa..? di berbagai forum katakanlah di acara seminar, lokakarya atau konferensi atau acara lainnya yang nota bene heterogen, wanita selalu menjadi makhluk minoritas yang jarang bersuara, dan andaikan bersuarapun tidak banyak jumlahnya, hanya segelintir orang saja, namun tatkala acara tersebut khusus diadakan untuk perempuan atau muslimah (Homogen), subhanalloh� ide-ide kreatif itu muncul ke permukaan dengan maksimal, nyaris semua wanita bersuara, bahkan berebut, ini tidak hanya di lingkup besar, bahkan lingkup kecil sekalipun, teringat beberapa pekan lalu kami mengadakan Pelatihan Ekonomi Rumah Tangga Islam, yang memang khusus diadakan untuk muslimah dan kaum ibu, itupun sama, nyaris tidak ada satupun peserta yang tidak ikut berpendapat, padahal jika di acara yang notabene heterogen, terbilang jarang sekali berpendapat, seolah ada nerveus kolektif, sehingga semacam ada sebuah beban psikologis yang refleks muncul, tatkala menjadi kaum minoritas, yang bukan hanya tak mampu mengungkapkan ide-ide, namun nyaris menumpulkan akal kritis, bahkan mungkin terbayang idepun tidak, walau tidak semua wanita mengalami hal demikian, namun tidak bisa kita pungkiri sebagian kita, mengalami hal yang sama. Tidak ada hal yang Allah ciptakan dengan sia-sia, satu sisi perempuan dengan "keterbatasannya" itulah yang membuat perempuan kurang eksis dalam perannya dibanding pria, konon hal itu disebabkan karena wanita lebih menyukai kerja kolektif dibanding pria, walau terkesan "keroyokan" tidak gentle (karena wanita memang dicipta dengan accessories kelembutan), atau kasarnya pengecut,� namun hal itu justru sebenarnya sesuai dengan apa yang diisyaratkan dalam Al Qur'an, bahwa Allah lebih menyukai hal yang dilakukan berjamaah, lihatlah lebah, walau makhluk kecil, namun mampu menghasilkan karya besar yang luar biasa. Maha Suci Allah yang telah mengatur potensi makhluknya sesuai dengan proporsi dan kapasitasnya.

Menjadi kaum minoritas (dalam perannya di sector public, instansi, organisasi atau partai) di tengah pertumbuhan penduduk yang mayoritas (hasil sensus jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari laki-laki), memang menjadi beban tersendiri yang seharusnya menjadi motivasi untuk lebih gigih dalam meng-up grade diri dan mempotensikan diri, bukan untuk merasa di maklumi (dianggap maklum) karena kita perempuan atau karena budaya timur yang seperti itu (biasanya perempuan seperti itu). Tidak dipungkiri memang, bahwa budaya partiarkhi (dimana dominasi peran dan kebijakan ada pada kaum laki-laki) di Indonesia masih sangat kuat, sehingga banyak kata "tabu" tatkala ada peran perempuan di sector yang didominasi peran laki-laki (sector penentu kebijakan, legislatif, atau organisasi lainnya). Saudariku� perempuan dicipta Allah bukan hanya sekedar untuk menjadi buruh pabrik (karena mayoritas buruh pabrik perempuan), bukan pula untuk sekedar menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita) yang sering menjadi korban kekerasan para majikan, bukan pula dicipta sekedar untuk menjadi seorang istri yang hanya melayani sang suami ansich�tak lebih dari itu� tidak tergerakkah kita untuk membantu kaum sesama kita yang mengalami keterpurukan dan ketertindasan oleh ekonomi, oleh system, oleh budaya, oleh suami yang kurang memposisikan istrinya sebagai orang yang harus dimuliakan, dibantu, diberi pendidikan yang layak, di motivasi untuk menjadi perempuan yang tangguh dalam kelembutannya sebagai ibu peradaban, pendidik pertama manusia� bukankah hal itu juga dilakukan Rosul pada Khadijah, Aisyah dan istri-istri yang lainnya�? Waalahu a'lam.

Apa Yang kita dapat...

Ramadhan sudah 10 hari�. Apa yang telah didapat di 10 hari yang telah terlewat�? Sebuah pertanyaan yang tak perlu dijawab dengan lisan, tetapi dijawab dengan hati dan berbagai tindakan amal baik kita� sudah sering kita dengar dari berbagai ceramah bahwa di bulan ini banyak hal (amal) yang bisa kita dapatkan, namun entah mengapa banyak pula hal yang membuat kita lalai untuk mendapatkan berbagai amal tersebut� Ramadhan yang sarat dengan janji pahala dan ampunan itu sudah sering kita dengar bahkan berkali-kali, karena Ramadhan terus berulang�namun riyadhoh dan ikhtiar kita untuk mendapatkannya pun terkadang terjebak di keinginan saja, atau di planing saja, atau di awal-awal saja� boleh jadi hal itu terjadi karena kita lebih sering men�tolerir� diri dengan berbagai dalih, daripada men�tolerir� berbagai janji yang Allah berikan� namun Wallahu�alam, hanya diri kita yang tahu apa dan sejauh amalan yang kita perbuat.

Saudariku yang disayang Allah�Alkisah, Ramadhan lalu ada seorang akhwat yang mengisi hari-harinya dengan berbagai amalan yang menjanjikan pahala, berbagai buku, hadist, dan kajian tentang Ramadhan diikuti dan diamalkannya, bahkan di 10 hari terakhir, sang akhwat ini mengkonsentrasikan hari-harinya untuk beri�tikaf disebuah masjid, dengan sebuah harapan agar Allah memberikan seorang teman, ikhwan shalih yang akan menemaninya dalam beribadah dan lebih banyak mendapatkan pahala lebih banyak di sisi Allah� satu keyakinan yang tertancap di diri akhwat ini adalah: bahwa Allah Pasti Akan mengabulkan do�a dan harapannya, jika dirinya bersungguh-sungguh dalam memohon dan menghiba harap dihadapanNya� Walhasil� beberapa bulan setelah Ramadhan akhwat ini dipertemukan dengan seorang ikhwan yang tidak pernah diduga sebelumnya, sebagai gambaran, akhwat ini memiliki� daya pikat yang luar biasa, selain seorang yang cerdas, memiliki pemahaman agama yang luas, juga segudang prastasi dalam berbagai hal, termasuk studinya yang mendapat predikat cum laude, sikapnya yang vocal dan kritis membuatnya memiliki harapan bahwa suami yang kelak mendampinginya-pun seorang yang kritis dan mendalami berbagai ilmu� singkatnya, sang akhwat ini dipertemukan dengan seorang nyaris biasa dalam segala hal�Sang akhwat yang biasanya mendata kriteria tatkala ada ikhwan yang ingin berta�aruf dengannya, kali ini tanpa basa basi hatinya langsung bisa menerima kondisi apapun yang dimiliki sang ikhwan.

Maha Suci Allah yang telah menggerakkan hati setiap manusia yang dikehendakiNya..beberapa bulan kemudian sang akhwatpun menikah, dan sungguh beruntung karena suami yang dia kira biasa-biasa saja, ternyata memiliki kelebihan lain yang tidak dimiliki sang akhwat, yaitu perhatian dan rasa sayangnya yang luar biasa terhadap wanita dan memiliki karakter romantis� (sebuah karekter yang mungkin diharapkan setiap wanita)�dalam perjalannya mengarungi bahtera rumah tangga� sang akhwat mulai merasakan kegelisahan, amalan�amalan hariannya mulai luntur satu persatu, dipuncaknya Allah memberikan sebuah ujian yang sarat makna dan sarat hikmah� dalam sujud panjangnya di awal Ramadhan ini, sang akhwat bergumam: �Ya Rabb hari ini, hamba datang kepadaMu untuk kembali menjemput pahalaMu yang sempat tenggelam oleh kenikmatan yang Engkau Anugrahkan� Terima Kasih Ya Rabb masih Engkau beri hamba kesempatan untuk bertaubat�hari ini dengan segala keterbatasan (materi maupun fisik) yang kumiliki� izinkan hamba merengkuh segala Kasih dan Sayang Mu� terimalah taubat hamba�*� o:p>

Sebuah kisah biasa, nyata dan sederhana� yang mungkin pernah juga menimpa diantara, sebuah penurunan ketaatan tatkala Allah berikan nikmat dan anugrah yang besar pada kita�beruntunglah jika kita masih dikaruniai Allah kepekaan terhadap naik turunnya keimanan kita�karena tidak sedikit orang yang diingatkan Allah, namun hatinya tidak lagi peka, sehingga dia menjadi orang yang lalai. Ramadhan adalah moment yang tepat untuk merubah segalanya menjadi lebih baik� Ibarat seorang pedagang yang mengetahui adanya masa untuk meneguk laba yang luar biasa, maka Ia akan memilih dan memilah. mana barang-barang dagangan yang akan memberikan laba besar ketika ia jual. pun demikian seorang muslim akan berkonsentrasi untuk mengetahui mana aktivitas positif yang akan menyebabkan diraihnya banyak pahala. Wallahu a�Lam.

Kamis, 30 Desember 2010

Kelalaian Sahabat

Ketika saya dan teman sebaya yang lainnya harus menunggu ibu untuk memotong rambut saya yang telah panjang dan berantakan, maka dia sudah mengenal salon sejak SD. Ketika kami diantara teman sebaya menggunakan baskom kaleng bekas untuk dijadikan kendaraan yang ditarik dengan menggunakan seutas tali dan mengitari kebun dengan bergantian, maka dia sudah menggunakan sepeda mini untuk bermain sepeda sungguhan. Ketika mobil hanya dimiliki oleh dua orang di kampung saya, maka keluarga mereka telah memiliki mobil dan rutin berlibur mengunjungi tempat � tempat wisata di Jakarta sana. Dia memiliki fasilitas lebih daripada kami kebanyakan. Kami pun kecipratan bisa menikmati sebagian fasilitas itu. Menonton Video, mendengarkan lagu anak � anak, atau kami bergantian belajar mengendarai sepeda berkeliling kampung. Saya dan Dia, melewatkan sebagian masa kecil selalu bersama � sama. Selain bertetangga, kami juga satu kelas ketika SD dan SLA. Dia sering bercerita akan kuliah ke Jakarta. Begitu jauhnya cita � cita yang dia inginkan.

Pada suatu ketika kami kelas 2 SLA, bapaknya menghadap Allah SWT. Dari titik itulah kemudian semua seolah amat sangat cepat berubah. Laju perputaran kehidupan terasa jadi sedemikian terasa dahsyat. Keterpurukan ekonomi keluarganya tidak bisa dihindari. Uang pesangon yang lumayan besar dari pekerjaan bapaknya di bank pemerintah tidak bisa dikembangkan dengan baik oleh ibunya. Dan entah sejak kapan, berita miring dari keluarga mereka mulai terdengar begitu jelas dan marak. Tentang Ibunya yang sering dikunjungi oleh beberapa orang lelaki yang bukan muhrimnya dan sekolah adik � adiknya yang tidak bisa diteruskan lebih tinggi lagi. Dan, entah sejak kapan pula saya seolah merasa tidak bisa seakrab dulu dengan dia. Tanpa saya sadari kami sudah jarang mengobrol, jarang bertukar pikiran. Mungkin karena ketidakpedulian saya, maka saya tidak merasa terlalu kehilangan.

Ketika kami sudah mempunyai kehidupan rumah tangga masing � masing, dalam hitungan tahun kedua dia telah bercerai dengan suaminya. Ternyata suaminya selama ini tidak mempunyai pekerjaan, dialah yang bekerja di Jakarta sebagai tenaga administrasi di sebuah pabrik, kemudian rutin setiap satu minggu sekali pulang ke kampungnya untuk mengunjungi suaminya. Alasan itulah sehingga membuatnya merasa lelah teramat sangat dalam menjalani kehidupan rumah tangga yang seperti itu. Dia mengambil keputusan untuk mengemban status janda. Bercerai dalam usia yang masih sangat muda.

Tidak berapa lama kemudian, terdengar kabar bahwa dia bekerja di Malaysia selama 2 tahun. Ah, mungkin itu pilihan yang tepat baginya untuk saat ini. 2 tahun berselang, ketika dia kembali ke kampung, saya menyempatkan diri untuk bertemu. Walaupun ada keinginan saya untuk mencoba mendekatkan diri kembali dengan kehidupan ketika masa sekolah dulu, namun rasanya suasana yang kami temui tidak secair dulu sebagaimana yang saya harapkan. Untuk selanjutnya, pertemuan kami adalah merupakan pertemuan yang �kebetulan saja� ketika berpapasan di jalan. Sungguh sangat alakadarnya, obrolan saya belum menyentuh menjadi suatu pendekatan layaknya seorang sahabat.

