PPC Iklan Blogger Indonesia

Kamis, 31 Maret 2011

Dakwah Tiada Henti


Mungkin kita pernah bertanya kepada diri sendiri: mengapa ada banyak orang yang mau bersusah payah mengingatkan orang lain? Mengapa ada begitu banyak orang yang rela kehilangan begitu banyak waktu hanya untuk menyampaikan kepada orang lain apa yang dipahami dan diyakininya? Mengapa selalu saja ada orang yang merasa harus peduli dan cinta kepada orang lain, sehingga ia merasa perlu untuk menegur dan menyadarkan? Apakah kita sudah punya jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut?
Seorang teman pernah menyampaikan bahwa ia merasa hampa dalam hidupnya. Padahal, ia sudah mendapatkan segala cita-cita dan keinginannya. Ia sudah bekerja di sebuah perusahaan asing. Perusahaan yang setidaknya memberikan jaminan hidup yang lebih dari cukup. Ia pun berambisi ingin meraih gelar sarjana, maka ia kuliah meski dengan susah payah karena harus berbagi waktu dengan pekerjaannya. Beberapa tahun kemudian berhasil lulus. Keluarga? Ia bahkan sudah lebih dulu menikah ketimbang saya yang waktu itu masih luntang-lantung tak karuan. Keluarga? Ia sudah punya anak-anak dan istri yang siap menemani, mendampingi dan menghidupkan hari-harinya.
Tapi mengapa ia merasa hampa dalam hidup, padahal ia sudah berhasil meraih segala yang diangankan dan diinginkannya selama ini? Bukankah sebuah kebahagiaan ketika kita bisa berhasil meraih apa yang selama ini kita harapkan? “Memang bahagia, tapi rasanya belum lengkap,� begitu jawabnya suatu saat.
Ia lantas bercerita bahwa dirinya merasa iri dengan teman-temannya semasa sekolah dulu dan saat itu masih sering bertemu karena ada sebagian yang bekerja di kota yang sama dengannya. Ia sampaikan bahwa ia merasa tak berarti apa-apa di hadapan teman-temannya. Meski jika dibandingkan secara ekonomi, beberapa temannya tak seberuntung dirinya. Tapi ia tetap memendam rasa iri sekaligus rasa kagum kepada teman-temannya yang senantiasa istiqomah dalam dakwah. Sementara ia sendiri merasa bahwa hidup sekadar menikmati untuk diri dan keluarganya saja. Ia pantas merasa iri dan kagum kepada teman-temannya yang, meski dengan kondisi jauh lebih sederhana darinya, tapi mampu berbagi dengan orang lain. Meski kehidupan ekonomi teman-temannya terbilang biasa, tapi baginya adalah istimewa. Karena teman-temannya bisa berbagi tenaga, berbagi waktu, dan berbagi ilmu dengan sesamanya.
Kemudian, tak lama setelah �curhat’ kecil-kecilan itu, ia bertekad untuk membagi kehidupannya untuk orang lain. Ia sudah azzam-kan kuat-kuat dalam niatnya untuk terjun dan menyiapkan diri dalam barisan pengemban dakwah. Ia semangat mengkaji Islam dan tak kenal lelah mencari ilmu. Tak lama kemudian, dakwah telah menjadi pilihan hidupnya. Ia sudah menyiapkan segalanya untuk itu. Alhamdulillah. Tapi beberapa waktu lalu, terdengar kabar dari teman saya yang satu daerah dengannya. Kabar yang tak sedap tentang dirinya: ia futur dari dakwah. Innalillaahi. Mungkin ia belum sepenuhnya siap.
Sebelum bisa menulis seperti ini, sebelum bisa menyampaikan secara lisan kepada orang lain tentang Islam, saya termasuk orang yang cuek terhadap orang lain. Saya punya prinsip, “Urus diri sendiri, jangan campuri urusan orang lain. Dan yang terpenting: Jangan membuat susah orang lain�. Itu saja sudah cukup bagi saya dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Tapi, ternyata prinsip itu runtuh seketika saat seorang teman mengajak saya untuk merenung tentang hidup. Saya termasuk kagum kepadanya karena di usianya yang masih remaja (waktu itu SMA kelas 2) sudah berani berbicara tentang bagaimana memiliki rasa peduli kepada orang lain, ia sudah dengan tegas menyampaikan bahwa dakwah adalah perjuangan antara hidup dan mati. Entah dari siapa dan bagaimana caranya ia mendapatkan prinsip tersebut. Yang jelas dan pasti, pikiran dan perasaannya sudah jauh lebih dewasa dari fisiknya itu sendiri. Saya salut kepadanya. Karena ia telah begitu serius menyiapkan diri di jalan dakwah. Subhanallah.
Masih di tahun-tahun yang sama, awal tahun 90-an waktu itu, gairah mengkaji Islam di kalangan pelajar sangat semarak. Semangat mereka mampu membakar perasaan dan pikiran saya waktu itu. Saya bahkan merasa yakin, jika banyak anak muda yang memiliki semangat untuk mengkaji Islam, bukan mustahil bila Islam akan semakin banyak pendukungnya, pembelanya, dan pejuangnya. Akan banyak anak muda yang mengemban dakwah Islam dengan semangat berkobar-kobar laksana api yang membakar. Ia akan mendidihkan pikiran dan jiwa sesamanya untuk bangkit bersama membela Islam. Tentu, dengan tiada henti.
Kini, belasan tahun sejak saya tercerahkan dengan Islam, kebanggaan saya kian memuncak, karena ada banyak generasi pembela dan pejuang Islam yang masih belia, padahal jaman saya seusia mereka, saya masih senang main-main. Kini, semangat untuk mengemban dakwah mengalir sampai jauh ke generasi yang masih belia. Saya yakin, ini tidak jadi dengan sendirinya, tapi disiapkan oleh orang-orang yang punya semangat untuk menggerakkan segenap potensi yang dimiliki kaum Muslimin. Insya Allah, kemenangan Islam, bukan khayalan. Kemenangan Islam bukan juga mimpi atau ilusi. Tapi sebuah kenyataan. Insya Allah.
Mari peduli dengan dakwah
Islam adalah agama dakwah. Salah satu inti dari ajaran Islam memang perintah kepada umatnya untuk berdakwah, yakni mengajak manusia kepada jalan Allah (tauhid) dengan hikmah (hujjah atau argumen). Kepedulian terhadap dakwah jugalah yang menjadi trademark seorang mukmin. Artinya, orang mukmin yang cuek terhadap dakwah berarti bukan mukmin sejati. Apa iya kita tega jika ada teman kita yang berbuat maksiat tapi kita diamkan saja?
Bahkan Allah Ta’ala memuji aktivitas mulia ini dalam firmanNya:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslimâ€??  (QS Fushshilat [41]: 33)
Dalam ayat lain Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk berdakwah. Seperti dalam firmanNya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.� (QS an-Nahl [16]: 125)
Menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan munkar merupakan identitas seorang muslim. Itu sebabnya, Islam begitu dinamis. Buktinya, mampu mencapai hingga sepertiga planet bumi ini. Itu artinya, hampir seluruh penghuni daratan di dunia ini pernah hidup bersama Islam. Betul, ketika kita belajar ilmu bumi, disebutkan bahwa dunia ini terdiri dari sepertiga daratan dan dua pertiga lautan. Subhanallah, inilah prestasi hebat para pendahulu kita. Itu karena mereka memiliki semangat yang tinggi untuk menegakkan kalimat “tauhid� di bumi ini dan punya kepedulian untuk menyebarkan dakwah dan jihad. Sesuai dengan seruan Allah Swt.“Dan perangilah mereka itu, hingga tidak ada fitnah lagi dan (hingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah.� (QS al-Baqarah [2]: 193)
Kini, jaman sudah jauh berubah ketimbang ribuan tahun lalu saat Islam mulai menyebar. Saat ini arus informasi makin sulit dikontrol. Internet, misalnya, telah mampu memberikan nuansa budaya baru. Kecepatan informasi yang disampaikannya ibarat pisau bermata dua. Bisa menguntungkan sekaligus merugikan. Celakanya, ternyata banyak di antara kita yang harus mengurut dada lama-lama, bahwa kenyataan yang harus kita hadapi dan rasakan adalah lunturnya nilai-nilai ajaran Islam kita. Tentu ini akibat informasi rusak yang telah meracuni pikiran dan perasaan kita. Kita bisa saksikan dengan mata kepala sendiri, bahwa banyak teman remaja yang tergoda dengan beragam rayuan maut peradaban rusak itu; seks bebas, narkoba, dan beragam kriminalitas. Mengerikan.
Sobat, Islam membutuhkan tenaga, harta, dan bahkan nyawa kita untuk menegakkan agama Allah ini. Dengan aktivitas dakwah yang kita lakukan, maka kerusakan yang tengah berlangsung ini masih mungkin untuk dihentikan, bahkan kita mampu untuk membangun kembali dan mengokohkannya. Tentu, semua ini bergantung kepada partisipasi kita dalam dakwah ini.
Coba, apa kita tidak merasa risih dengan maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja (dan juga orangtua)? Apa kita tidak merasa was-was dengan tingkat kriminalitas pelajar dan tentunya orang dewasa yang makin meroket saja? Apa kita tidak merasa kesal melihat tingkah sebagian teman remaja yang hidupnya tak dilandasi dengan ajaran Islam?
Seharusnya masalah-masalah seperti inilah yang menjadi persoalan kita siang dan malam. Beban yang seharusnya bisa mengambil jatah porsi makan kita, beban yang seharusnya menggerogoti waktu istirahat kita, dan beban yang senantiasa membuat pikiran dan perasaan kita tidak tenang jika belum berbuat untuk menyadarkan sesama dengan dakwah ini.
Itu sebabnya, kita sebisa mungkin melakukan aktivitas mulia ini, sebagai bukti kasih sayang kita kepada saudara yang lain. Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan keadaan suatu kaum atau masyarakat yang menjaga batasan hukum-hukum Allah (mencegah kemungkaran) adalah ibarat satu rombongan yang naik sebuah kapal. Lalu mereka membagi tempat duduknya masing-masing, ada yang di bagian atas dan sebagian di bagian bawah. Dan bila ada orang yang di bagian bawah akan mengambil air, maka ia harus melewati orang yang duduk di bagian atasnya. Sehingga orang yang di bawah tadi berkata: “Seandainya aku melubangi tempat duduk milikku sendiri (untuk mendapatkan air), tentu aku tidak mengganggu orang lain di atas.� Bila mereka (para penumpang lain) membiarkannya, tentu mereka semua akan binasa.� (HR Bukhari)
Untuk ke arah sana, tentu membutuhkan kerjasama yang solid di antara kita. Sebab, kita menyadari bahwa kita bukanlah Superman atau Rambo yang bisa melakukan aksi menumpas kejahatan hanya dengan seorang diri. Jika kita ingin cepat membereskan berbagai persoalan tentu butuh kerjasama yang apik, solid dan fokus pada masalah. Pemikiran dan perasaan di antara kita harus disatukan dengan ikatan akidah Islam yang lurus dan benar. Kita harus satu persepsi, bahwa Islam harus tegak di muka bumi ini. Kita harus memiliki cita-cita, bahwa Islam harus menjadi nomor satu di dunia untuk mengalahkan segala bentuk kekufuran. Itulah di antaranya alasan kenapa kita wajib berdakwah, menaruh peduli, dan tentunya menyiapkannya dengan benar dan baik.
Sobat muda muslim, biar dakwah kita mantap, mulailah menancapkan niat yang kuat untuk mengkaji Islam. Insya Allah, ketika udah mantap, tanpa harus dipaksa pun kita akan memulai berdakwah. Terus dan terus tanpa henti. Kata seorang teman, pokoknya “sejati� alias sekali jajal tak mau henti. Percayalah!
Oya, meski dalam dakwah pasti ada ujian dan fitnah, kita harus tetap sanggup bertahan. Jangan cengeng kayak Aas Rolani yang nyanyiin Tetes Banyu Mata 2 dalam irama tarling dangdut: “fitnahan lan hasutan wis ora sanggup nahan� Halah! Jangan nyerah dong!
Sobat, Allah Swt. udah memotivasi kita:â€?You are the best!â€? Yup, “Kuntum khairu ummah!â€? (kamu sekalian adalah umat yang terbaik!) Wuih, keren banget kan? Nah, biar disebut umat terbaik, maka kita kudu beriman kepada Allah Swt. serta aktif dan giat berdakwah (amar ma’ruf nahi munkar). Tentu, dengan tiada henti. Allahu Akbar! 

Audisi Penghuni Surga


Jujur aja nih, kita pantas bertanya: baik dalam hati maupun teriak keras. Bertanya tentang apa? Lengkapnya bukan bertanya aja, tapi sekaligus mempertanyakan. Kita harus bertanya: mengapa begitu banyak temen-temen remaja yang berebut ambil jatah untuk audisi jadi seleb? Lihat aja, bukan cuma rela berkeringat dan pegal menunggu giliran audisi KDI dan Indonesian Idol, tapi begitu semangat ketika memamerkan keahliannya menyanyi—dan tentu bergaya—di depan juri audisi acara tersebut.
Pertanyaan tadi kudu terjawab. Nah, sebelum menjawab pertanyaan, saya justru ingin mempertanyakan: mengapa audisi semacam itu yang ditumbuh-suburkan oleh pengelola media massa? Mengapa bukan audisi untuk berlomba dalam menggapai kehidupan akhirat? Kalo pun ada audisi dai (Dai TPI dan Pildacil), sayangnya nggak jauh beda dengan audisi untuk kepentingan entertainment semata. Cuma bungkusnya doang pake label islami. Ciloko!
Sobat muda muslim, sungguh kita prihatin banget dengan kondisi seperti ini. Sekadar membandingkan aja dengan �perlombaan’ teman-temen remaja untuk �audisi’ menjadi bintang di akhirat kelak. Mereka yang ikut audisi KDI dan Indonesian Idol mau aja untuk ngantri, berjubel ribuan orang. Buktinya bisa kamu saksikan berita tentang hal itu di televisi dan baca di media cetak. Iya kan? Tapi nih, untuk menghadiri majelis-majelis ilmu dan taushiyah yang hadir untuk �audisi’ biar kepilih sama Allah Swt. untuk mendapatkan bekal amal baik di akhirat jumlahnya nggak seheboh audisi KDI dan Indonesian Idol. Iya nggak seh?
Terus nih, sungguh kita juga kecewa kok media massa (baik cetak maupun elektronik) seolah bersatu padu untuk memeriahkan audisi macam KDI dan Indonesian Idol. Iklannya gede-gedean, dan publikasinya sangat sering. Wajar dong kalo kemudian opini tersebut mendominasi informasi dan bikin temen-temen remaja kepengen banget ikutan untuk kepilih. Ya, siapa tahu jadi seleb dadakan di bidang olah vokal dan olah tubuh—maksudnya menari yang seringnya kalo di KDI jadi murahan karena memamerkan auratnya. Halah!
?
Karena dunia lebih menyilaukan
Nah, ini jawaban buat pertanyaan pertama yang ditulis di awal obrolan kita tadi. Dunia memang menyilaukan. Perhiasanya rata-rata menyilaukan dan mempesonakan: harta, tahta, dan tentu ketenaran. Siapa sih yang nggak butuh duit? Siapa pula yang nggak mau punya jabatan? Ehm, angkat tangan kalo ada di antaramu ingin terkenal. Semua orang pasti ingin memiliki harta-tahta-popularitas. Iya kan? Apalagi sekarang ada jalan pintas untuk mendapatkannya. Jadinya ya, sangat wajar kalo ribuan teman remaja berlomba ikutan audisi untuk jadi seleb dadakan. So, niat udah kuat dan kesempatan dapat. Klop.
Boys and girls, dunia memang gemerlap. Siapa pun pasti terpesona dengan indah dan kerlap-kerlipnya kehidupan dunia. Ini memang fakta. But, apa karena terpesona dunia, lalu kita nggak pilih-pilih hiasan dunia itu? Boleh kok menikmati gemerlapnya dunia, asalkan hal itu sesuai tuntunan ajaran Islam, agama yang kita peluk dan jadikan cara hidup. So, nggak asal ambil aja. Kita punya patokan untuk menentukan baik-buruk, terpuji-tercela dan halal atau haram suatu perbuatan menurut ajaran Islam. Bukan ajaran yang lain. Setuju kan?
Nah, itu artinya dalam hidup ini kita kudu punya pegangan. Kita wajib tahu dan sadar dari mana kita berasal, mau ngapain di dunia ini, dan akan ke mana setelah �pensiun’ dari dunia ini. Kita berasal dari Allah Swt. Untuk apa di dunia? Untuk ibadah kepadaNya. Lalu, akan ke mana setelah mati dan ninggalin dunia ini? Jawabannya, kita akan kembali kepada Allah Swt. Makanya nih, di keranda jenazah biasanya ditutup kain hijau bertuliskan: “Innalillaahi wa inna ilaihi roojiuun� (sesungguhnya kami berasal dari Allah dan akan kembali kepadaNya). Yup, alasan yang paling masuk akal kenapa di keranda jenazah mesti ditulis seperti itu adalah untuk ngingetin kita yang masih hidup, bahwa suatu saat kalo ajalnya udah datang pasti menyusul teman atau saudara yang sedang diusung jenazahnya saat itu. Iya nggak sih? Kecuali kalo di tempatmu ada orang iseng dengan mengganti tulisan di keranda jenazah dengan tulisan: “Yang tidak berkepentingan dilarang masuk!� Walah!
Oke, setelah kita tahu dan sadar soal kehidupan ini, lalu apa yang akan kita lakukan? Tentu, berlomba untuk memperbanyak amal shalih buat bekal di akhirat kelak dong ya. Itu alasan yang paling logis, Bro. So, wajar dong kalo kemudian kita berusaha untuk berlomba dalam kebaikan demi dapetin predikat penghuni surga. Perlu audisi atau tes juga kelihatannya ya. Surga emang nggak gampang untuk diraih, perlu ketahanan, kesabaran, semangat, dan yang utama adalah keimanan. Kita siap kan?
Provokasi media massaBro, publikasi acara audisi macam KDI dan Indonesian Idol emang gencar banget. Terutama tentu disyiarkan terus oleh jaringan media yang menjadi penggagas acara tersebut. MNC (Media Nusantara Citra) yang menaungi stasiun televisi TPI, RCTI, dan Global TV, juga menggurita di media cetak dengan bendera koran Seputar Indonesia dan Tabloid Genie terus mengobarkan opini dua program audisi tersebut.
Nah, karena disebarkan via media massa, maka jelas ada pengaruhnya dong ya. Baik bagi masyarakat secara umum maupun individu. Budaya massa bisa saja tercipta. So, kalo terus ditayangkan program pencarian bakat macam KDI dan Indonesian Idol (dan juga sejenisnya) ini, maka akan membekas dalam benak pemirsanya dan sangat mungkin menjadi budaya mereka. Ini bisa dibuktikan dengan teori agenda seting yang digagas Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Menurut dua pakar komunikasi ini, teori agenda seting bisa diliat dari seringnya media massa �memilihkan’ topik tertentu bagi pemirsa atau pembaca sehingga mereka menjadi akrab dengan topik tersebut dan dianggap penting. Iya kan, Bro? Rasakan buktinya saat ini ya.