Ketika melewati muka rumahnya untuk berkunjung ke rumah mertua, dari luar saya merasa bahwa dia memperhatikan saya yang tengah menuntun anak � anak dari balik tirai kaca jendela rumahnya. Mungkin, ada sejumlah keinginan yang belum tuntas dia jalani. Tentang kesendirian yang dilalui tanpa suami dan anak. Terkadang saya mempunyai keinginan kuat untuk datang khusus menemuinya, paling tidak menjadi teman untuk bercerita. Ya, suatu saat saya harus mempunyai waktu untuk itu. Saya masih berniat untuk bisa menjadi �temannya� kembali

Hari ini saya melintas didepan rumahnya untuk kesekian kalinya. Sejumlah janji yang tertanam dihati belum sempat saya tunaikan. Saya masih dalam kondisi yang selalu terburu � buru.

�Oh, Yati mau berangkat ke Taiwan, mau kerja� seorang tetangga menjelaskan ketika saya menanyakannya.

�Sekarang ada dimana,Pak ? Sudah berangkat ke Taiwan belum ?� saya mengejar dengan pertanyaan berikutnya.

�Oh, saya kurang tahu, tapi katanya dia di Jakarta dulu ikut latihan 6 bulan, nanti baru berangkat. Ya, disini juga gimana ya, kasihan di rumah terus tidak ada kegiatan.�

Ini bukan berita yang saya harapkan. Selalu saja saya mempunyai alasan untuk belum sempat menemuinya. Saya tidak cukup waktu untuknya, bahkan untuk hanya sekadar mendengar rencana kepergiannya ke negeri orang. Atau sesungguhnya saya takut untuk terlibat dalam segala keluh kesahnya. Sehingga sadar ataupun tidak, saya sudah mengkonversikan kemalasan saya menjadi suatu alasan tentang sebuah kesibukan.

Baginya, jelas ini bukan kepergian yang mudah, karena bekerja diluar sebagai TKW pasti bukanlah cita � cita yang dia dambakan. Tapi nasib berbicara lain, dia harus menghidupkan kembali semangatnya. Mungkin dengan kepergiannya dia akan merasa lebih berarti dan berguna. ketidakpedulian saya akan kondisinya adalah hal yang sangat saya sesali. Padahal, bisa saja ditengah segala rutinitas, saya menyempatkan diri untuk mengajak dan mengenalkannya kepada komunitas pengajian. Jika adalah betul waktu yang menjadi kendala, toh seharusnya saya mencari cara lain, mungkin bisa dengan menitipkannya kepada teman yang lain u

Pertolongan Allah

Ditengah hingar-bingar perhelatan akbar final sepak bola Piala Dunia 2006 di Jerman, saya justru dikejutkan ketika membaca surat kabar di Bandung, tentang hasil Ujian Akhir Nasional (UN) Tingkat SLTA di bulan Juni ini. Begitu pula waktu media massa baik tv, internet, mulai menayangkan hasil-hasil ujian itu, bagi yang telah lulus tentu tidak menjadi persoalan yang pelik bahkan sudah menjadi kebiasaan yang turun temurun dengan merayakannya lewat konvoi keliling kota atau corat-coret baju seragam. Fenomena yang mengusik saya, ketika ada siswa yang sampai mau bunuh diri, membakar sekolah, mengalami depresi, yang lebih ironis justru ada siswa yang tergolong pandai tidak jadi lulus gara-gara nilai salah satu mata pelajaran UN, tidak sesuai dengan passing grade yang ditetapkan. Yang menjadi pertanyaan saya ada apa dengan pendidikan kita? Tentu kisah ini pelajaran yang harus dicari akar penyebabnya dan solusi pemecahannya.

Sebenarnya kisah ini mengingatkan saya ketika membaca buku best seller di Jepang berjudul �Toto Chan Gadis Cilik di Jendela� karya Tetsuko Kuroyanagi yang mengisahkan tentang konsep sekolah alam, dimana siswanya diberikan kebebasan belajar dalam mengembangkan ilmunya dan dapat langsung diaplikasikan dalam lingkungan sekolah tersebut. Buku itu juga mengisahkan seorang Toto Chan yang selalu mempertanyakan segala sesuatu tentang pendidikan yang sedang digelutinya. Apakah benang kusut pendidikan kita harus belajar dari seorang Toto Chan pikirku dalam hati. Kembali memoriku teringat pada adik ke-3 alias si Thole yang masih imut-imut hingga saat ini untuk seangkatan teman-temannya yang lulus dari SMA tahun 2000 di Bandung waktu itu. Yach kisah tentang hasil UN 2006 ini, sebenarnya sama dengan si bungsu waktu lulus tahun 2000, nilai matematikanya 2,8, jika ada lorong waktu seperti salah satu sinetron di salah satu tv swasta kita, mungkin Thole tidak lulus jika dia lulus tahun 2006 ini pikirku menerawang jauh.

Saya jadi teringat waktu dia lulus, terus berjuang untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi dari ikut tes penerimaan UMPTN 2000, program-program D3 di PTN Bandung. Ibarat ikhtiar semua sudah dijalani, hingga akhirnya saat tiba pengumuman, ternyata tidak ada satu pun yang diterima sedangkan teman-temannya banyak yang ketrima di PTN. Tentu dengan usia yang masih remaja belia waktu itu, sekitar 18 tahunan, dia mengalami depresi berat, hingga rambutnya gondrong dan wajahnya terlihat kusut. Saya pun mulai mencari jalan keluar agar adik bisa melanjutkan ke pendidikan tinggi lagi. Alhamdulillah, waktu itu masih ada penerimaan program D1 pertanahan di suatu institusi pendidikan kedinasan di kota Yogya. Saya luangkan ke kota gudeg waktu itu, untuk mendapatkan brosur dan informasi tentang pendidikan ini. Setelah sampai di Bandung lagi, saya pun terangkan kepada orang tua maupun si bungsu, tentang pendidikan D1 ini, awalnya adik menolak sebab hanya, D1?

Kemudian saya terangkan pada si Thole sembari saya tingkatkan mentalnya yang sedang down waktu itu. Hingga saya tempuh suatu strategi jitu, agar dia mau masuk sekolah itu yakni si Bungsu saya ajak jalan-jalan ke sekolah calon birokrat muda alias STPDN di Jatinangor. Ternyata strategi itu manjur, akhirnya adik mau mengikuti tes dan mengikuti pendidikan selama 1 tahun. Alhamdulilah setelah lulus tahun 2001 walau sempat menganggur 1 tahun karena dalam tes CPNS tahun 2001 tidak masuk. Dalam mengisi kekosongan kegiatan, adik masih diberi kemudahan oleh Allah Swt dalam memanfaatkan jeda waktu selama 1 tahun dengan kesibukan bekerja di institusi swasta. Hingga kembali kemudahan diberikan oleh Yang Maha Kuasa pada adik, seiring ulang tahun kemerdekaan negeri ini pada Agustus 2002. Kabar baik tentang tes CPNS yang berasal dari kakak kelas adik. Sewaktu masih belajar selama 1 tahun adik aktif di DKM masjid kampus, hingga kabar ada tes penerimaan datang dari kakak kelas sekaligus sahabat nya di DKM. Adanya kesempatan dan peluang itu tentu tidak disia-siakannya mengikuti tes lagi. Alhamdullilah, doa orang tua maupun kami sekeluarga dikabulkan oleh Allah, adik diterima menjadi PNS tahun 2003 di salah satu institusi pemerintah dengan penempatan di provinsi Sumatera Selatan. Wajah si bungsu tampak ceria ketika menyampaikan kabar itu kepada orang tua.

Subhanalah, setelah bekerja 1 tahun di Sumsel, bulan Agustus tahun 2004 adik kembali diberikan kemudahan dengan mendapatkan prioritas untuk tugas belajar atas nama lembaga, kembali ke kampus semula di lingkungan agraria/pertanahan di kota Yogya, tentu saya dan keluarga bersyukur akhirnya adik dapat meraih cita-citanya untuk menggapai pendidikan tinggi. Dari kisah ini tentu ada ibroh yang dapat diambil hikmahnya, sebagaimana firman Allah swt dalam (Q.S : Al Insyirah ayat 5-6) : � Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.� Wallahu a�lam bish showab

Kabar Di Hari Sabtu

Sabtu, Pagi 27/Mei/2006 pukul 06.10 WIB, saya sedang mengendarai sepeda motor menuju daerah pinggiran kota Bandung mengantar adik ke-2 yang akan kerja di daerah Kopo. Saya hentikan sepeda motor karena hp aktif, ternyata sms dari si bungsu yang sedang menimba ilmu di kota Yogya. Pesan sms membuat saya agak terkejut karena berisi informasi bahwa di kota Gudeg sedang dilanda gempa dahsyat. Spontan karena khawatir langsung saya telepon balik ke adik di asramanya yang terletak di daerah Godean Sleman.

Beberapa kali saya hubungi ternyata tidak bisa terhubung. Tentunya perasaan menjadi berkecamuk tidak karuan. Saya coba menenangkan hati, kemudian saya balik haluan kembali ke rumah di Kiaracondong. Setiba di rumah, saya aktifkan kembali hp, kembali ada pesan serupa sms dari rekan di Yogya tentang gempa bumi yang membuat warga Yogya dilanda kepanikan.

Pesan singkat itu menggerakkan saya untuk coba sms ke Pak Lik Irawan di Wates, Kulon Progo, Budhe di kota Yogya dan teman akrab alumni SMAN 1 Wates bernama Mardi yang sedang libur panjang di Klaten Jawa Tengah.

Kemudian ringtone hp pun kembali berbunyi, hp pun saya angkat, Mardipun dengan terbata-bata mengisahkan baru saja terjadi Lindhu atau gempa bumi dalam skala richter 5,9 yang melanda Klaten dan sekitarnya. Mardi berkata,� Koyo dhonya wis kiamat, omah podho rusak, okeh korban ne� (Seperti dunia sudah kiamat, rumah banyak yang rusak, korban yang tertimpa reruntuhan rumah banyak yang meninggal).

Pikiran saya pun jadi ikutan tidak menentu jangan-jangan banyak keluarga yang tertimpa musibah gempa ini. Kemudian saya putuskan telepon Pak Lik Irawan, beliaupun menjawab,� Yo bener nang kene yo keroso banget getaran gempa ne, Alhamdullilah kabeh keluarga uga podho selamat, omah yo ora opo-opo.� (Ya benar di sini juga terasa sekali getaran gempa nya, Alhamdulillah semua keluarga sehat semua, rumah juga tidak apa-apa). Kabar serupa juga datang dari keluarga Bude di kota Yogya, akan tetapi sebagaian tembok rumah Bude ada yang retak.

Spontan saya segera mengikuti perkembangan berita gempa di Yogya dengan melihat breaking news di tv, �Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji�uun.� ucap hati saya, terutama saat mendengar banyak korban jatuh di Bantul.

Saya pun mencoba menerawang jauh tentang Bantul, sebab ketika masih tinggal di Wates, ada kenangan yang sampai kini tidak terlupakan. Ya, dulu pernah bersepeda onthel ke Bantul, ternyata sekarang daerah itu benar-benar sedang berduka, sebab rumah banyak yang hancur, penduduk kekurangan bahan makan dan tempat tinggal. Tentu sahabat-sahabat di sana benar-benar membutuhkan pertolongan dari kita semua, pikirku dalam hati.

Ketika siang habis dzuhur, ibu yang tinggal bersama saya di Bandung, berulang kali ingin mengetahui keadaan putra bungsunya di Yogya? Alhamdullilah dengan telepon seluler akhirnya dapat terhubung, dia selamat dari musibah itu. Sembari memberi wejangan padanya, ibu berpesan agar selalu hati-hati dan sempatkan silaturahmi ke rumah Bude Yogya dan keluarga di Wates, tutur beliau.

Tentu musibah gempa bumi di Yogya ini, memberikan hikmah pada kita semua bahwa, �Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.� (QS Al Hadiid [57]: 22)

Selain itu kita juga harus sangat siap dengan berbagai macam ujian hidup ataupun bencana yang dapat terjadi kapan saja dan di mana saja yang dapat saja menimpa kita semua, sehingga alangkah baiknya jika kita senantiasa berlindung diri pada Allah SWT dengan jalan senantiasa berdzikir pada-Nya. Wallahu a�lam bish showab.

Writter Cyber MQ***

Bayangan Tak Terkejar

Sosoknya adalah sosok yang penuh cinta, kelembutan dan pribadi yang begitu memesona. Jilbab dan gaun gamis yang dikenakan memancarkan sosok muslimah yang ideal dan seorang ibu yang berwibawa. Pada setiap pertemuan, dia tidak akan pernah lupa untuk membuatkan kue. Kue sederhana namun sangat dinanti oleh semua rekan � rekan. Usia kami hampir sama, dan dia sudah memiliki seorang putera. Suaminya bekerja sebagai pegawai biasa, namun dukungan dari ibu mertua sangat membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beruntunglah, mertuanya sangat baik dan cukup berada. Mereka bisa tinggal di rumah milik ibu dari suaminya.

Setelah hampir satu tahun tidak mengadakan kontak, kami berjanji untuk bertemu. Dia akan mengadakan survey dan sekaligus bersilaturahmi. Dia duduk dihadapan saya. Senyumnya ramah, tutur katanya halus. Masih seperti dulu. Namun, ada satu yang berubah saat ini. Dia tidak menggunakan gamis seperti biasanya. Dia masih berjilbab, namun untuk ukuran dia yang selama ini saya kenal, saya merasa dia telah berubah. Ups! Saya mencoba menepis prasangka buruk ini. Saya tidak berhak untuk menilai, terlebih sekehendak hati.