Sobat muda, provokasi media massa juga bakalan menumbuhkan pengaruh kepada individu dan juga masyarakat yang mengakses opininya. Satu lagi teori yang bisa membuktikan pengaruh dari media massa adalah teori Spiral of Silence alias spiral kebisuan yang dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman bisa menjadi dalil bahwa media massa cukup berpengaruh kepada masyarakat pemirsa atau pembacanya.
Menurut teori ini, individu pada umumnya berusaha untuk menghindari isolasi, dalam arti sendirian mempertahankan sikap atau keyakinan tertentu. Itu sebabnya, orang akan mengamati lingkungannya untuk mempelajari pandangan-pandangan mana yang bertahan dan mendapatkan dukungan dan mana yang tidak dominan atau populer. Jika orang merasakan bahwa pandangannya termasuk di antara yang tidak dominan atau tidak populer, maka ia cenderung kurang berani mengekspresikannya, karena adanya ketakutan akan isolasi tersebut.
Maka nih, jika media massa secara agresif dan getol–apalagi itu dilakukan oleh banyak media–dalam nampilin gambaran tentang prestasi remaja dalam KDI dan Indonesian Idol atau ajang sejenis, maka pemirsa atau pembaca yang tak ingin terisolasi dari lingkungannya akan melakukan perintah seperti “apa kata mediaâ€?. Itulah alasan mengapa banyak bacaan dan visualisasi tentang audisi jadi seleb, dalam kasus ini, menjadi terus marak dan mendapat sambutan antusias dari masyarakat secara luas. Meski tentu tak semua bisa terpengaruh memang. Tapi kita melihat dampak yang nyata secara umum. Betul?
Siapa mau ikut ke surga?Jika ditanyakan kepada manusia, pilih surga atau neraka? Dengan pengetahuan yang seadanya, dengan bekal info minim bahwa surga itu nikmat dan neraka itu menyeramkan, maka dengan lantang pasti akan memilih surga. Tapi, tahukah kita bahwa jalan menuju surga itu sulit dan jalan menuju neraka begitu mudah?
Dari Abu Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Ketika Allah menciptakan surga, Dia berfirman kepada Jibril, �Pergi dan lihatlah (surga itu)’. Jibril pun pergi untuk melihatnya. Jibril kembali seraya berkata, �Tuhanku, demi keperkasaanMu, tidak seorang pun mendengar (tentang surga itu) kecuali dia (ingin) memasukinya’. Kemudian Allah Swt. mengelilingi (surga) dengan kesulitan-kesulitan (untuk mencapainya) dan berfirman kepada Jibril, �Wahai Jibril! Pergi (lalu) lihatlah (surga itu)’. Jibril pun pergi untuk melihatnya. (Jibril) kembali seraya berkata, �Tuhanku, demi keperkasaanMu, sungguh aku khawatir tidak seorang pun yang (dapat) memasukinya’.�
Rasulullah saw. juga bersabda: “Tatkala Allah Ta’ala menciptakan neraka, Dia berfirman, �Wahai Jibril! Pergi (lalu) lihatlah (neraka itu)’. Jibril pun pergi untuk melihatnya. (Jibril) kembali seraya berkata, �Wahai Tuhanku, demi keperkasaanMu dan kemuliaanMu, tidak seorang pun mendengar (tentang neraka itu) kecuai ia tidak berkeinginan untuk memasukinya’. Kemudian Allah Swt. mengelilingi (neraka itu) dengan keinginan-keinginan syahwati dan berfirman kepada Jibril, �Wahai Jibril! Pergi dan lihatlah neraka itu’. Jibril pun pergi untuk melihatnya. Kemudian ia kembali dan berkata, �Wahai Tuhanku, demi keperkasaanMu dan kemualiaanMu, sungguh aku khawatir bahwa tidak akan tersisa seorang pun kecuali akan memasukinya’.� (Dalam penjelasan kitab Sunan Abu Daud, hlm. 13-14)
Surga dan neraka adalah ibarat ganjaran bagi orang yang lulus ujian (semacam audisi kali ye?). Oya, perlu ditekankan bahwa hidup di dunia ini setiap detiknya adalah ujian. Ujian yang hasilnya akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah kelak di akhirat. Itu artinya, setiap hari kita harus menerima dan mengatasi berbagai ujian yang diberikan oleh Allah Swt.
Jangan bayangkan bahwa ujian selalu hal yang pasti sulit dan menderita, adakalanya ujian yang diberikan Allah Ta’ala justru kita rasakan sebagai nikmat dan istimewa. Memang benar, ujian yang mendera kita berupa rasa sakit dan kesulitan ekonomi seringkali membuat kita harus lebih banyak bersabar dan berdoa untuk tidak terjerumus ke dalam kemaksiatan dan kekafiran. Tapi, jangan bayangkan pula jika kita diberikan kesehatan, kekayaan, ketenaran, dan kekuasaan adalah semata sebagai kebahagiaan, karena sejatinya itu juga merupakan ujian dari Allah. Sebab, siapa tahu sehat tapi nggak bersyukur kepada Allah Swt., kaya raya tapi kikir, tenar tapi merendahkan orang lain, berkuasa tapi dzalim. Iya nggak?
Ini kian meneguhkan bahwa selama kita masih hidup, ujian akan datang menghampiri kita selama itu. Karena hidup itu sendiri adalah ujian. Tinggal bagaimana kita menyikapinya dan menjadikan kehidupan ini lebih bermakna berlandaskan keimanan kepada Allah Swt. Dzat yang telah menciptakan kita dan seluruh alam ini, termasuk surga dan neraka.
Oke Bro, pertanyaannya sekarang, ada yang mau ikut audisi penghuni surga nggak? Kalu mau ikut audisi penghuni surga, maka dalam setiap kehidupan kita pastikan selalu dalam koridor syariat Allah Swt., yakni Islam. Bukan yang lain. Landasan berbuat kita adalah halal-haram menurut ajaran Islam. Penilaian kita terhadap suatu perbuatan apakah baik-buruk atau terpuji-tercela juga wajib mengikuti aturan baku yang ditetapkan Islam. Bukan yang lain. Tolong dicatet baik-baik ye. Makasih.
Sobat, syaratnya insya Allah mudah saja kalo pengen berhasil dalam �audisi’ penghuni surga. Pertama, beriman kepada Allah Swt. Kedua, berilmu agar bisa membedakan mana yang salah dan benar—baik ilmu agama maupun ilmu umum. Ketiga, beramal baik. Keempat berdakwah, yakni melakukan amar ma’ruf (mengajak kebaikan) sekaligus nahyi munkar (melarang kemungkaran) baik melalui lisan maupun tulisan dan sarana lainnya. Kelima, ikhlas dalam setiap amal kita. Itu aja dulu ye.
Oke deh, semoga kita menjadi para penghuni surgaNya kelak. Yuk, mulai sekarang kita cintai Islam, pelajari, pahami, dan amalkan ajarannya. Jangan lupa semarakkan syiarnya dengan dakwah. Jangan kalah dengan syiar yang miskin manfaat apalagi syiar yang udah jelas maksiat kepada Allah Swt. Hidup kita di dunia ini cuma sekali dan sementara pula, Bro. Waktu kita makin berkurang setiap detik, maka mari berlomba dalam kebaikan untuk mendapat ridhoNya. Siap?