�Hanya ini yang bisa saya lakukan. Saya bekerja untuk anak-anak. Mas tidak bisa menafkahi kami dengan cukup..� Saya sudah bisa menduga alasannya. Namun ada penolakan yang dahsyat pada benak saya. Tadinya saya berpikir dia bekerja di sebuah lembaga riset, karena dia mengatakan akan mengadakan survey atau jajak pendapat terhadap saya.

Namun ternyata, kenapa harus bekerja pada lembaga ini, yang jelas � jelas menjalankan usaha riba ? Pertanyaan itu hanya tercekat dikerongkongan.

Sekarang dia meminta saya untuk menjadi nasabahnya, dia sangat piawai menjelaskan segala keunggulan produknya. �Mbak, secara pribadi sebagai manusia normal, saya tentu ingin mendapatkan produk yang mbak tawarkan karena pendapatan yang akan saya terima sungguh luar biasa. Namun, saya tidak bisa menerimanya, karena ini mengandung unsur riba. Mbak lebih faham tentunya.� saya berusaha memberikan penjelasan tentang penolakan saya secara baik. Saya berharap, dia akan tersadar dengan segala ilmu agama yang pernah dipelajarinya.

Doktrin tentang keunggulan produk dan pembelaan dan sangkalan tentang penjelasan saya membuat saya semakin sedih. Saya terluka, saya merasa kehilangan dia.Sebagai wanita yang juga bekerja, saya sungguh memahami motivasinya untuk membantu ekonomi keluarga. Saya juga mengerti akan kesulitannya. Namun, saya tidak berharap dia untuk seperti ini. Penghasilannya sudah mencapai 20 juta rupiah perbulan, semakin aktif membangun jejaring bisnis, mencari teman baru karena target yang dikejar semakin tinggi. Sementara dia aktif membangun mimpi, anaknya berdua dengan sang bapak, di rumah. Ya, berdua saja.

Saya merasa sakit, sedih, dan marah. Saya sungguh tak berdaya mengejarnya, saya tak sanggup untuk membuatnya kembali seperti dulu, seorang wanita sederhana yang menyejukkan mata. Saya ingin merengkuhnya, memasukkan kembali ke dalam kenangan masa lalu yang terpatri di dalam benak.

Maafkan kami ya Rabb, atas segala kelemahan diri.

Pada Sebuah Kata Tulus

Pagi ini saya berangkat kerja dengan perasaan malas. Terutama bila mengingat jarak tempat kerja yang lumayan jauh.

�Kau harus semangat De, kalau kita semangat dan pekerjaan bisa selesai dengan cepat, kau kan bisa pulang lebih awal. Kita bisa bertemu dirumah lebih cepat juga. Jangan tertinggal dengan orang lain� Suami saya langsung tanggap ketika melihat gerakan saya yang lamban dan tidak bersemangat ketika akan berangkat.

Duh, tiba � tiba saya teringat akan suasana kerja yang tidak kondusif belakangan ini. Saya tidak bersemangat setiap memulai hari. Hal itu semakin terasa setelah beberapa orang teman berhenti dari perusahaan ini dikarenakan berbagai alasan. Belakangan saya terhanyut dengan situasi itu. Sekarang saya tengah rajin membuat peta kompetensi. Dengan begitu saya berharap bisa dapat petunjuk kearah mana karir saya akan berlanjut. Saya tidak ingin tertinggal jika kelak ada perubahan mendadak dari manajemen.

****
Dibawah jembatan penyebrangan yang berfungsi sebagai halte, saya berdiri menunggu bus yang akan membawa saya ketempat bekerja. Debu beterbangan, knalpot mengeluarkan asap yang menyesakkan. Ditengah situasi seperti itu, beberapa orang polisi dengan setia bertugas. Berdiri ditengah keruwetan lalu lintas yang padat berdesakan.

Beberapa menit setelah saya berdiri, lalu lintas diujung jembatan sana sepertinya makin terhambat. Rupanya sebuah mobil angkot tengah memperlambat laju sehingga memperparah kemacetan. Suara klakson bersahut � sahutan melengking tinggi memekakan telinga. Mereka tak sabar meminta jalan.

Entah mengapa, perasaan saya ikut terbawa juga dengan situasi itu. Saya agak kesal melihat kejadian yang bising dan ruwet tersebut. Polisi berjalan menuju sember kemacetan. Saya berfikir : sopir angkot itu pasti akan ditilang. Dan menurut saya itu sudah sewajarnya untuk dilakukan.

Kemudian, mobil angkot itu melaju sangat pelan sekali. Ternyata sopirnya tidak berada pada kemudi. Dia sedang terengah � engah mendorong mobil yang memuat beberapa penumpang wanita. Oh! Ternyata mobil tersebut mogok, dia bukan dengan sengaja membuat kemacetan.

Yang lebih menakjubkan, pak polisi membantu mendorong mobil tersebut dari arah belakang dengan sekuat tenaga. Mereka berdua bekerjasama agar mobil bisa dibawa ketepi. Sementara itu, dibelakang mereka suara klakson masih melengking tinggi, seolah tak perduli dengan kesulitan yang menimpa dihadapannya.

Saya telah salah menduga. Men-genarilisir tentang suatu peristiwa pada prasangka yang negatif. Sopir itu tak sengaja membuat kemacetan, dan polisi tersebut tidaklah hendak memberikan surat tilang. Beliau malah memberikan suatu pertolongan. Kebaikan yang tidak saya duga sebelumnya.

Pada pagi yang ruwet menurut versi saya itu, beliau telah bersedekah dengan tenaganya. Jabatan yang dimilikinya tidaklah mengunci hatinya untuk berlelah � lelah membantu seseorang yang tidak dikenalnya. Tulus! Kata itulah yang tepat dilekatkan pada hatinya. Aha! Mungkin ini yang menjadi penyebab kemalasan saya. Saya harus memeriksa sudut � sudut hati saya. Mungkin kekurang tulusan saya yang menyebabkan saya enggan berangkat ibadah menjemput rizki.

Belakangan ini saya tidak enjoy menjalani hari � hari pada pekerjaan. Saya lebih tertarik mendengarkan gossip tentang karyawan yang sudah keluar dan yang akan keluar. Saya terlarut dalam suasana yang tidak terkendali, dalam kekhawatiran yang seharusnya saya paham untuk menghindarinya. Saya tidak tulus menerima suasana kerja yang tengah berubah. Padahal, kemungkinan besar adalah bukan iklim kerja yang berubah, namun sudut pandang saya tengah mengalami pergeseran.

Saya harus bergerak untuk menggeser sudut pandang saya kepada posisi yang tepat. Meyakinkan kembali kepada tujuan hakikatnya bekerja. Kemudian, saya harus mengawal terus keyakinan itu. Setelah itu, biar Allah memilihkan yang terbaik untuk saya.

Rabu, 29 Desember 2010

Belajar dari Kisah Hidup Orang Lain

Setiap episode kehidupan tentu akan menghadirkan makna ataupun hikmah yang dapat dipetik. Ada satu kisah ketika saya bertemu dengan sahabat, yang sampai sekarang masih menjadi kenangan yang tak terlupakan. Dua tahun yang lalu sewaktu tinggal di Bandung, kedatangan tamu. Tamu tersebut adalah kakak kelas adik saya, yang sedang tugas belajar di Yogyakarta, Wandi namanya. Ia berasal dari Makasar atau dulu disebut Ujung Pandang. Tingkah lakunya yang sopan dan mudah bergaul, menjadikan saya sangat tertarik untuk berdiskusi dengannya.

Diawali dengan kisahnya setelah lulus sekolah, ia pun bercerita,� Mas setelah lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, sebenarnya saya juga ingin kuliah seperti teman-teman seangkatan. Akan tetapi orang tua mensyaratkan bahwa kemampuan untuk membiayai sekolah cukup sampai SLTA, karena dengan gaji bapak Wandi, Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan bawah, tentunya untuk membiayai pendidikan tinggi sangat berat, ditambah ibunya sebagai ibu rumah tangga biasa, � Tutur Wandi sambil menerawang jauh mengingat masa lalunya.�

Ketika orang tua mengatakan hal itu, Wandi pun tak lantas putus asa, ia menyadari bahwa realita kehidupan harus dijalaninya. Kemudian ia putuskan untuk mencari pekerjaan saja, dengan keahliannya yaitu mengajar ngaji. Subhanallah dengan keahliannya itu, ternyata Allah memberikan jalan untuk menjemput rejeki. Dari mengajar anak-anak di Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) atau privat yang sudah remaja, dewasa, tidak ketinggalan pula orang tua, dijalaninya sebagai sarana silaturahmi. Wandi jalani semua itu dengan tabah dan tawakal, karena ia menyadari bahwa hal itu sebagai profesinya. Untuk meningkatkan keterampilan dalam bidang komputer, tidak lupa mengikuti kursus Komputer.

Hingga suatu hari sewaktu kursus komputer, ia mendapat brosur lowongan kerja dari suatu instansi pemerintah. Dengan di dorong oleh keinginan untuk meningkatkan taraf hidup, Wandi mendaftar dan mengikuti tes penerimaan pegawai.

Sebelumnya tidak lupa ia minta ijin dan mohon doa restu kedua orang tuanya. Alhamdullilah, ia lulus tes tersebut dan akhirnya diterima menjadi pegawai. Setelah mengabdi selama dua sampai tiga tahunan, akhirnya institusi tempat Wandi bekerja, memberikan kesempatan untuk tugas belajar ke Yogya, tentunya ia tidak menyia-nyikan kesempatan itu. Dalam bersaing untuk tugas belajar di Yogya tersebut, ia harus bersaing juga dengan pegawai-pegawai lainnya dari utusan pegawai masing-masing kantor wilayah perwakilan provinsi seluruh Sulawesi. Alhamdullilah, ia lulus dan berangkat tugas belajar ke kota pendidikan. Suatu cita-cita yang telah lama dipendamnya. Cerita itu diakhirinya, karena ia harus istirahat dahulu, sembari dia berkata, �Mas besok pagi ikut ya?� Wandi ajak mas ke Cianjur, bersilaturahmi ke rumah bapak asuh, tempat dulu saya menginap sewaktu Praktek Kerja Lapangan di Cianjur, sayapun mengangguk tanda setuju.�


Dengan menggunakan bus antar kota, Bandung-Cianjur, kami bertiga : saya, adik bungsu, yang juga kakak kelas Wandi sewaktu pendidikan di Yogya, pergi ke Cianjur. Kurang lebih satu jam kamipun tiba di tempat yang dituju. Setiba di lokasi, Wandi agak lupa rumah bapak asuhnya, kebetulan ia menyebutnya �Bapak Haji.� Dalam hati, saya pikir rumah yang dikunjungi itu bagus dan rapih. Wandipun bertanya ke warga setempat, dengan logat Makasarnya yang tegas, akhirnya kamipun tiba di rumah �Bapak Haji�. Alhamdullilah pak haji masih mengingat Wandi, terlihat dari raut wajahnya tampak usia beliau sudah tujuh puluh hingga delapan puluh tahunan, tetapi tampak beliau masih sehat dan bugar.

Dengan logat Sundanya dia sapa Wandi, walo tetap pakai bahasa Indonesia, karena bapak haji tahu bahwa Wandi, belum faseh bahasa Sunda. �Bagaimana kabarnya, nak?�, baik pak, tutur Wandi. Ternyata rumah pak haji itu sederhana sekali, tidak seperti yang kubayangkan. Diapun bercerita bisa berhaji, karena dengan jalan menabung, diiringi niat yang kuat dan berdoa sehingga diberikan jalan kemudahan oleh Allah Swt, tuturnya kepada kami bertiga.

Alhamdullilah keluarga pak haji menyambut kami selayaknya saudara sendiri, hingga kami dijamu masakan khas Cianjur. Setelah makan siang kamipun berpamitan pulang kembali ke Bandung, pak haji beserta keluarga, merestuinya.

Sebelum berangkat tidak lupa kami mengerjakan sholat dzuhur di salah satu masjid di kota Cianjur. Setiba di Bandung, setelah istirahat terlebih dahulu, malam harinya Wandi berpamitan kepada saya dan keluarga di Bandung, karena kebetulan beberapa hari lagi ia akan wisuda di Yogya. Saya dan keluarga pun melepas Wandi, sambil berpesan,�Jangan lupa kasih kabar ya, setelah tiba Makasar.� Wandi pun menggangguk, sambil melambaikan tangannya dan berjalan menuju setasiun pemberangkatan Kereta Api ke Yogya.�

Gadis Kecil Itu..

Angkot ini hampir penuh, mungkin hanya tersisa tempat duduk untuk satu orang lagi. Tepat dihadapan saya, seorang gadis kecil berbaju lusuh dan berambut kusam duduk dengan tenang. Umurnya sekitar 10 tahunan. Rinjing hitam yang dibawanya lumayan besar. Saya menduga dia hanya sendirian saja. Ya, type gadis cilik desa yang terbiasa mandiri.