Taat Kalo Ada yang Liat


Priiit..!!!� teriakan peluit menghentikan seorang pengendara motor yang baru aja nerobos lampu merah. Dengan perasaan cemas, doi segera menghentikan kendaraannya. Kepalanya celingak-celinguk nyari sumber suara peluit. Dari kejauhan tampak tukang gorengan berjalan mendekati doi. Rupanya, tukang gorengan itu polisi yang menyamar. Dengan muka sangar, pak polisi membentak sang pengendara.
“Kenapa kamu nerobos lampu merah?�
“Maaf pak, saya nggak liat.� Jawabnya dengan muka memelas.
“Masa’ lampu merah segede itu nggak keliatan?� hardik pak polisi tanpa belas kasihan.
“Lampu merah sih liat pak. Cuma….â€? sang pengendara ragu meneruskan kalimatnya.
“Cuma apa?!!�
“Cuma saya nggak liat ada bapak. Hehehe…â€? jawabnya sambil nyengir.
Gubraks!
Penggalan cerita di atas boleh jadi mewakili mental masyarakat kita kalo udah berurusan dengan aturan. Yup, seperti episode sebuah iklan rokok. “taat kalo cuma ada yang liat�. Di tempat kerja, kalo ada bos atau atasan, sibuk kasak-kusuk ketik sana-sini di depan komputer biar keliatan kerja. Giliran bos udah berlalu, kembali ke aktivitas rutin dengan bermain solitaire, chatting, atau ngotak-ngatik friendster.
Begitu juga dengan lingkungan sekolah. Dandanan seragam sekolah rapi lengkap dengan bet dan lokasi plus dasi cuma keliatan pas ujian doang. Soalnya kalo nggak gitu, pengawas bakal mengeliminasi kita dari ruang ujian. Berabe dong. Ternyata saat ujian, nggak cuma pakaiannya aja yang rapi, tapi contekan pun nggak kalah rapinya. Sampe-sampe pengawas sulit menemukan jejak-jejak keberadaannya. Tapi giliran pengawas meleng dikit atau permisi ke belakang, langsung deh contekan dengan ukuran font kecil dan tulisan nggak karuan mulai menampakkan diri. Mumpung nggak ada yang liat. Nah lho?
Aturan Islam juga kebagian
Sobat, mental �taat kalo diliat’ ternyata mewabah juga pada sikap remaja muslim terhadap hukum Islam. Beberapa aturan Islam yang lengket dalam keseharian kita, masih aja pake pertimbangan ada yang ngawasin apa nggak.
Seperti shalat lima waktu misalnya. Sedih juga kalo kita tahu ternyata masih ada sebagian temen-temen kita yang shalatnya angin-anginan. Kalo disuruh ortu dengan ancaman pemblokiran uang jajan, baru deh mau shalat meski dengan berat hati. Pas lagi bareng bokin yang baru jadian, shalat nggak pernah ketinggalan. Tapi pas nggak disuruh ortu atau nggak terancam pemblokiran uang jajan, shalatnya tergantung mood. Gitu juga pas lagi sendiri tanpa kehadiran pujaan hati, urusan shalat mah entar-entar dulu. Payah deh!
Kewajiban menutup aurat juga mengalami nasib yang sama. Banyak remaja muslimah yang baru mau nutup aurat alias pake kerudung dan pakaian tertutup saat mau ikut pengajian atau pesantren kilat. Nggak enak kalo keliatan ustadz nggak nutup aurat. Ada juga yang rajin pake seragam sekolah yang menutup aurat lantaran diwajibkan sekolah. Diluar itu, mereka kembali ke alamnya yang dijejali tren fashion yang mengumbar aurat dalam berbusana. Sayang ya?
Sobat, mental �taat kalo diliat’ ini memang gaswat kalo dibiarkan. Remaja bisa terbiasa jadi munafik. Plus bisa terkontaminasi penyakit riya’ yang seneng dipuji atau diliat orang. Dua sikap ini yang bisa menggerogoti keikhlasan kita dalam beramal kebaikan. Nabi saw. bersabda: “Aku akan memberitahukan beberapa kaum dari umatku. Di hari kiamat mereka datang dengan membawa kebaikan seperti gunung tihamah yang putih. Tapi Allah menjadikannya bagaikan debu yang bertebaran. Tsaubah berkata: “Wahai Rasulullah, sebutkanlah sifat mereka dan jelaskanlah keadaan mereka agar kami tidak termasuk bagian dari mereka sementara kami tidak mengetahuinya.� Rasulullah saw. bersabda: “Ingatlah!, mereka adalah bagian dari saudara kalian dan dari ras kalian. Mereka suka bangun malam sebagaimana kalian, tapi mereka adalah kaum yang jika tidak dilihat oleh siapa pun ketika menghadapi perkara yang diharamkan Allah, maka mereka melanggarnya.� (HR. Ibnu Majah).
Tuh kan sobat, cuma para pengecut yang pantas punya mental �taat kalo diliat’. Mungkin aja dia merasa hebat dan jagoan bisa lolos dari pengawasan atas pelanggarannya, tapi sebenernya dia justru berjiwa kerdil yang nggak punya nyali untuk tetep komitmen dengan perilakunya yang terpuji. So, udah deh buang jauh-jauh mental pecundang ini. Atau kamu bakal tekor dunia-akhirat? Ih, amit-amit.
Cuma taat kalo diliat, kenapa?Mental “taat kalo diliat’ tumbuh subur lantaran empat hal: niat, sanksi, pengawasan, en kesadaran.
Pertama, niat. Kita pasti tau kalo niat selalu ada di balik setiap perbuatan. Terlepas apa niat itu udah direncanain jauh-jauh hari atau spontan. Untuk ketaatan pada aturan, nggak semuanya enjoy jalaninnya. Aturan udah kadung dianggap ngebatasin gerak. Kalo ngadepin aturan, bawaan niatnya jelek mulu. Pikirnya, aturan ada untuk dilanggar, bukan untuk ditaati. Walhasil, kalo niat udah kuat, ngelanggar aturan jadi kebiasaan. Malah perbuatan dosa pun dianggap sepele. Dari sekedar nggak shalat, nggak nutup aurat, sampe jadi pelaku tetap maksiat apa pun. Cuma lantaran nggak ada yang liat. Berabe kan?
Kedua, sanksi. Sebuah aturan bakal tegak en punya power buat ngatur kalo ada sanksi yang tegas. Tanpa itu, orang bisa setengah-setengah taat ama aturan. Jangan mentang-mentang punya duit, aturan bisa dibeli. Sementara yang duitnya pas-pasan, kudu relapaksa hadir di pengadilan. Kalo rasa adil itu pilih kasih, orang nggak ngerasa penting untuk taat aturan. Ya, untuk apa taat, kalo yang nggak taat pun bisa seenaknya ngebeli aturan. Kalo udah begini, taat sama dengan makan ati. Cuapek deeeh!!
Ketiga, pengawasan. Ketegasan sanksi nggak punya arti tanpa pengawasan. Makanya, pengawasan yang kendor terhadap aturan, memancing orang untuk maen curang. Nggak ada polantas alias polisi lalu lintas, berarti ada kesempatan untuk nyari jalan pintas. Payah!
Keempat, kesadaran. Ini gerbang terakhir sebelum seeorang ngelanggar aturan. Niat udah kuat, sanksi nggak ketat, yang ngawasin juga nggak ada di tempat, berarti tinggal selangkah lagi. Kalo dia sadar ada beban moral untuk melanggar atau ngerasa bakal bikin rugi semua pihak, tentu mikir-mikir lagi untuk nggak taat. Sayangnya, beban moral terlalu lemah untuk mencegah pelanggaran. Di zaman nafsi-nafsi kayak sekarang, moral udah jadi almarhum. Yang ada tinggal kepentingan diri sendiri dan cuek dengan sekitarnya. Nggak asyik tuh!
Sobat, dari keempat faktor di atas, yang terakhir kudu dapet perhatiin khusus. Yup, soalnya kalo kesadaran seseorang dilandasi dorongan yang shahih, tentu nggak gampang tergoda melanggar aturan. Mesti niat, sanksi, atau pengawasan udah kondusif. Di sinilah pentingnya kita punya kesadaran shahih yang nggak cuma ngandelin beban moral. Dan itu ada dalam Islam. Yuk!
Allah pasti Ngeliat, Bro!Sebagai seorang muslim, kita udah sering dengar sifat-sifat Allah yang biasa dikenal dengan sebutan asma’ul husna. Keyakinan terhadap asma’ul husna ini yang mengokohkan keimanan kita kepada Allah Swt. Keimanan yang akan melahirkan kesadaran akan adanya Allah dalam setiap perilaku kita di dunia. Penting nih!
Salah satu sifat Allah yang mulia itu adalah Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Itu artinya, Allah bisa melihat dan mengetahui setiap perilaku hambaNya baik di tempat terang maupun tempat yang tersembunyi. Termasuk mengetahui letak semut hitam yang berjalan di atas batu hitam di tengah malam yang gelap gulita. Tuh kan, makhluk kecil yang tak terjangkau penglihatan manusia aja dengan mudah diketahui Allah, gimana kita yang ukurannya beberapa ratus kali lipat dari ukuran semut. Makanya nggak wajar kalo kita selaku muslim merasa nggak ada yang ngawasin perbuatan kita saat berbuat maksiat.
Dalam sebuah kisah pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab, terjadilah dialog antara ibu penjual susu dengan putrinya.
“Tidakkah kau campur susu daganganmu dengan air? Subuh telah datang,� kata sang Ibu.
“Bagaimana mungkin aku mencampurnya, sedangkan Amirul Mukminin telah melarang mencampur susu dengan air?� jawab putrinya.
“Orang-orang telah mencampurnya. Kau campur saja. Toh, Amirul Mukminin tidak akan tahu.�
Putrinya menjawab, “Jika Umar tidak tahu, Tuhan Umar pasti tahu. Aku tidak akan mencampurnya karena dia telah melarangnya.�
Dari kisah di atas, kita bisa ambil pelajaran berharga bahwa pengawasan manusia terbatas, namun pengawasan Allah unlimited!
Lolos di dunia, belum tentu di akhiratSobat, di antara kita mungkin udah tau celah untuk lolos dari razia polantas. Ada juga yang mahir ngibulin guru biar bisa cabut tepat waktu. Atau mungkin udah terbiasa menghilangkan jejak agar tak terdeteksi oleh pengawasan ortu. Tapi siapa yang jamin kamu bisa sembunyi dari pengawasan Allah? Nggak ada. Kalo kamu ngerasa aman dan bebas ngelanggar aturan Allah cuma lantaran Allah nggak terlihat, siap-siaplah menghadapi rasa takutmu yang menjadi-jadi di akhirat nanti.
Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw., tentang perkara yang diriwayatkan beliau dari Tuhannya. Allah berfirman: “Demi kemuliaanKu, aku tidak akan menghimpun dua rasa takut dan dua rasa aman pada diri seorang hamba. Jika ia takut kepadaKu di dunia, maka Aku akan memberikannnya rasa aman di hari kiamat. Jika ia merasa aman dariKu di dunia, maka Aku akan memberikan rasa takut kepadanya di hari kiamat.� (HR Ibnu Hibban)
Karena itu, agar kita nggak ngerasa aman dari Allah di dunia, Allah udah ngasih konsekuensi pahala dan dosa untuk ngukur ketaatan kita pada syariatNya. Kalo kita senantiasa taat dan ikhlas dalam ngikutin tuntunan Allah dan RasulNya di hari-hari kita, kita bisa meraih pahala. Sebaliknya, kalo kita melanggar atau taat setengah hati terhadap Allah, dosalah yang kita dapetin. Semuanya bakal diperlihatkan pada kita diakhirat nanti.
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS al-Zalzalah [99]: 7-8)
Hanya ada satu cara untuk memperkuat kesadaran akan adanya Allah Ta’ala, yaitu dengan ngaji. Yup, dengan mengaji kita selalu diingatkan akan kebesaran Allah dengan sifat-sifatNya yang mulia, kelengkapan syariatNya untuk mengatur hidup kita, dan kasih sayang Allah bagi hamba-hambaNya yang selalu berusaha untuk taat di segala situasi dan kondisi. Selalu pake ukuran dosa atau pahala sebelum berbuat.
Kini, saatnya kita menguatkan kesadaran kita akan adanya Allah Swt. dan sifat-sifatNya. Cukup mental �taat kalo diliat’ hanya ada dalam pariwara aja. Nggak usah ditiru dalam berperilaku. Sebaiknya kita berprinsip: dengan atau tanpa pengawasan dari manusia, kita tetep taat ama aturan Allah. Karena Allah Swt. pasti ngeliat, malaikat Raqib dan Atid selalu mencatat, so, taat syariat nggak kenal tempat.[Hafidz]
(Buletin STUDIA Edisi 336/Tahun ke-8/9 April 2007)