Angkot masih enggan melaju, berharap masih ada penumpang yang akan naik. Saya sedang memburu waktu dari Pandeglang menuju stasiun Kereta Api Rangkas. Syukurlah dua orang penumpang kemudian naik. Seorang pria sekitar 27 tahunan meminta gadis cilik menggeser duduknya. Karena ruang duduk tidak memadai untuk tambahan dua orang lagi, maka pria tersebut dengan sukarela mengambil inisiatif untuk memangku gadis kecil itu.

Beberapa waktu melaju, saya menikmati pemandangan rimbun pohon hijau dan persawahan. Subhanallah, tempat ini selalu menimbulkan pesona dan gairah bagi saya. Saya merasa hidup dalam kedamaian ketika berada di desa ini. Sampai kemudian seketika saya menyadari, pandangan saya berpapasan pada lelaki yang memangku gadis cilik tersebut. Tatapan pria itu tidak biasa. Entah karena berita tentang pelecehan yang akhir � akhir begitu membetot perhatian, atau karena memang saya tengah mengalami paranoid akan hal itu, saya mencoba membaca wajahnya dengan lebih detail dan seksama lagi.

Saya melihat tatapan matanya adalah tatapan kurang ajar. Senyumnya adalah seringai pelecehan. Darah saya langsung berdesir hebat, saya ingin marah tapi saya tidak bisa menumpahkannya langsung. Karena pelecehan yang dilakukannya bukan ditujukan untuk saya, tapi kepada gadis kecil yang berada dalam pangkuannya. Sekilas tidak akan tercium gelagat aneh tersebut, namun saya melihat gadis kecil itu risih, sebentar-sebentar dia bergerak memperbaiki posisi duduknya. Laki � laki kurang ajar itu leluasa menjalankan aksinya, rinjing besar yang dipangku gadis kecil membuat dia merasa aman. Saya sungguh merasa murka, amarah saya sudah berada dipuncak ubun-ubun, sementara penumpang yang lain tidak menyadari akan kejadian ini.


Dalam hati saya berdo�a dan memohon kepada Allah agar diberi kemudahan untuk menghentikannya. Karena sungguh gadis ini tidak berdaya dan tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Dengan keberanian yang saya kumpulkan, akhirnya saya tarik lengan anak gadis itu. �Kadieu Neng, calik sareng teteh� Beberapa detik kemudian gadis itu telah berpindah berada dipangkuan saya. Laki-laki dihadapan saya kaget, matanya menatap tajam. Saya tak henti berdo�a. �Memangnya anak ini siapanya kamu?� Dia bertanya dengan setengah nada gusar dan kasar. �Ini adik saya, kamu mau apa?� Suara saya tidak kalah galak, berusaha menepis rasa takut. Tak lama pria itu meminta turun, padahal dia telah membayar ongkos penuh menuju Rangkas. Saya bernafas lega, plong rasanya.

Kemudian gadis kecil itu menceritakan perlakuan tidak menyenangkan yang dilakukan pria tadi. �Kalau adik bertemu orang seperti itu lagi, teriak aja ya, gak apa � apa pasti banyak yang menolong. Jangan mau kalo dipegang - pegang, kamu harus berani�. Saya mencoba memberikan pemahaman kepadanya. Saya tidak ingin hak nya terlanggar. Dia mengangguk tanda mengerti. �Hati � hati dijalan ya� ada kekhawatiran yang terus menyergap. Sebelum dia turun, saya membekali dia dengan uang ala kadarnya.

Sepanjang sisa perjalanan saya begitu sedih, merasakan betapa rentannya anak � anak tak berdaya itu mengalami tindakan pelecehan. Seringai dan kerendahan moral yang dilakukan pria tersebut membuat hati saya tercabik-cabik. Kemudian berita dimedia tentang tindak kekerasan dan perlakuan tidak manusiawi terhadap anak membuat saya luka dan pedih.

Saya teringat gadis kecil saya yang tengah tumbuh meniti hidup dengan berjuta harapan. Namun sakit ini tidak hendak saya biarkan bersarang dan membuat lemah adanya. Saya ingin melahirkan generasi yang berani dan tahu bagaimana mempertahankan dan membela harga dirinya.

Saya harus dapat memberi pengarahan yang terbaik dan yang paling penting adalah saya tak hendak melepas setiap kesempatan dengan untaian do�a agar anak � anak kami terselamatkan dunia dan akhirat. Dalam setiap kesempatan, saya mengingatkan gadis kecil saya agar tak lupa terus berdzikir, ketika bermain, ketika diperjalanan menuju pulang dan pergi sekolah, ketika dirumah dan dalam setiap kesempatan yang memungkinkan. Kemudian, saya menitipkan kepada yang maha menguasai setiap mahluk agar Allah yang maha perkasa menjaganya dengan kasih dan sayang-Nya yang tak berbatas..

20 Juli 2006

Nenda_2001@yahoo.com

Bekal di Hari Tua

Dalam perjalanan dengan kereta api dari kota gudeg, Yogyakarta menuju Bandung, saya berdampingan dengan seorang bapak berusia limapuluh tahunan, beliau bernama bapak Budi. Ternyata dia mempunyai kesibukan bekerja di suatu perusahaan di kota Cimahi. Beliau menceritakan tentang kisah-kisah hidupnya yang dapat diambil hikmahnya, selain itu dia menambahkan kisah putranya yang telah bekerja di suatu perusahaan di Kalimantan maupun putrinya yang sedang mencari pekerjaan di kota Bandung.

Yach, dari cerita beliau saya mengambil hikmah bahwa orang tua tentu menginginkan anak-anaknya agar dapat berhasil dalam hidupnya. Yang terkesan bagi saya, ketika terdengar adzan subuh, beliau setelah berwudlu/bertayamum di kereta api, kemudian mengerjakan shalat subuh. Kereta tepat pukul 05.30 pagi WIB berhenti di setasiun kota Bandung. Kamipun bersama-sama keluar menuju beranda setasiun. Saya dijemput adik dengan sepeda motor, bapak Budi menggunakan angkutan kota menuju tempat kerjanya di Cimahi. Kejadian bersama bapak Budi ini terjadi bulan Agustus 2006 yang telah lalu.

Subhanallah, di awal September ini kembali saya bertemu kembali dengan bapak Budi baik dalam perjalanan dengan kereta api menuju kota Yogya, kebetulan saya ada keperluan kembali di kota pendidikan tersebut. Maupun ketika kembali ke Bandung saya pun berjumpa lagi dengan beliau. Bapak Budi ternyata sering melakukan perjalanan pulang pergi dari Bandung ke Yogya, karena di Yogya beliau mempunyai rumah dan keluarga. Tentu dari pertemuan dengan bapak Budi memberikan (ibroh) pelajaran bagi saya bahwa orang tua walaupun telah lanjut usia tentu akan terus memperjuangkan dengan sekuat tenaganya untuk membahagiakan keluarganya baik material maupun spiritrual.


***

Diawali ingin mengetahui kabar sahabat saya yang bekerja di suatu institusi syariah di kota Bandung, telepon seluler pun saya gunakan untuk menghubunginya. Ada suatu kabar yang membuat saya termenung sejenak, ketika dia dengan terbata-bata mengisahkan bahwa ayahnya telah meninggal dunia, Innalilahi Wa Inna Ilaihi Rojiun, ucapku dalam hati. Saya pun kembali mengenang ketika beliau masih hidup. Di usia yang telah senja dan memasuki masa pensiun itu, ayah sahabat saya ini, tidak lupa dengan ibadah wajibnya yaitu melakukan shalat wajib lima waktu di masjid terdekat, diikuti mengikuti majelis taklim. Selain itu beliau senantiasa berbuat kebaikan kepada tetangga-tetangga maupun lingkungannya di tempat tinggal beliau tepat di jantung kota Bandung.

Ketika meninggal dunia pun tetangga-tetangga ayah sahabat saya ini, senantiasa mengenang kebaikan-kebaikan beliau. Hingga sewaktu di kebumikan di daerah kelahiran beliau yaitu di daerah Kadipaten Majalengka, kota yang berjarak limapuluh kilometer dari Bandung, tetangga-tetangga nya mengikuti takziah tersebut. Hikmah kejadian ini, mengingatkan saya pada (Q.S Al Hasyr [59] : 18) yang artinya �Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.�

Sehabis Membaca

SEBENARNYA yang penting bukan seberapa banyak buku yang telah kita lahap, tapi penelaahan kita atas apa yang kita baca,� begitu kata seorang teman. Di lain waktu, saya ngobrol santai dengan kawan kampus yang lain. Ia bertanya, adakah saya menganggarkan uang buat membeli buku dalam sebulan. Setelah saya jawab ia menyampaikan pemikirannya bahwa ia senantiasa ragu untuk membeli sebuah buku yang baru bila bukunya yang lama belum tuntas dibaca. Ia merasa belum yakin apakah ilmu di dalamnya sudah teramalkan, minimal tersampaikan kepada orang lain. Sayang, ia tidak memberi contoh buku apa misalnya, dan saya lupa bertanya.

Ihwal kegemaran membeli dan memiliki buku, dan tentu saja membacanya orang-orang negeri ini jadi menarik buat saya. Mungkin bagus buat bahan penelitian bila saya peneliti. Apalagi bila soal ini dikaitkan dengan nilai human development index (HDI) kita yang rendah, yaitu sebesar 0,697 dan menempati peringkat ke-110 dari 174 negara. Bila data dalam Human Development Report dari UNDP tahun 2005 ini valid, berarti secara umum standar dan kualitas hidup bangsa kita ada di bawah negara lain di kawasan Asia Pasifik, bahkan di ASEAN.

Lantas, bila hendak lanjut dikejar, inikah yang menyebabkan budaya membaca kita masih rendah---yang tercermin dari, misalnya, realitas penerbitan buku di Indonesia belum ada apa-apanya dibanding Amerika Serikat atau Inggris; pertengahan 1990-an saja masing-masing �negara maju� ini dalam sebulannya mampu menerbitkan 100.000 dan 61.000 judul, sedangkan negara kita hanya sanggup menerbitkan buku kurang dari 10 ribu judul setiap tahun. Atau sebaliknya, kualitas hidup yang rendahlah, yang merembet pada kemampuan ekonomi, yang jadi biang minimnya budaya membaca. Soal yang rada berpusing ini punya dua kemungkinan: retoris belaka atau benar-benar---meminjam judul sebuah lagu pop---menanti sebuah jawaban.


Beberapa waktu lalu saya berkunjung ke Pesta Buku Bandung. Ada pengalaman membekas bagi saya di gedung Landmark di Jalan Braga itu. Benar-benar �ajaib�, sebuah kalimat tanya yang sama tanpa sengaja saya dengar dari dua orang berbeda, di dua stand buku yang berbeda pula. Dua orang remaja puteri bertanya pada temannya masing-masing saat menimang sebuah buku. Agaknya untuk dihadiahkan bagi seseorang. Dan dua orang ini punya keraguan tertentu. Kalimat tanya itu: �Memang dia senang baca?�

Saya lupa apakah mereka jadi membeli. Tapi bila saya mencoba mengingat-ingat mungkin saya malah tersenyum karena justru yang muncul kembali adalah pertanyaan teman saya di awal tulisan ini. Jadi, bisa saja banyak orang punya buku di rumahnya---dengan membeli atau dari hadiah. Tapi seberapa persenkah koleksi buku itu tuntas terbaca---jangan dululah membicarakan apakah ilmu-ilmu yang berkubang dalam lembar-lembar bisu itu hingga tersampaikan dan teramalkan.

Sekejap sebuah laci di kepala saya terbuka. Suatu waktu saya bertandang ke rumah kawan yang dari mulutnya keluar kalimat pembuka esai ini. Sebuah rumah yang resik, yang dari jendela depannya kita bisa melihat Gunung Cikuray berdiri penuh dari kaki hingga puncaknya. Di sebuah kamar di sana, yang belakangan saya tahu sebagai �ruang belajar� buat siapa saja yang mau, saya mendapati buku-buku berderet dan bertebaran tidak sedikit.

Sungguh, terbukanya arsip-arsip ingatan ini membuat saya jadi merasa tersesat di padang kemungkinan yang seketika menghutan. Walau semestinya di titik ini saya tidak perlu merasa gamang dan rawan: karena kadang hal-hal �sepele� sifatnya memang �ajaib�---seperti rasa payah yang muncul di pertengahan untuk terus memamah buku sampai habis, sehingga kita menyimpannya dulu untuk dibaca kelak dengan keyakinan bahwa nanti buku itu akan �berubah�; atau seperti sehabis membaca ulang sebuah cerita panjang kita tersentak oleh sesuatu di dalamnya yang luput pada pembacaan sebelumnya.***

Selasa, 28 Desember 2010

Maut Menjemput Usai Sabung Ayam

Menjelang Ramadhan tiba, sebagian masyarakat kita kerap memulainya dengan kegiatan silaturahmi keluarga. Aktivitas tersebut ada yang memanfaatkannya sebagai sarana ishlah, saling berma'afan satu sama lain, atau pun untuk sekedar berkumpul saja.

Begitu juga yang keluarga besar kami lakukan. Sabtu (23/9) sore itu, kami sengaja berkumpul di rumah untuk bersilaturahmi setelah sekian lama tidak bertemu. Namun, saat saya bersama beberapa orang saudara dan kerabat tengah asyik mengobrol di depan rumah, tiba-tiba kami dikejutkan oleh kedatangan seorang nenek berusia sekitar 70 tahun. Setahu saya, wanita lanjut usia ini agak sedikit terganggu jiwanya, sehingga waktu itu awalnya kami tidak terlalu menghiraukan ucapannya. �Waah maenya gara-gara ngadu hayam, kalakah jelema anu maot (Waah, masa gara-gara sabung ayam, malah manusia yang meninggal),� katanya seraya menunjukan jari tangannya ke arah barat desa.

Setelah beberapa lama kami akhirnya menjadi penasaran dengan perkataan sang nenek itu. Bersama ayah mertua, saya pun kemudian berangkat menuju tempat yang ditunjukannya, jaraknya sekira 100 meter dari rumah. Benar saja, setibanya di lokasi ternyata telah berkumpul beberapa orang yang tengah mengelilingi salah seorang pria paruh baya yang telah meninggal dunia. Bapak tersebut hanya dibaringkan di teras sebuah rumah dan ditutupi sehelai kain.

Salah seorang pemuda yang turut menjadi saksi mata menuturkan kepada saya bahwa bapak tersebut tiba-tiba saja terjatuh di perkebunan yang berada di lembah sebrang daerah kami. Kepada sang pemuda, dia mengeluh kecapaian setelah berusaha kabur dari kejaran polisi yang menggerebek arena sabung ayam di desa tetangga. �Tadi mah waktos teu acan pupus, bari ngos-ngosan anjeuna nyarios nuju kabur ti udagan pulisi anu ngagerebeg tempat anjeuna ngiringan ngadu hayam (Sebelum meninggal ia berkata sambil terengah-engah bahwa ia kabur dari kejaran polisi yang menggerebeg tempatnya mengikuti sabung ayam),� katanya.

Hal tersebut kemudian dibenarkan oleh salah seorang kerabatnya yang juga turut berlari bersama korban karena berusaha kabur dari kejaran polisi. �Si akang mah boga asma jadi pas lumpat jauh satarikna jigana kacapean nepi kapiuhan, ngan teu nyangka bakal tuluy maot (Bapak tersebut memiliki asma, jadi ketika lari cepat dalam jarak yang jauh kemungkinan kecapaian hingga pingsan, namun tidak disangka akhirnya akan meninggal),� tutur dia.

Mendengar kabar kematian tersebut, penduduk desa pun terus berbondong-bondong, mereka penasaran ingin melihat tempat kejadian. Melihat gelombang massa yang kian bertambah, tokoh masyarakat setempat kemudian berinisiatif untuk segera membawa jenasahnya ke rumah keluarganya di desa tetangga. Hingga kini saya sendiri tidak mengetahui apakah aparat keamanan setempat melakukan autopsi atau menyelidiki kasus kematiannya atau tidak.

Maghrib tinggal beberapa menit lagi tiba, namun masyarakat masih banyak yang berkumpul di sudut-sudut desa. Mereka masih ramai membicarakan kasus yang menghebohkan itu. Dari perbincangan mereka pada umumnya mereka menyayangkan kematiannya yang hanya beberapa jam menjelang Ramadhan namun sebelumnya terlibat judi sabung ayam. �Leuh meuni kaduhung pisan, sakedap deui sasih shaum anjeuna pupus saatos ngadu hayam (Sangat disesalkan, sebentar lagi masuk bulan Ramadhan, namun ia harus meninggal seusai sabung ayam),� ujar salah seorang ibu kepada tetangganya. Namun tetangga itu kemudian menjawab : �Mugi-mugi urang mah tau maot jiga kitu, tapi ketang saha anu terang anjeuna kabujeng tobat waktos kabur ti udagan pulisi, anging Pangeran anu terang eta mah (Mudah-mudahan kita tidak meninggal dengan cara seperti itu, namun siapa tahu ia sempat taubat terlebih dahulu saat kabur dari kejaran polisi, hanya Allah-lah yang Tahu).�

Yang menarik, biasanya menjelang sahur di desa kami banyak kelompok remaja dan pemuda yang bermain musik dapur untuk membangunkan sahur. Namun seusai kejadian, aktivitas mereka mendadak lenyap. Dini hari yang biasanya gaduh kini menjadi sepi. Entah kenapa, mungkin mereka takut dengan kejadian beberapa hari lalu. Wallahu a'lam (Indra KH)***

Maryam dan Aisyah

Dikisahkan bahwa seorang pastur ingin mengusik kehormatan Aisyah istri Rasulullah SAW, di hadapan orang-orang Islam.
Pastur tersebut berkata, "Orang-orang menuduh Aisyah berbuat serong (berzina) dan kita tidak tahu apakah tuduhan itu bohong atau benar."
Seseorang diantara yang hadir menjawab, "Dengarkan, ada dua wanita yang dituduh berzina dan dua-duanya telah dibantah dan dibersihkan oleh al-Qur'an. Yang seorang tidak bersuami, tetapi melahirkan anak (Maryam) dan yang seorang lagi bersuami tetapi tidak beranak. Yang mana yang patut dilempar tuduhan?"
Pastur tersebut bungkam dan tidak bisa menjawab.

Memenangkan yang Lemah

Ketika Khalifah al-Mahdi sedang duduk bersama beberapa orang, tiba-tiba masuk seseorang membawa sepasang sandal yang dibungkus
dengan sapu tangan. Orang itu berkata kepada Khalifah, "Wahai Amirul Mukminin, sandal Rasulullah SAW ini aku hadiahkan kepada engkau."
Khalifah berkata, "Bawalah ke sini."
Khalifah memegang sandal tersebut, didekatkan ke wajahnya dan diciumnya. Kemudian pemilik sandal itu diberinya uang sepuluh ribu dirham.
Setelah orang tersebut pergi Khalifah berkata kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya, "Apakah kalian mengira aku tidak tahu bahwa
sebenarnya Rasulullah SAW tidak pernah melihat sandal yang dibawa orang tadi, apalagi memakainya? Tetapi seandainya aku mendustakannya,
tentu dia akan berkata kepada masyarakat bahwa aku menolak menerima sandal Rasulullah SAW. Orang-orang yang akan membenarkan
omongannya lebih banyak daripada yang tidak. Akhirnya masyarakat tidak akan percaya lagi bahwa kemenangan ada di pihak yang lemah.
Oleh karena itu, aku membeli omongannya dan aku rasa bahwa tindakanku adalah tepat."

Nasihat yang Keras dan Kasar

Khalifah Harun ar-Rasyid mengajarkan kepada al-Ashma'i tentang prinsip-prinsip dan kaidah nahi munkar terhadap penguasa (pejabat).
Suatu ketika seorang da'i yang tidak mengetahui sedikit pun tentang prinsip- prinsip itu mendatangi khalifah dan menasihatinya dengan
kata-kata keras dan kasar. Meskipun ar-Rasyid menyenangi para ulama dan sering duduk-duduk bersama sambil mendengarkan nasihat mereka,
lain halnya dengan seorang yang satu ini.
Ar-Rasyid berkata kepadanya, "Cobalah engkau berbicara dengan baik dan objektif kepadaku."
Da'i itu menjawab, "Itu adalah yang paling minimal bagimu."
Ar-Rasyid, "Cobalah beritahu kepadaku siapa yang lebih jahat, aku atau Fir'aun?"
Sang da'i, "Fir'aun."

Ar-Rasyid, "Siapakah yang lebih baik, engkau atau Musa bin Imran?" Sang da'i, "Musa."
Ar-Rasyid, "Apakah engkau tidak tahu ketika Allah SWT mengutus Musa dan saudaranya Harun kepada Fir'aun? Allah berpesan kepada keduanya,
"Maka bicaralah kamu berdua kepadanya dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut."
Sang da'i, "Ya, aku tahu."

Ar-Rasyid, "Itu adalah Fir'aun yang penuh dengan kesombongan dan kezaliman, sementara engkau datang kepadaku dengan keadaan begitu.
Aku melaksanakan kewajiban-kewajibanku terhadap Allah, aku hanya menyembah kepada Allah. Aku menaati hukum-hukum, perintah dan larangan-Nya,
sedangkan engkau menasihatiku dengan nada yang keras dan kata-kata yang kasar tanpa tata krama dan akhlak. Engkau tidak akan aman dan selamat jika aku menangkapmu. Dan jika engkau telah menawarkan jiwamu, berarti engkau sudah tidak memerlukannya lagi."
Sang da'i, "Aku telah bersalah, wahai Amirul Mukminin dan aku minta maaf."
Ar-Rasyid, "Semoga Allah mengampunimu."
Kemudian Khalifah memberinya uang dua puluh ribu dirham, tetapi sang da'i menolak menerimanya.

Saudara dan Kawan

Seorang arif dan bijak ditanya, "Apakah Anda mencintai saudara Anda?"
Dijawabnya, "Saya tidak mencintai saudaraku kalau dia bukan kawanku."
Memang benar, kadangkala kawan, teman atau sahabat, lebih dicintai daripada saudara sendiri meskipun sekandung.
Kekuatan materi atau fisik meliputi tubuh dan sarana-sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.
Kekuatan moral atau jiwa merupakan sifat-sifat mental yang selalu dan ingin dimiliki setiap orang.
Kekuatan rohani terbentuk dengan adanya kesadaran dan perasaan akan adanya hubungan dengan Allah atau dengan menghayati hubungan tersebut.
Kita wajib menjadikan kekuatan rohani sebagai harta simpanan yang tidak akan habis dan sirna, serta sebagai rahasia untuk meraih keberhasilan dan kemenangan.

Senin, 27 Desember 2010

Ucapan Bela Sungkawa

Ketika anak al-Asy'ats bin Qais mati, Alibin abi Thalib RA turut menyampaikan ucapan bela sungkawa.
Ia berkata, "Kalau engkau merasa sedih atas kematian anakmu, maka hal itu sudah sepatutnya karena adanya hubungan kerahiman.
Tetapi, kalau engkau bersabar karena Allah, pasti ada imbalan pahala. Jika engkau tidak sabar, takdir pun tetap berlaku sedangkan engkau berdosa.
Wahai' Asy'ats. Anakmu membahagiakan kamu ketika dia lahir, dan dia adalah kesusahan dalam beban asuhan dan pendidikan,
juga fitnah bagimu karena kecintaanmu yang berlebihan kepadanya. Kini dengan wafatnya dia menjadi renungan kesedihan bagimu.
Dan itu adalah pahala dan rahmat Allah SWT.

Ulah Seorang yang Kikir

Seorang yang terkenal kikir mempekerjakan seorang pembelah kayu dengan upah yang telah disepakati bersama.
Kemudian sang kikir merasa bahwa upah tersebut terlalu tinggi sehingga dia berusaha untuk menguranginya.
Setiap kali si pembelah kayu mengayunkan kapaknya, sang kikir berteriak, "Hoa...!"
Setelah pekerjaan selesai, sang kikir menyerahkan separo dari upahnya dengan alasan bahwa dia juga membantu pekerjaan
dengan teriakan-teriakannya itu. Pantas saja si pembelah kayu tidak dapat menerimanya.

Dia mengadukan perkara itu kepada hakim. Hakim yang cerdik dan adil minta seluruh upah untuk dibagi.
Uang tersebut satu persatu diletakkan di atas meja sambil berkata, "Uang ini untuk pembelah kayu dan suara gemerincingnya untuk sang pemberi upah."
Sang hakim melakukan hal itu sampai selesai dengan menyerahkan seluruh uangnya kepada si pembelah kayu,
sedang suara gemerincingnya seluruhnya buat si kikir.

Umar Ibnul-Khattab dengan Seorang Anak

Amirul Mukminin Umar RA, melewati kerumunan anak-anak yang sedang bermain-main. Ketika melihat beliau, mereka semuanya lari
kecuali seorang anak kecil yang tetap berdiri di depannya.
Umar RA bertanya, "Hai anak, mengapa kamu tidak lari seperti kawan-kawanmu?"
Anak kecil itu menjawab? "Wahai Amirul Mukminin, aku tidak berbuat dosa, mengapa aku harus takut kepada engkau?
Jalan yang engkau lalui juga tidak sempit, maka mengapa aku harus melapangkannya untuk engkau?"
Umar RA merasa senang dengan kecerdasan dan kecerdikan anak itu.
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.Abatasa.com dari browser ponsel anda!

10 Kiat Menjalin Persahabatan

1) Pilih orang yang mempunyai minat sama seperti ikhwah, supaya diri lebih mudah beradaptasi karena mempunyai persamaan. Tapi jangan menafikan orang yang sekilas tidak mempunyai persamaan diri. Ketahuilah, bersikap terbuka itu baik untuk ikhwah.

2) Ingatlah pada satu pedoman penting, yaitu berlaku baik terhadap orang lain, sebagaimana ikhwah ingin diperlakukan. Sekiranya ikhwah menghormati orang lain,orang lain akan menghormati diri juga.