Erotisme Di Dunia Maya


Pornografi makin menggila. Batas antarnegara pun diterjang. Kini bisa hadir online 24 jam di rumah-rumah kita. Internet adalah jalan tembusnya.
Kecanggihan teknologi memang pisau bermata dua. Salah pemanfaatan bukan kebaikan yang datang, tapi marabahaya. Itu juga yang berlaku pada internet. Kemudahan informasi via internet ternyata mengundang hadirnya industri pornografi. Adalah ulah sejumlah kapitalis yang menanamkan investasi di bisnis pornografi dunia maya. Beragam informasi yang bikin gerah banyak orang itu ditawarkan. Mulai dari sekedar menampilkan gambar wanita telanjang hingga adegan-adegan yang menjijikkan dan di luar batas kemanusiaan juga dijajakan; seperti lesbian, homoseksual, pedofilia dan hubungan intim dengan hewan. Tapi apapun komentar banyak orang – termasuk kita umat Muslim –, erotisme yang ditawarkan via internet telah mendobrak batas-batas penghalang antara publik – termasuk remaja – dengan para produser pornografi. Kini, orang dewasa dan remaja tidak perlu sembunyi-sembunyi membeli majalah atau VCD porno karena semuanya dapat hadir di warung internet, dan bahkan rumah. Seperti kata Scott Hirsch, pemilik DOMELive salah satu situs porno terbesar di Amrik, “Internet telah memecahkan problem distribusi yang menghadang industri pornografi.”
Clinton-Lewinsky
Setelah Kongres Amerika menyetujui pembeberan skandal Bill Clinton dan Monica Lewinsky – hasil investigasi Kenneth Starr, 11 September 1997, sontak banyak orang mengalihkan perhatian mereka ke layar monitor. Meng –klik sejumlah situs internet dan membaca laporan setebal 442 halaman. Begitu banyaknya orang yang mengakses internet, membuat mengakses laporan itu tak segampang biasanya.
Apa kelebihan informasi yang diturunkan internet? Bebas sensor. Bila jaringan televisi dan media cetak harus melalui sensor terlebih dahulu, situs-situs menyajikannya dengan komplit. Detil demi detil perselingkuhan Mr. Bill dan karyawan magang Gedung Putih itu dikupas tuntas. Mulai dari proses perkenalan, tubrukan yang direkayasa, surat-suratan dan telepon-teleponan yang penuh rayuan gombal, hingga sejumlah perzinaan yang dilakukan sang presiden dengan pegawainya tersebut.
Nggak aneh kalau anak muda di Amrik tercatat yang paling banyak mengakses laporan tersebut, meski orang tua juga ada. Tapi kaum tua kemudian mencibir dan menyebut laporan tersebut tidak ada bedanya dengan roman stensilan murahan. “Menjijikkan,” komentar mereka.
Tapi, perselingkuhan tingat tinggi ini menjadi cerita betapa internet telah menjadi sebuah sumber informasi yang amat vital, sekaligus tambang emas kekayaan yang menggiurkan. Coba simak, setelah laporan Kenneth Starr keluar, Bursa Dow Jones mencatat bahwa saham perusahaan internet melonjak tajam. Saham American Online, misalnya meningkat dari 9 1/8 menjadi 115 ?¼; Yahoo dari 14 15/16 sampai 117 7/8; dan Amazon.com melonjak dari 16 15/16 menjadi 105 1/8; saham Excite sebuah perusahaan search engine (mesin pencari) naik 30 %, dari 9 3/8 menjadi 37 ?¾.
Itulah yang menyebabkan internet mulai dilirik para pengusaha seks. Mudah dijangkau konsumen (karena di AS komputer hampir ada di tiap rumah), harganya terjangkau karena memakai pulsa lokal, dapat disimpan, dan paling penting; privasi terjaga. Orang tidak perlu lagi ngumpet-ngumpet untuk membeli majalah atau VCD porno, cukup diam di kamar atau pergi ke warnet.
Begitu dahsyatnya, sampai-sampai Gedung Putih pun mengakses cybersex ini. Baru-baru ini seorang konsultan keamanan komputer yang disewa untuk membenahi masalah itu di dalam Gedung Putih menemukan adanya akses internet dalam jumlah besar dari dalam lokasi terhormat itu terhadap situs-situs pornografi yang menyediakan jasa tayangan streaming video secara real-time!
Sejumlah besar arsip video pornografis itu diketahui berhasil menembus masuk ke dalam Gedung Putih, padahal file-file itu harus melewati firewall yang tentu saja sudah terhitung sangat canggih untuk ukuran Amerika guna melindungi kemungkinan tersusupinya sistem komputer kepresidenan, termasuk oleh mereka yang bersembunyi di balik jasa situs-situs porno. Penggunanya? Sejumlah nama pejabat penting di sana, dan beberapa di antaranya adalah wanita. (satulelaki.com)
Karena duit, bisnis cybersex kini merajalela. Majalah Playboy, misalnya, sejak tahun ’96 lalu membuka situs di internet. “Jasa internet sangat membantu usaha kami,”kata Tony Lynn, Presiden Playboy Entertainment. Tony berkata demikian karena tiras majalah porno yang mencapai 5 juta eksemplar itu terus melorot karena mulai banyak pesaing.
Spice Entertainment, perusahaan hiburan Amerika yang semula menawarkan jasa haram itu lewat jaringan televisi juga ikut merambah internet. “Kalau mau mengeruk duit dari jasa on line, itulah seks,” kata Roger Faherty, Direktur Spice Entertainmet.
Salah perusahaan penyedia jasa erotisme Internet Video Group (IVG) menceritakan keuntungan yang mereka raup. Pemiliknya, Scott Hirsch, mampu membeli rumah mewah dan Mercedes Benz dalam sekejap. Untuk itu Hirsch mempekerjakan 3 lusin wanita cantik yang sehari-harinya ‘bertugas’ menampilkan kemesuman. Mereka kebanyakan para penari malam yang sudah jenuh bekerja di klab-klab malam. Para ‘artis’ itu bekerja di areal terbuka seluas 22.000 meter persegi di Pompano Beach, yang berfungsi sebagai cyberbroadcast, dilengkapi segala fasilitas termasuk gimnasium untuk menjaga kebugaran para ‘karyawan’. Gedungnya saja senilai US$ 1,6 juta. Tapi biaya besar itu tidak menjadi soal karena Hirsch paham betul seluk beluk bisnis ini. Perhitungan Hirsch benar, dalam tiga bulan perusahaannya sudah meraup keuntungan.
Perusahaan yang dipimpin usahawan contact lens, pernah membuat gebrakan sinting yang menjadi skandal. Mereka promosi akan menayangkan adegan mesum sepasang pemuda bernama Mike dan Diane, yang akan melepas keperawanannya 4 Agustus ’98 lalu. Para penggila erotisme kontan memburu tayangan tersebut. Ketika rencana itu diumumkan pada pertengahan Juli, dalam sekejap 50.000 orang tercatat bakal masuk situs tersebut. Masing-masing dikenai tarif $5-$8.
Namun tayangan sinting bin ngawur itu keburu terbongkar. Mike ternyata bernama Ty Taylor, 23 tahun, seorang pengangguran dari Alabama. Sedangkan Diane bernama Michelle Parma, asal Texas. Michelle mengaku ia sudah tak gadis lagi. Diduga keduanya melakukanitu untuk publisitas dan duit. Tapi keduanya menyangkal tuduhan tersebut, “Ini untuk pendidikan seks yang sehat,” kata Michelle. Rupanya mereka disponsori Condomania, sebuah perusahaan retail kondom di California. Gila nggak tuh!
Berapa keuntungan bisnis situs porno ini? Cukup susah untuk menghitungnya. Karena begitu banyaknya perusahaan seperti ini tersebar di pelosok bumi. Forrester Research, sebuah jasa konsultasi bidang telekomunikasi di Boston, mengungkapkan bahwa layanan hiburan orang dewasa (adult entertainment) mencapai US$ 50 juta pertahun. Sumber lain mengungkap tahun lalu, situs asusila ini ditaksir mengeruk keuntungan hingga US$ 200 juta, atau 35 % dari US$ 550 juta pendapatan bisnis internet.
Apa yang kini berkecamuk di dunia cyberspace adalah gambaran betapa batas asusila dan susila itu sudah menjadi kabur, bahkan nyaris tidak ada. Itulah kapitalisme. Dengan asas manfaatnya sukses mengecoh manusia untuk menjadi gila harta sekalipun dengan mengorbankan moral dan harga diri. Apa mereka akan hancurnya generasi muda dan juga masyarakat? Pertanyaan seperti itu rasanya percuma dilontarkan pada mereka, tapi lebih tepat ditujukan pada umat Muslim. Agar mereka tidak lagi mengagungkan kapitalisme, demokrasi dan sekulerisme. Toh, sudah terbukti borok-boroknya. 

Rabu, 30 Maret 2011

Boikot Produk AS: Mampukah Kita?