3) Sadari bahwa tiada siapapun yang sempurna, setiap orang mempunyai sifat-sifat aneh dan lemah, sehingga menerima kelemahan antara satu sama lain bisa mempererat persahabatan.

4) Hargai pendapat satu sama lain.

5) Sadari bahwa kawan yang rapat sekalipun tidak dapat bersama 24 jam. Bina minat-minat yang lain dan jangan cemburu apabila sahabat ikhwah mempunyai minat-minat lain, dan berhasil dalam menggeluti bidang yang disenanginya.

6) Komunikasi sangat penting, seorang kawan tidak selamanya bisa membaca pikiran ikhwah. Sekiranya ada sesuatu yang mengganggu persahabatan kita, beritahulah.

7) Jangan biarkan faktor luaran seperti tekanan (stress) meregangkan persahabatan kita. Kawan yang baik akan membiarkan sahabat melepas perasaan kepada mereka, tetapi jangan hanya mempergunakan mereka untuk melepaskan perasaan. Sebagai balasan, ikhwah-ikhwah sepatutnya bersedia untuk mendengar keluhan mereka pula.

8) Belajar satu sama lain.

9) Jangan membicarakan keburukan-keburukannya di belakang ikhwah sahabat.

10) Pilih kata-kata dengan bijaksana karena ikhwah tidak bisa menariknya kembali.

Amalan Lailatul Qadr

1.Menghidupkan malam
Artinya, beliau menghidupkan seluruh malamnya, dan kemungkinan juga beliau menghidupkan sebagian besar daripadanya. Dalam shahih muslim dari 'Aisyah r.a., ia berkata : "Aku tidak pernah mengetahui Rasulullah SAW shalat malam hingga pagi."

2.Membangunkan seluruh keluarga
Rasulullah SAW membangunkan keluarganya untuk shalat pada malam-malam sepuluh hari terakhir, sedang pada malam-malam yang lain tidak. At-Thabarani meriwayatkan dari Ali r.a. : "Bahwasanya Rasulullah SAW membangunkan keluarganya pada sepuluh akhir dari bulan Ramadhan, dan setiap anak kecil maupun orangtua yang mampu melakukan shalat."

3.Mengencangkan kain
Rasulullah SAW menjauhkan diri dari menggauli isteri-isterinya. Diriwiyatkan bahwa beliau tidak kembali ke tempat tidurnya sehingga bulan Ramadhan berlalu. Dalam hadits dari Anas r.a. disebutkan : "Dan beliau lalu melipat tempat tidurnya dan menjauhi isteri-isterinya (tidak menggauli mereka)."

4.Mandi antara maghrib dan isya
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Aisyah r.a. : "Rasulullah SAW jika bulan Ramadhan (seperti biasa) tidur dan bangun. Dan manakala memasuki sepuluh hari terakhir beliau mengencangkan kainnya dan menjauhkan diri dari (menggauli) isteri-isterinya, serta mandi antara maghrib dan isya.

5.I'tikaf
Dalam shahihain disebutkan, dari Aisyah r.a. : "Bahwasanya Nabi SAW senantiasa ber-i'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau.



sumber : Risalah Ramadhan, Darul Haq, Jakarta

Minggu, 26 Desember 2010

Tips Pernikahan Bahagia

� Tunjukkanlah dukungan emosional.
� Beritahu dan nikmati bersama berita sukses.
� Berlakulah setia.
� Ciptakanlah suasana rumah yang harmonis.
� Hormati privacy pasangan kita.
� Panggillah nama pasangan kita, bukan �Pak�, �Bu�, �Mam�, �Pap�, dan sebagainya.
� Jadikan pasangan kita orang kepercayaan kita dan jangan ceritakan rahasianya kepada orang lain.
� Tetaplah lakukan hubungan suami-istri.
� Pada hari ulang tahun pasangan, berilah kartu ucapan selamat dan hadiah.
� Belalah pasangan, walaupun ia sedang tidak hadir.
� Bicaralah dengan pasangan mengenai perasaan-perasaan pribadi kita dan problem-problem yang dihadapi.
� Biarlah pasangan mengetahui jadwal kerja/perjalanan kita.
� Terimalah dengan baik kawan-kawannya.
� Jangan mencela pasangan di muka umum.
� Mintalah nasihat pribadi kepada pasangan.
� Bicaralah dengan pasangan kita perihal agama, politik, seks dan kematian.
� Tataplah mata pasangan kita pada saat kita bercakap-cakap dengannya.
� Rundingkanlah keuangan dengannya.
� Secara sengaja, sentuhlah pasangan kita.
� Berguraulah dan godalah pasangan kita.
� Tunjukkanlah perhatian dan cinta kasih kita kepadanya di muka umum.
� Mintalah pertolongan pasangan kalau membutuhkannya.
� Tunjukkanlah kepada pasangan kita kalau kita sedang risau atau kecewa.
� Bayarlah utang, pertolongan maupun pujian.


Sumber : Intisari, September 1985

Sayur Cegah Kanker

Orang yang makan sayuran setiap hari berarti mengurangi resiko untuk terserang kanker. Hasil penelitian yang dilakukan lama terhadap 122.000 orang itu dikemukakan oleh Takeshi Hiroyama dari pusat penelitian kanker di Jepang.

Pada tahun 1965, para �sukarelawan� yang rata-rata berusia di atas empat puluh tahun, secara terperinci ditanyai soal kebiasaan hidup mereka. Mereka kemudian dibagi dalam enam belas kelompok berdasarkan kebiasaan mereka, yakni kebiasaan merokok, minum minuman keras, makan daging, dan makan sayuran. Sampai tahun 1981, 30.000 orang �sukarelawan� tersebut telah meninggal. Delapan ribu diantaranya meninggal karena kanker.

Diantara para perokok, peminum, pemakan daging yang tak setiap hari makan sayuran, jumlah kematian akibat kanker dua kali lebih tinggi daripada kelompok �lawan� mereka, yang biasa menahan diri untuk mengurangi makan daging dan lebih suka makan sayuran.

Sejauh ini, penelitian tersebut sama dengan hasil penelitian yang lebih dulu diadakan. Namun ada hal baru yang tampak dari penelitian itu. Orang yang merokok, minum alkohol, dan makan daging yang disebutkan sebagai kelompok resiko tinggi, tetapi juga makan syuran setiap hari, resikonya untuk terserang kanker cuma sepertiga. Kesimpulan : seorang perokok kuat, kalau ia makan banyak sayuran, ia akan hidup lebih lama. Apalagi, bila ia tidak merokok dan makan banyak sayuran, peluang sehat dan panjang usia tentu akan lebih terbuka lagi.

Tips Ibadah Hari Raya

Gunakan pakaian yang paling bagus untuk menunaikan shalat Idul Fitri.

Sebelum berangkat shalat Idul Fitri disunahkan makan terlebih dahulu, bisa dengan beberapa butir kurma. Jika tak tersedia kurma maka makanlah seadanya. Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. beliau berkata : �Adalah Nabi (S.A.W.). Tidak berangkat menuju mushalla kecuali beliau memakan beberapa biji kurma, dan beliau memakannya dalam jumlah bilangan ganjil.� (H.R. Bukhari dan Muslim).

Pada Idul Fitri takbir digumamkan sejak keluar dari rumah menuju ke tempat shalat. Sesampainya di tempat shalat takbir terus digumamkan hingga shalat dimulai. Diriwayatkan dari Azzuhri, beliau berkata : �Adalah manusia (para) sahabat) bertakbir pada hari raya ketika mereka keluar dari rumah-rumah mereka menuju tempat solat 'ied sampai mereka tiba di mushalla ( tempat solat 'ied ) dan terus bertakbir sampai imam datang, apabila imam telah datang, mereka diam dan apabila imam bertakbir maka merekapun ikut bertakbir.� (H.R. Ibnu Abi Syaibah).

Disunahkan membedakan jalan yang dilalui waktu berangkat shalat hari raya dengan jalan yang dilalui di waktu pulang dari shalat 'ied ( yakni waktu berangkat melalui satu jalan, sedang waktu pulang melalui jalan yang lain ). Diriwayatkan dari Jabir r.a. beliau berkata : Adalah Nabi (S.A.W.) apabila keluar untuk shalat 'ied ke mushalla, beliau menyelisihkan jalan (yakni waktu berangkat melalui satu jalan dan waktu kembali melalui jalan yang lain ). (H.R. Bukhari).

Bila terlambat mengetahui tibanya hari raya, bila datangnya berita tibanya hari raya sudah tengah hari atau petang hari, maka hari itu diwajibkan berbuka sedang pelaksanaan shalat hari raya dilakukan pada hari esoknya. Diriwayatkan dari Abi Umair bin Anas, diriwayatkan dari seorang pamannya dari golongan Anshar, ia berkata: �Mereka berkata: Karena tertutup awan maka tidak terlihat oleh kami hilal Syawal, maka pada pagi harinya kami masih tetap puasa, kemudian datanglah satu kafilah berkendaraan di akhir siang, mereka bersaksi di hadapan asulullah (S.A.W.).bahawa mereka kemarin melihat hilal. Maka Rasulullah (S.A.W.) memerintahkan semua manusia ( umat Islam ) agar berbuka pada hari itu dan keluar menunaikan shalat 'ied pada hari esoknya.� (H.R. Lima Imam hadits kecuali At-Tirmidzi).

Shalat 'ied disunahkan untuk dihadiri oleh orang dewasa, baik lelaki maupun wanita, baik wanita yang suci dari haid maupun wanita yang sedang haid dan juga kanak-kanak baik laki-laki maupun wanita. Wanita yang sedang haid tidak ikut shalat, tetapi hadir untuk mendengarkan khutbah 'ied. Diriwayatkan dari Ummu 'Atiyah r.a. ia berkata : �Rasulullah SAW memerintahkan kami keluar pada Idul Fitri dan Idul Adha semua gadis-gadis, wanita-wanita yang haid, wanita-wanita yang tinggal dalam kamarnya. Adapun wanita yang sedang haid mengasingkan diri dari mushalla (tempat shalat 'ied ), mereka meyaksikan kebaikan dan mendengarkan dakwah kaum muslimin (mendengarkan khutbah ). Saya berkata : Yaa Rasulullah bagaimana dengan kami yang tidak mempunyai jilbab? Beliau bersabda: Supaya saudarinya meminjamkan kepadanya dari jilbabnya.� (H.R : Lima Imam hadits).

Shalat 'ied lebih afdhal (utama) diadakan di lapangan yang dipersiapkan untuk shalat 'ied, kecuali ada uzur hujan maka shalat diadakan di masjid. Mengadakan shalat 'ied di masjid padahal tidak ada hujan sementara lapangan (padang ) tersedia, maka ini kurang afdhal karena menyelisihi amalan Rasulullah SAW yang selalu mengadakan shalat 'ied di lapangan, kecuali sekali dua kali beliau mengadakan di masjid karena hujan. Diriwayatkan dari Abu Said r.a., beliau berkata : �Adalah Nabi SAW pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha keluar ke lapangan untuk shalat, maka pertama yang beliau kerjakan adalah shalat, kemudian setelah selesai beliau berdiri menghadap kepada manusia sedang manusia masih duduk tertib pada Saf mereka, lalu beliau memberi nasihat dan wasiat (khutbah ) apabila beliau hendak mengutus tentara atau ingin memerintahkan sesuatu yang telah beliau putuskan, beliau perintahkan setelah selesai beliau pergi.� (H.R. Bukhari dan Muslim).

Shalat 'ied dua rakaat, tanpa azan dan iqamah dan tanpa solat sunnah sebelumnya dan sesudahnya. Telah berkata Jabir r.a. : �Saya menyaksikan shalat 'ied bersama Nabi SAW. Beliau memulai shalat sebelum khutbah tanpa azan dan tanpa iqamah, setelah selesai beliau berdiri bertekan atas Bilal, lalu memerintahkan manusia supaya bertaqwa kepada Allah, mendorong mereka untuk taat, menasihati manusia dan memperingatkan mereka, setelah selesai beliau turun mendatangi saf wanita dan selanjutnya beliau memperingatkan mereka.� (H.R Muslim).

Pada rakaat pertama setelah takbiratul ihraam sebelum membaca Al-Fatihah, ditambah 7 kali takbir. Sedang pada rakaat yang kedua sebelum membaca Al-Fatihah dengan takbir lima kali. Diriwayatkan dari Amru bin Syu'aib, dari ayahnya, dari neneknya, beliau berkata : �Sesungguhnya Nabi SAW bertakbir pada solat 'ied dua belas kali takbir. dalam raka'at pertama tujuh kali takbir dan pada raka'at yang kedua lima kali takbir dan tidak solat sunnah sebelumnya dan juga sesudahnya.� (H.R. Ahmad dan Ibnu Majah).

Setelah membaca Fatihah pada rakaat pertama di sunnahkan membaca surat sabihisma rabbikal a'la/surat ke 87 atau surat iqtarabatissa'ah / surat ke 54. Dan setelah membaca Al-Fatihah pada raka'at yang kedua disunahkan membaca surat hal ataka haditsul ghaasyiyah/surat ke 88 atau membaca surat qaaf walqur'anul majid/surat ke 50. Diriwayatkan dari Abu Waqid Allaitsi, ia berkata : Umar bin Khattab telah menanyakan kepadaku tentang apa yang dibaca oleh Nabi SAW waktu shalat 'ied . Aku menjawab : beliau membaca surah (iqtarabatissa'ah ) dan ( qaaf walqur'anul majid). (H.R. Muslim).

Setelah selesai solat, imam berdiri menghadap makmum dan berkhutbah memberi nasihat-nasihat dan wasiat-wasiat, atau perintah-perintah penting (H.R. Muslim).

Khutbah hari raya ini boleh diadakan khusus untuk laki-laki kemudian khusus untuk wanita (H.R. Muslim).

Khutbah hari raya ini tidak diselingi duduk (H.R. Muslim).

Solat 'ied diadakan setelah matahari naik, tetapi sebelum masuk waktu solat Dhuha. Diriwayatkan dari Yazid bin Khumair Arrahbiyyi r.a. beliau berkata : Sesungguhnya Abdullah bin Busri seorang sahabat Nabi SAW keluar bersama manusia untuk shalat Idul Fitri atau Idul Adha, maka beliau mengingkari keterlambatan imam, lalu berkata : �Sesungguhnya kami dahulu ( pada zaman Nabi (S.A.W.) pada jam-jam seperti ini sudah selesai mengerjakan solat 'ied. Pada waktu ia berkata demikian adalah pada shalat Dhuha.�(H.R. : Abu Daud dan Ibnu Majah).

Bila hari raya jatuh pada hari Jum'at, maka shalat Jum'at menjadi sunnah, boleh diadakan dan boleh tidak, tetapi untuk pemuka umat atau imam masjid jami' sebaiknya tetap mengadakan shalat Jum'at. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi SAW bersabda : �Pada hari ini telah berkumpul dua hari raya (hari Jum�at dan hari raya), maka barang siapa yang suka shalat Jum'at, maka shalatnya diberi pahala sedang kami akan melaksanakan shalat Jum'at.� (H.R: Abu Daud).

Bagi ikhwan sebaiknya tidak merokok ketika khutbah, dan bagi akhwat hendaknya tidak menanggalkan mukena ketika khutbah, sebab shalat dan khutbah termasuk dalam rangkaian ibadah.

Kiat Akrab Qur'an For Beginner

1. Kemanapun sahabat pergi beraktivitas, kecuali ke tempat yang tidak diperkenankan menurut fiqh, pastikan mushaf Qur�an selalu ada diantara barang bawaan.

2. Letakkan mushaf Qur�an ditempat tersendiri, bersih dan suci saat di tempat maupun ketika bepergian. Saat bepergian simpanlah mushaf di saku atas kemeja, jaket atau ruang kecil yang khusus dan bersih didalam tas bawaan kita.

3. Bagi yang menggunakan kendaraan pribadi, bawa serta rekaman murattal. Agar disaat letih ataupun jenuh, misalnya karena terjebak kemacetan, batin tetap hidup dan diri tetap merasa tenteram, dengan memutar tilawah Qur�an.

4. Saat senggang disela-sela kegiatan atau selesai shalat lima waktu, bacalah Qur�an walaupun hanya satu ayat. Ingat, satu huruf Qur�an saja dihitung satu kebaikan.

5. Bagi sahabat yang belum mampu membaca Qur�an, segeralah berguru dan luangkan waktu meski sekali dalam seminggu. Bagi sahabat yang belum lancar membaca Qur�an, banyaklah memperbaiki bacaan melalui pengkajian tajwid dan sering mendengar rekaman murattal.

6. Bacakan Qur�an di tempat tinggal atau tempat kita beraktivitas, walau cuma sekali dalam sehari.

7. Luangkan waktu setiap malam untuk membaca tafsir Qur�an, dan meresapi makna-makna yang terkandung didalam ayat-Nya. Tanya kepada ustadz atau kawan bila ada tafsir ayat yang kurang sahabat pahami.

8. Terapkan petunjuk-petunjuk yang termaktub didalam tafsir Qur�an secara bertahap, dengan kualitas dan kuantitas amalan diusahakan tetap, tidak turun, atau terus ditingkatkan. (red/aea)

Kiat Agar Taubat Diterim

Sepuluh hari yang penuh limpahan rahmat di bulan ramadhan telah kita lalui. Sepuluh hari kedepan adalah hari yang dijanjikan Allah sebagai waktu dilimpahkannya maghfirah atau ampunan. Inilah waktunya bagi kita, untuk bertaubat secara sungguh-sungguh, agar diri kita betul-betul bersih dari noda dosa masa silam. Taubat Nasuha atau taubat yang sungguh-sungguh itu memiliki beberapa syarat. Berikut syarat-syaratnya :

1. Menyesali atas dosa dan maksiat yang telah dilakukan.

Seorang hamba yang berdosa, bila ingin bertaubat harus menyesali perbuatan dosa dan maksiat yang terlanjur diperbuatnya. Tanpa perasaan menyesal, taubat kita belum bisa dikatakan nasuha atau bersungguh-sungguh.

2. Memohon ampun kepada Allah SWT, meminta maaf kepada manusia.

Bila kita kerap meninggalkan ibadah-ibadah mahdhah yang diwajibkan Allah SWT, maka mohon ampunlah kepada Allah SWT dan segeralah memperbaiki ibadah-ibadah yang sering kita lalaikan. Jika shalat masih sering diakhirkan maka segera awalkan, jika tidak pernah berpuasa maka segeralah melakukan shaum.

Untuk perkara-perkara ghayr mahdhah yang ada hubungannya dengan manusia, maka selain memohon ampun dan menyesali kedzhaliman kita, minta maaflah kepada orang yang telah kita sakiti. Bila orang itu berada jauh atau bahkan sudah meninggal, berdoalah demi kebaikannya, agar Allah menggerakkan hatinya untuk ridla terhadap apa yang telah kita perbuat. Tapi jika orang tersebut mudah untuk diajak bertatap muka dan mudah kita kunjungi, maka lebih utama bila kita mendatanginya untuk meminta maaf.

3. Bertekad untuk tidak mengulangi dosa atau maksiat serupa.

Niatkan dalam hati untuk tidak mengulangi dosa atau maksiat serupa. Sibukkan diri kita dengan memperbaiki ibadah mahdhah dan memperbaiki hubungan dengan sesama. Sehingga seluruh panca indera dan jiwa kita terbiasa melakukan kebaikan.(red/aea)

Tips Sahur Dan Ifthar

Tips Sahur

Awali santap sahur dengan berdoa. Pilih lebih banyak makanan berserat agar racun dalam tubuh bisa ternetralisir, sel-sel dalam tubuh menjadi sehat, dan radikal bebas didalam tubuh bisa dikurangi.

Jangan makan sahur dengan hidangan berlemak, banyak diolah dengan minyak, atau banyak mengandung gula. Sebab hidangan atau minuman yang banyak mengandung lemak dan gula itu merupakan penghasil utama radikal bebas. Maka, untuk minumanpun lebih baik memilih air putih atau teh tawar. Sangat dianjurkan minum 3-4 gelas pada saat bersahur.

Contoh makanan yang aman dikonsumsi saat sahur adalah : nasi putih, oats, roti, buah-buahan/ kurma, ikan, ayam tanpa lemak, daging has dalam, telur dan makanan laut. Hidangan-hidangan itu mengandung cukup karbohidrat dan protein, agar cadangan energi (glikogen) didalam tubuh kita mencukupi. Sehingga, pada saat berpuasa, tubuh kita tidak akan menjadi lemah.

Tips Ifthar

Segerakan berbuka dengan minum air putih atau jus buah tanpa gula, setelah berdoa terlebih dahulu. Jangan pernah berbuka dengan air es atau soft drink. Kebiasaan pertama malah menekan rasa lapar, kebiasaan kedua bisa merusak pencernaan dan memicu penyakit perut semisal maag.

Dirikan shalat maghrib dan shalat sunat awwabin, setelah menyantap 1-2 biji buah kurma, karena hal tersebut disunahkan.

Menu berbuka yang dianjurkan terdiri dari : daging, ikan, telur, sayur-mayur dan kacang merah. Tips untuk menghemat waktu persiapan berbuka, buatlah menu sepinggan (one-dish-meal) yang menyehatkan, seperti : nasi goreng, mi goreng, makaroni panggang, dengan protein dan serat yang cukup. Patut diingat, mengganti nasi dengan sumber karbohidrat lain hanya boleh dilakukan sekali dalam seminggu.

Jangan makan dan minum terlampau banyak pada saat berbuka puasa. Kerja lambung yang sudah dibiarkan beristirahat sekitar 12 jam, akan menjadi terlampau berat.

Batasi konsumsi makanan ataupun minuman olahan. Jenis minuman atau makanan olahan ini akan lama dicerna oleh tubuh. Proses pencernaan yang lama menghabiskan banyak energi, sehingga tidak tersisa cukup banyak energi untuk disimpan sebagai glikogen dalam tubuh kita.

Selepas shalat tarawih, boleh saja menyantap 1-2 potong kue, buah-buahan atau minum jus buah segar dengan sedikit pemanis.

*dari berbagai sumber

Pengendalian Diri

Agar shaum kita tak hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja, kita perlu mengendalikan dan menjaga setiap aktivitas jasmaniah kita. Dengan pengendalian diri, tidak hanya pahala yang kelak kita raih. Pengendalian diri membuat kita terbiasa menikmati keteraturan hidup, terbiasa taat, dan merasa bahagia ketika mampu menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah subhana wa ta'ala. Berikut kiat-kiatnya :

Jaga Mata

Jaga mata atau indera penglihatan kita dari menatap segala sesuatu yang diharamkan. Tahan pandangan kita dari menatap hal-hal, kejadian, peristiwa yang bisa mengotori hati. Gunakan anugerah penglihatan kita untuk membaca ayat-ayat Allah dan sabda Rasulullah SAW, bacaan-bacaan berguna, dan tontonan yang mengandung hikmah kebaikan. Insya Allah, pandangan kita akan selalu sejuk.

Jaga Hidung

Jaga hidung atau indera penciuman kita dari mencium segala aroma, yang bisa merusak kekhusyukkan puasa. Jangan berlebihan menghirup harum masakan atau minuman yang tengah diolah, juga wangi parfum yang lazim digunakan oleh lawan jenis. Gunakan anugerah penciuman kita untuk menghirup hawa segar dan wewangian natural yang berasal dari alam. Insya Allah, organ pernafasan dan tubuh kita akan selalu sehat, mudah dibawa khusyuk dan tetap bersemangat, ketika bekerja maupun saat menjalani ibadah.

Jaga Telinga

Jaga telinga atau indera pendengaran kita dari mendengar suara atau perkataan yang tidak berguna. Tutup telinga kita dari kabar-kabar burung, kalimat-kalimat ghibah, perkataan fitnah, atau musik dan lagu yang syairnya bisa membawa mudharat, serta menjauhkan hati dari mengingat Allah. Gunakan anugerah pendengaran kita untuk menyimak lantunan ayat suci Al Qur'an, mendengarkan taushiyah ulama faqih serta perkataan orang-orang shalih. Insya Allah, ilmu kita akan bertambah, amal shalih akan meningkat, dan Allah akan menghiasi jiwa kita dengan hikmah- diri kita dengan akhlaqul karimah.

Jaga Lisan

Jaga lisan kita dari berkata hal-hal yang tidak baik, tidak bermanfaat, kebohongan, dan tidak mengandung nasehat kebaikan. Tahan lisan kita dari mengeluarkan kalimat umpatan, sumpah serapah, fitnah, ghibah, serta suara atau lagu yang bisa membangkitkan syahwat. Diamlah, jika memang lisan kita tidak mampu membaguskan lagu, kalimat dan perkataan. Insya Allah, diri akan lebih berwibawa, lebih bijak dan santun, dan terbebas dari segala kejahatan, yang biasa timbul dari lisan atau perkataan yang tak terjaga dan kurang tertata.

Jaga Tangan

Jaga tangan kita dari melakukan perbuatan dzhalim, yang bisa merugikan atau menyakiti sesama mahluk. Tahan tangan kita dari menyentuh apa yang bukan menjadi hak, semisal : mencuri, memukul, menjahili, melecehkan, atau menganiaya sesama mahluk Allah. Gunakan tangan kita untuk memperpanjang salam, mencari nafkah, membantu sesama mahluk, serta memberikan sedekah. Usahakan selama ramadhan ini, tangan kita selalu menjadi tangan 'yang diatas', yaitu tangan yang selalu memberi. Insya Allah, hati akan menjadi ridla, diri akan menjadi ikhlas, serta terbebas dari perasaan merasa kurang, merasa miskin, merasa kerap diintai berbagai kesusahan.