Nggak bisa dipungkiri kalau setiap hari kekejaman tentara Israel terhadap muslim Palestina kian mengganas. Perlawanan jelas wajib dilakukan. Salah satunya aksi pemboikotan produk AS.. Efektifkah?
Lord Marcus Sieff, salah seorang pimpinan Marks & Spencer terlama, pernah berkata bahwa salah satu prinsip obyektif perusahaannya adalah membantu pembangunan ekonomi Israel. Marks & Spencer memang salah satu perusahaan yang giat menyokong bangsa Yahudi. Setiap tahunnya perusahaan ini menyuplai dana lebih dari US$ 230 juta ke negara penjajah tersebut. Mereka tidak sendirian, masih banyak perusahaan asing yang terbukti ataupun diduga kuat melakukan konspirasi terhadap bangsa Israel. Coca Cola dan Pepsi juga melakukan kebijakan serupa. Pepsi, malah oleh sebagian orang sering diplesetkan sebagai akronim ‘Pay Each Penny to Save Israel’. Selain itu perusahaan Intel, Nokia, Levi menurut sebagian kalangan juga termasuk dalam perusahaan yang menyokong eksistensi bangsa Yahudi di tanah Palestina.
Boikot Produk Pro-IsraelMemang fatwa pengharaman produk-produk pro-AS dikeluarkan sekitar tiga tahun lalu. Namun seiring dengan kian agresifnya Israel melakukan aksi genocide terhadap umat Muslim Palestina fatwa tersebut masih relevan untuk dibahas karena masih nyaring terdengar. Awalnya adalah Dr. Yusuf Qardhawi, salah seorang tokoh Ikhwanul Muslimin terkemuka yang melontarkan fatwa tersebut. Pernyataan ini kemudian menggema ke seluruh penjuru dunia Islam.
Dalam dialog selepas shalat Jum’at di Masjid Umar bin Khaththab pada tanggal 27 Oktober 2000, Qardhawi menyatakan keterkejutannya dengan sikap sebagian kaum muslimin yang tidak bisa hidup tanpa produk-produk Amerika. Padahal menurutnya umat Muslim harus bersatu dalam menangani masalah Palestina, dan salah satu upaya mendukung perjuangan muslim Palestina adalah memboikot semua produk Israel dan AS. “Satu rial anda gunakan untuk membeli produk Israel dan AS, sama dengan satu peluru yang akan merobek tubuh saudara anda di Palestin,”katanya. Hal itu menurut Qardhawi berpijak dari kenyataan bantuan keuangan yang luar biasa oleh AS kepada negara Zionis Israel. Apa lagi, Kongres AS secara terang-terangan memihak kepada Israel dalam masalah Palestina.
Beberapa hari sebelumnya, tepatnya pada?  hari Ahad, 8 Oktober 2000, Al-Jazira News Network, sebuah stasiun televisi di?  Qatar,?  menyiarkan sebuah acara yang mengundang DR. Yusuf Al-Qaradhawi. Tema dari?  acara?  tersebut?  mengenai?  apa?  yang?  terjadi di saat ini di Palestina dan kewajiban?  jihad?  yang?  diwajibkan?  bagi?  setiap?  Muslim.
Dalam?  acara?  tersebut?  Al-Qardhawi?  mengemukakan?  sebuah fatwa bahwa “Memboikot
produk-produk?  buatan Israel dan Amerika adalah kewajiban bagi seluruh Muslim di seluruh?  dunia.” Qaradhawi?  mengatakan?  bahwa?  setiap dollar yang kita bayarkan untuk?  sebotol?  Coca?  cola,?  misalnya,?  akan?  menjadi?  sebuah?  peluru yang dalam persenjataan?  perang orang-orang Amerika atau Israel akan dibidikkan langsung ke arah kita.
Seiring dengan keluarnya fatwa tersebut sejumlah aksi pun digelar untuk mendukung fatwa Dr. Yusuf Qardhawi. Tentu saja aksi pemboikotan ini sempat mengundang polemik. Baik pada masalah hukum syara’ mengenai hal tersebut, maupun terkait dengan kendala teknis pelaksanaannya. Sebagai contoh, bisnis ritel hidangan cepat saji terkemuka McDonald’s di sejumlah negara lisensinya dipegang oleh kaum muslimin. Di Arab Saudi bisnis ritel makanan Amrik itu dipegang oleh keluarga Saudi. Namun mereka kemudian mengeluarkan pernyataan bahwa keuntungan yang diperoleh dari bisnis itu disumbangkan untuk kesejahteraan rakyat Palestina. Sementara itu di Mesir aksi para demonstran yang menentang restoran itu dihadang oleh aparat keamanan.
Sementara itu penafsiran terhadap pengharaman produk-produk tersebut juga masih menjadi perdebatan di antara kaum muslimin. Dua orang intelektual muslim yang berdomisili di Inggris Safraz Ahmed & Ahmad Jassat dalam tulisan mereka yang dimuat jurnal Khilafah Magazine edisi Juni 2003 sepakat menyatakan keharaman untuk membeli produk-produk AS pro-Israel. Kedua pemikir ini menyitir firman Allah SWT.
“Dan Allah sekali-kali tidak akan memberikan jalan bagi orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang beriman.”(An Nisaa [4]:141).
Menurut mereka kaum muslimin yang tinggal di negeri-negeri kafir seperti AS dan Eropa diperbolehkan untuk membeli produk-produk tersebut kecuali transaksi yang menguatkan Israel seperti komoditi strategis macam senjata, enerji dan pertambangan. Menurut mereka hal ini karena secara jelas akan mengokohkan kekuatan Israel. Sementara membeli barang-barang non-strategis maka hukumnya adalah boleh. Sayang, keduanya tidak menjelaskan lebih rinci batasan “strategis” dan “non-strategis”.
Sementara itu menurut mereka bagi kaum muslimin yang tinggal di negeri-negeri Islam, maka haram secara total untuk melakukan transaksi dengan perusahaan-perusahaan yang menyokong Israel. Hal ini karena negeri muslim haram hukumnya melakukan hubungan dalam jenis apapun dengan negara kafir muhariban fi’lan seperti Israel.
Manakah di antara kedua pendapat ini yang lebih kuat – antara fatwa Dr. Yusuf Qardhawi dengan Safraz Ahmed & Ahmad Jassat –? Wallahu’alam bi ash shawab. Yang jelas fatwa ini telah memicu semangat baru di tengah-tengah kaum muslimin untuk mencintai produk buatan kalangan muslim.