Jaga Kaki

Jaga kaki kita dari melakukan perbuatan dzhalim, yang bisa merugikan atau menyakiti sesama mahluk. Tahan langkah kita dari mengunjungi tempat maksiat, bepergian yang mubadzir, yang cuma memboroskan uang atau biaya saja. Perbanyak langkah ke masjid dan majelis ta'lim. Perkuat langkah untuk menyempurnakan ikhtiar dalam menafkahi keluarga. Insya Allah, perbendaharaan dosa akan terhapuskan oleh perbendaharaan pahala. Semangat kita dalam mencukupi kebutuhan hidup di dunia, semangat kita dalam mengumpulkan bekal untuk kehidupan di akhirat nanti, kelak menjadi spirit tersendiri dalam setiap gerak aktivitas kita.

Sabtu, 25 Desember 2010

Tips Persiapan Bulan Ramadhan

Pertama, I'dad Ruhi Imani, yakni persiapan ruh keimanan.

Orang � orang yang saleh biasa melakukan persiapan ini seawal mungkin sebelum datang Ramadhan. Bahkan mereka sudah merindukan kedatangannya sejak bulan Rajab dan Sya'ban. Biasanya mereka berdoa : "Ya Allah, berikanlah kepada kami keberkatan pada bulan Rajab dan Sya'ban, serta sampaikanlah kami kepada Ramadhan."

Dalam rangka persiapan ruh keimanan itu, dalam surah At-Taubah Allah melarang kita melakukan berbagai maksiat dan kedzhaliman sejak bulan Rajab. Tapi bukan berarti di bulan lain dibolehkan. Hal ini dimaksudkan agar sejak bulan Rajab kadar keimanan kita sudah meningkat. Boleh dikiaskan,bulan Rajab dan Sya'ban adalah masa pemanasan (warming up),sehingga ketika memasuki Ramadhan kita sudah bisa bisa menjalani ibadah shaum dan sebagainya itu bak sudah terbiasa.

Kedua, adalah I'dad Jasadi, yakni persiapan fisik.

Untuk memasuki Ramadhan kita memerlukan fisik yang lebih prima dari biasanya. Sebab, jika fisik lemah, bisa-bisa kemuliaan yang dilimpahkan Allah pada bulan Ramadhan tidak dapat kita raih secara optimal. Maka, sejak bulan Rajab Rasulullah dan para sahabat membiasakan diri melatih fisik dan mental dengan melakukan puasa sunnah, banyak berinteraksi dengan al-Qur'an, biasa bangun malam (qiyamul-lail), dan meningkatkan aktivitas saat berkecimpung dalam gerak dinamika masyarakat.

Ketiga, adalah I'dad Maliyah, yakni persiapan harta.

Jangan salah faham, persiapan harta bukan untuk membeli keperluan buka puasa atau hidangan lebaran sebagaimana tradisi kita selama ini. Memersiapkan harta adalah untuk melipatgandakan sedekah, karena Ramadhanpun merupakan bulan memperbanyak sedekah. Pahala bersedekah pada bulan ini berlipat ganda dibandingkan bulan-bulan biasa.

Keempat, adalah I'dad Fikri wa Ilmi, yakni persiapan intelektual dan keilmuan.

Agar ibadah Ramadhan bisa optimal, diperlukan bekal wawasan dan tashawur (persepsi) yang benar tentang Ramadhan. Caranya dengan membaca berbagai bahan rujukan dan menghadiri majelis ilmu tentang Ramadhan. Kegiatan ini berguna untuk mengarahkan kita agar beribadah sesuai tuntunan Rasulullah SAW, selama Ramadhan. Menghafal ayat-ayat dan doa-doa yang berkait dengan perlbagai jenis ibadah, atau menguasai berbagai masalah dalam fiqh puasa, juga penting untuk dipersiapkan.

Semoga persiapan kita mengantarkan ibadah shaum dan berbagai ibadah lainnya, sebagai yang terbaik dalam sejarah Ramadhan yang pernah kita lalui. Aamiin.


Sumber Tips : Panduan Ibadah Puasa Ramadhan, Badan Kebajikan Kakitangan Islam, Pembadanan Produktiviti Negara, Malaysia

Konsep Islam tentang Barang

Konsep Ekonomi Islam Al Qur'an senantiasa menyebut barang-barang yang dapat dikonsumsi dengan menggunakan istilah-istilah yang mengaitkan nilai-nilai moral dan ideologik terhadap keduanya, yaitu istilah at-tayyibat dan ar-rizq.
Penjelasan

Dalam kerangka acuan Islam, barang-barang adalah anugerah-anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia. Penelaahan terhadap Al-Qur'ân memberikan kepada kita konsep unik tentang berbagai produk dan komoditas. Al-Qur'ân senantiasa menyebut barang-barang yang dapat dikonsumsi dengan menggunakan istilah-istilah yang mengaitkan nilai-nilai moral dan ideologik terhadap keduanya. Dalam hal ini dua macam istilah yang digunakan dalam Al-Qur'ân adalah (1). at-tayyibât dan (2) ar-rizq.

Istilah yang pertama, yaitu at-tayyibât, diulang-ulang sebanyak 18 kali dalam Al-Qur'ân. Dalam menerjemahkan istilah ini ke dalam bahasa Inggris, Yûsuf 'Alî secara bergantian mempergunakan lima macam frasa untuk menyatakan nilai-nilai etik dan spiritual terhadap istilah itu. Menurut pendapatnya, at-tayyibât berarti "barang-barang yang baik," "barang-barang yang baik dan suci," "barang-barang yang bersih dan suci," "hal-hal yang baik dan indah," dan "makanan di antara yang terbaik." Dengan demikian barang-barang konsumsi terikat erat dengan nilai-nilai dalam Islam, dengan menunjukkan nilai-nilai kebaikan, kesucian dan keindahan. Sebaliknya benda-benda yang buruk, tidak suci (najis) dan tidak bernilai tidak dapat digunakan dan juga tidak dapat dianggap sebagai barang-barang konsumsi dalam Islam.

Istilah yang kedua, yaitu ar-rizq, dan kata-kata turunnya diulang-ulang dalam Al-Qur'ân sebanyak 120 kali. Dalam terjemahan Al-Qur'ân Yûsuf 'Alî kata ar-rizq digunakan untuk menunjukkan beberapa makna sebagai berikut: "Makanan dari Tuhan," "Pemberian Tuhan," "Bekal dari Tuhan," dan "anugerah-anugerah dari langit." Semua makna ini menunjukkan konotasi bahwa Allah adalah Pemberi Rahmat yang sebenarnya dan pemasok kebutuhan semua makhluk.

Sebagai konsekuensinya, dalam konsep Islam, barang-barang konsumen adalah bahan-bahan konsumsi yang berguna dan baik yang manfaatnya menimbulkan perbaikan secara material, moral maupun spiritual pada konsumennya. Barang-barang yang tidak memiliki kebaikan dan tidak membantu meningkatkan manusia, menurut konsep Islam, bukan barang dan juga tidak dapat dianggap sebagai milik atau aset umat Muslim. Karena itu, barang-barang yang terlarang tidak dianggap sebagai barang dalam Islam.

Marilah kita perbandingkan konsep Islam mengenai barang-barang konsumsi ini dengan konsep bukan-Ilahi mengenai pemanfaatan yang ada dalam ekonomi modern. Meskipun dalam ekonomi modern segala sesuatu memiliki manfaat ekonomik bila ia dapat dipertukarkan di pasar, dalam Islam merupakan salah satu syarat yang perlu tetapi tidak memadai untuk mendefinisikan barang-barang. Barang-barang seharusnya bermanfaat secara moral dan juga dapat dipertukarkan di pasar sehingga memiliki manfaat ekonomik.

Skala Waktu Perilaku Konsumen

Konsep Ekonomi Islam: Adanya hari kiamat dan kehidupan di akhirat membuat kita harus memaksimalkan waktu yang dimiliki dengan berbuat yang terbaik untuk kehidupan dunia, tetapi dengan itu kita juga memiliki pondasi yang kokoh untuk kehidupan akhirat.

Penjelasan

Islam mengaitkan kepercayaan terhadap adanya Hari Kiamat dan kehidupan di akhirat secara ketat dengan kepercayaan terhadap adanya Allah. Hal ini memperluas cakrawala setiap Muslim mengenai waktu setelah terlampauinya kematian. Kehidupan sebelum kematian dan kehidupan sesudah kematian terkait satu sama lain dengan erat sekali dalam urutannya. Hal ini memiliki dua efek sejauh menyangkut perilaku konsumen.

Pertama, akibat dari pemilihan perbuatan itu terdiri dari dua bagian, yakni efek langsung dalam kehidupan di dunia sekarang dan efeknya yang kemudian dalam kehidupan (di akhirat) yang akan datang}. Karena itu manfaat yang diperoleh dari pilihan semacam itu adalah keutuhan nilai-nilai sekarang dari kedua efek ini. Kedua, jumlah manfaat alternatif dari penghasilan seseorang ditingkatkan jumlahnya dengan dimasukkannya semua keuntungan yang akan diperoleh hanya pada kehidupan (di akhirat) yang akan datang.

Beberapa contoh dari manfaat-manfaat alternatif semacam itu adalah pinjaman- pinjaman tanpa bunga (al-qardul hasan), pemberian kepada orang-orang yang miskin dan yang terlantar, memelihara binatang-binatang, menyisihkan sebagian harta untuk kesejahteraan generasi-generasi yang akan datang, peningkatan kehidupan masyarakat meskipun pada saat ia tidak memiliki manfaat langsung bagi individu yang bersangkutan; penyiaran ajaran (da'wah) Islam dan peningkatan amal saleh, dan sebagainya.

Manfaat-manfaat penghasilan semacam itu tidak dimasukkan dalam rasionalisme Max Weber bila manfaat-manfaat itu (dianggap) tidak memiliki manfaat langsung. Jadi, banyak manfaat alternatif dari penghasilan seseorang memiliki kegunaan positif dalam kerangka acuan Islam, meskipun manfaat-manfaatnya dalam kerangka acuan kapitalis dan komunis bisa tidak ada atau bahkan negatif.

Lebih dari itu, menurut ajaran-ajaran Islam, setiap Muslim "wajib mempergunakan sebagian waktunya untuk mengingat Allah, dia harus menyumbangkan sebagian tenaganya untuk menyiarkan kebenaran dan amal saleh," dan harus memanfaatkan: waktu dan usahanya untuk meningkatkan kehidupan spiritual, moral dan ekonomi masyarakat". Hal ini dapat dilakukan hanya dengan mengikhlaskan sebagian tenaga manusia untuk mendapatkan makanan dan barang-barang konsumsi lainnya, karena alternatif lainnya, yakni, sikap masa bodoh, negativisme, dan kelaparan, bertentangan baik dengan sifat manusia maupun dengan ajaran-ajaran Islam.

Cakrawala waktu yang lebih luas ini mempunyai makna bahwa setiap mu'min (Orang yang beriman) seharusnya tidak membatasi dirinya sendiri untuk melaksanakan hal-hal yang manfaat-manfaatnya dapat dia peroleh dalam kehidupan (di dunia) ini. Dia diarahkan sedemikian rupa sehingga dia akan melakukan apa yang baik atau berguna bagi dirinya atau mengekspresikannya dalam istilah-istilah Islami, karena Allah akan memberikan imbalan pahala untuk itu. Dalam hal ini, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: "Bila orang melihat datangnya tanda kehancuran dunia sedangkan dia memiliki tanaman kecil di tangannya dan dia mampu menanamnya di tanah, dia harus melakukannya. Allah akan memberikan imbalan pahala atas perbuatannya itu."

Hukum waris dalam Islam mendukung pandangan luas ini dengan memberikan hak penuh kepada para ahli waris atas tanah milik orang yang mewariskannya. Nabi Muhammad SAW dalam kaitan ini dilaporkan telah memberikan saran agar meninggalkan ahli waris yang kaya, bukan yang miskin. Keberhasilan yang sebenarnya bagi setiap Muslim adalah keberhasilan yang mencakup cakrawala waktu secara utuh, karena usaha yang sama untuk melakukan kebaikanlah yang akan menghasilkan keberhasilan baik dalam kehidupan di dunia ini, dengan segala aspeknya, maupun dalam kehidupan di akhirat kelak. Al-Qur'an secara tegas menekankan norma perilaku ini baik untuk hal-hal yang bersifat material maupun spiritual untuk menjamin adanya kehidupan yang berimbang, ia menyatakan:
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, sehingga Allah membiarkan mereka merasakan sebagian akibat dari perbuatan mereka agar mereka mau kembali ke jalan yang benar. Katakanlah (Muhammad!): "Berjalanlah di muka bumi dan perhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum kamu, bahwa kebanyakan di antara mereka mempersekutukan Tuhan.

...Barangsiapa kafir dia sendirilah yang menanggung akibat dari kekafirannya, dan barangsiapa beramal saleh sebenarnya mereka sendiri juga yang menyiapkan tempat yang menyenangkan.

...Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka yang mau mengikuti petunjuk-Ku itu tidak akan tersesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkan mereka di hari kiamat dalam keadaan buta.

Dan sudah aku (Nabi Nuh) katakan kepada mereka: "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Dia akan menurunkan hujan lebat dari langit untukmu dan memperbanyak jumlah harta dan anak-anakmu dan akan menjadikan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu.
morzing.com dunia humor dan amazing!