Kini di sejumlah negara di Timur Tengah dan Eropa beredar soft drink rival Coca Cola dengan merk Mecca Cola dan Zamzam Cola. Harian New York Times (01/01/2003) melaporkan bahwa sejumlah perusahaan Inggris, Belgia, Jerman, telah meminta kepada produser Mecca Cola untuk menjadi penyalur produk di negaranya. Manager Marketing Mecca Cola mengatakan, “Kami telah meminta sejumlah permintaan dari perusahaan AS di Califorina, Flourida dan New York.� Mecca Cola mendapat sambutan besar di kalangan komunitas Muslim di Perancis yang ingin memboikot produk AS sebagai bentuk penolakan mereka terhadap politik AS terhadap kasus Palestina-Israel.
Adalah Taufiq Matlausi, warga Prancis asal Tunisia, juga telah memiliki siaran radio untuk komunitas Muslim di Prancis. Pada bulan November 2002, ia berhasil mengeluarkan soft drink Mecca Cola menyaingi Coca Cola buatan Amerika dengan logo Mecca Cola yang mirip dengan logo Coca Cola. Sementara itu Zamzam Cola adalah diproduksi di Iran dan konon sepanjang musim panas lalu telah terjual hingga 10 juta botol di Saudi. Tertarik dengan bisnis ini Emirat Arab akan mengeluarkan Satar Cola.
Untuk mengalahkan dominasi Kentucky Fried Chicken, Taufiq meluncurkan Hilal Fried Chicken. NYT juga menyebutkan bahwa saat ini telah dilakukan perencanaan untuk launching cabang pertama Hilal Fried Chicken pada bulan Maret 2003 di Mesir.
Menurut perusahaan yang memproduksi Mecca Cola mereka menyumbangkan keuntungan 10 % penjualan satu botol, untuk dana bantuan bagi anak-anak Palestina. Kemudian 10 persen lagi untuk fakir miskin Muslim di Perancis setiap satu botol. Sejumlah pejabat di Selatan Afrika juga meminta agar ada dana 10 persen lagi untuk membantu anak-anak yang terkena AIDS.
?
Mampu dan Efektifkah?Harus diakui sejauh ini fatwa pemboikotan produk-produk AS baru berjalan pada komoditi tertentu seperti makanan, minumanpakaian. Pemboikotan ini secara jelas amat sulit dilakukan pada barang-barang strategis semisal produk IT, komputer – baik software maupun hardware-nya –, maupun industri berat seperti otomotif. Sebabnya karena ketergantungan kaum muslimin terhadap iptek Barat masih sangat tinggi. Contohnya program-program komputer keluaran Microsoft seperti Windows masih banyak dipakai oleh kaum muslimin karena hingga masih belum ada program substitusi yang setara dengan produk Microsoft.?  Padahal menurut sejumlah sumber catatan perusahaan raksasa pimpinan Bill Gates adalah penyumbang kedua terbesar bagi komunitas Yahudi dan Israel.
Ada sebuah kisah menggelikan namun ironis ketika seorang kawan tengah asyik mengetik di sebuah rental komputer milik seorang aktivis dakwah. Saat haus ia pergi ke lemari es yang menjual aneka softdrink, karena belum ngeh dengan fatwa pemboikotan produk tersebut ia pun mencari Coca Cola. Ketika yang dicari tidak ada ia bertanya kepada penjaga rental kenapa mereka tidak menjual Coca Cola. “Kami memboikot produk AS, Mas,” jawab sang penjaga tegas. Karena terkejut dengan polos sang kawan bertanya balik, “Lalu kenapa rental ini memakai software Windows, itu kan buatan AS juga?” Sang penjaga rental pun hanya terdiam, tidak mampu menjawab pertanyaan tersebut. Apa yang ditanyakan kawan saya itu juga lazim ditanyakan banyak kaum muslimin. Ketika diskusi fatwa pengharaman ini marak di sebuah milis kumpulan penulis, ada seorang member yang nyeletuk, “ngomong-ngomong antum ngirim email ini pake program buatan mana, akhi?” Jelas saja program Outlook keluaran Windows-nya Microsoft yang asal Amrik.
Karenanya munculnya fatwa pengharaman akan produk-produk pro-Israel semestinya mampu menyentakkan kita bahwa kaum muslimin masih berada di belakang Barat. Bahkan jauh di belakangnya. Terbukti kita belum mampu melepaskan diri dari berbagai produk iptek mereka. Maka langkah untuk berlepas diri dari segala produk Barat juga harus diimbangi dengan peningkatan kemampuan umat untuk bersaing dengan kaum kuffar di segala lini. Tanpa itu, maka aksi pemboikotan ini akan berjalan terseok-seok bahkan bisa jadi sulit diwujudkan. Seperti sangat sulit pada masa ini untuk tidak memakai software dan hardware komputer bikinan non AS. Menanggapi hal ini biasanya kalangan yang giat dengan aksi pemboikotan berkilah dengan alasan darurat.
Hal lain yang juga wajib dipikirkan oleh kaum muslimin apakah langkah ini akan efektif membendung dominasi AS dan kekejian Israel? Tentu saja tidak, meski tentu saja insya Allah langkah pemboikotan ini tetap bernilai amal saleh bagi yang melakukannya. Karena dominasi AS dan Israel juga tidak lepas dari kebijakan imperialis mereka di sekujur tubuh dunia Islam. Bahkan secara ironik, ideologi kapitalisme dengan basis sekulerisme masih bercokol di tubuh dan otak umat. Bahkan para penguasa merekalah yang menerapkannya dengan paksa pada umat. Lagipula, bukankah eksistensi Israel di tanah Palestina – berikut aksi kekejamannya – juga diamini oleh para pemimpin-pemimpin Arab? Terbukti mereka hanya bisa mengutuk tanpa melakukan aksi nyata untuk menyelamatkan umat Islam Palestina apalagi punya sedikit nyali untuk mengusir Israel.
Karenanya janganlah aksi pemboikotan ini membuat umat merasa cepat berpuas diri merasa telah melakukan sebuah â€?perlawanan’ terhadap AS dan Israel. Yang utama dan wajib dikerjakan umat saat ini adalah menggalang kekuatan seluruh komponen umat dan memberlakukan penerapan syari’at Islam. Maka sebelum melepaskan diri dari produk-produk AS, terlebih dahulu umat harus melepaskan diri dari ideologi batil buatan Barat. Juga melepaskan diri dari?  dominasi politik mereka. Setelah itu umat wajib menggalang jihad terhadap Israel, mengenyahkan mereka dari tanah Palestina. Apa artinya memboikot produk AS tapi membiarkan kekufuran yang ditebarkan Barat tetap eksis di dalam rumah kita sendiri.

Selamatkan Anak-anak!


Banyak orang gendeng di dunia ini. Salah satunya adalah kebiasaan mereka menceburkan anak-anak dalam dunia pornografi.
Orang tua modern bisa jadi semakin tambah waswas dengan merebaknya pornografi ke dalam jaringan internet. Siapa yang tahu ketika anak-anak sedang bermain internet tahu-tahu ia salah pencet, misalkan, atau nyelonong iklan mesum ke layar monitor. Menurut dr.. Andik Wijaya, DMSH 1 dari 3 remaja Indonesia yang suka surfing di dunia maya, pernah mengakses situs-situs porno. Ia juga menuliskan bahwa 66 persen remaja yang melakukan?  (maaf) oral seks terinspirasi oleh tayangan itu di internet. Padahal, selain jelas mesum, banyak adegan vulgar di internet itu yang terbilang menjijikkan seperti homoseksual, lesbian, pedofilia, hubungan seks dan wanita hamil, bahkan hubungan sedarah (incest). Mengerikan!
Bila di tanah air kekhawatiran akan anak-anak mengkonsumsi pornografi belum terlalu terasa, di Amerika sudah banyak orang tua yang mengajukan protes pada pemerintah setempat.?  Menyadari bahayanya, dua orang senator Amerika, James Exon dari Nebraska dan Dan Coats dari Indiana segera merancang undang-undang untuk membasmi cybersex, yang disebut Communication Decency Act.?  Dua orang senator ini mengancam akan memasukkan sanksi dendan US$ 100 ribu bagi siapa saja yang membuat gambar porno itu bisa dijangkau anak-anak. Tapi usulan ini mendapat protes keras, terutama karena berlawanan dengan First Amandement, yang, antara lain, melarang Kongres membatasi kebebasan pers, berbicara dan hak mendapat informasi. Itulah ruwetnya demokrasi; selalu mengatasnamakan kebebasan padahal banyak urusan yang membahayakan moral publik, terutama remaja dan anak-anak.
Selain mendapat tentangan secara hukum, banyak kalangan meragukan keefektifan pemerintah mengontrol dunia tanpa batas tersebut. Server lokal bisa saja dibungkam, tapi bagaimana dengan yang dari luar wilayah hukum AS? Ini yang menjadi persoalan. Di Asia, langkah positif ini sudah diikuti oleh Singapura. Pemerintah setempat sudah melakukan pembatasan. Provider, perusahaan penyedia jasa layanan internet dibatasi hanya dua buah saja. Mereka juga dikontrol ketat. Bagi mereka yang kepergok menyebarkan pornografi ada ancaman hukuman kurungan dan denda. Bagaimana di Indonesia? Para penggemar dan penggiat situs porno boleh menarik nafas lega, soalnya pemerintah nampaknya masih adem ayem.
Ancaman pornografi pada anak-anak bukan saja kekhawatiran mereka bakal mengkonsumsi tayangan tersebut, tapi mereka juga bisa menjadi korbannya. Banyak situs porno di internet yang menayangkan pornografi yang dilakukan oleh anak-anak. Baik foto mesum ataupan adegan mesumnya itu sendiri. Pada bulan September 1998 dibawah koordinasi British National Crime Squad (BNCS), aparatur kepolisian di 12 negara menggerebek markas pembuatan dan penyebaran pornografi anak-anak. Selain menangkap 100 orang lebih, juga didapatkan 100.000 foto menjijikkan. Yang lebih mengerikan, di antara anggota mafia pornografi itu ada yang menggunakan anak kandung atau keponakan, untuk kegiatan bisnis jahanam tersebut. Diduga, kegiatan pornografi anak sangat erat kaitannya dengan banyaknya anak-anak yang hilang. Di Amerika saja setiap tahunnya sekitar 800.000 anak hilang. Dan jangan salah, situs yang menayangkan pornografi anak dan remaja juga ada yang made in Indonesia. Bahkan pihak kejaksaan AS saja sampai mengeluarkan surat penangkapan bagi dua orang warga RI yang menjadi webmaster situs porno anak-anak.
Meski usaha keras kepolisian dilakukan, namun menggulung jaringan pornografi anak tidaklah mudah. Wakil Direktur BNCS, Bob Packham, mengakui hal tersebut. Jaringan yang bernama Wonderland itu muncul di AS dan menyebar ke 12 negara di Eropa dan Australia, mereka memiliki sistem yang canggih. Mereka menggunakan kode pengamanan yang dikembangkan dinas rahasia KGB, dalam jaringan komunikasinya. Dahsyat memang!
Selama mental manusia tidak dibenahi dengan akidah yang shahih, maka penghargaan pada sesama manusia tidak akan pernah ada. Yang muncul malah eksploitasi dan saling memeras, termasuk pada anak-anak, kelompok manusia yang paling lemah. Maka, manusia harus jujur bahwa mereka membutuhkan Islam. Satu-satunya ideologi yang menentang eksploitasi terhadap sesama manusia, dan mencintai kelompok yang lemah, khususnya anak-anak. [januar, sumber Gatra 10/10/98, Kompas 12/04/02, Satulelaki.com.]

Gajah Di Pelupuk Mata AS


AS terus mengkampanyekan perang melawan terorisme internasional. Padahal, sejumlah jaringan teroris domestik setiap saat siap mengancam pemerintah AS. Bak gajah di pelupuk mata?
The might is right, kata pepatah. Siapa yang kuat, itulah yang benar. Begitulah kebijakan politik AS dan sekutunya. Termasuk dalam urusan terorisme, Tanpa perlu merasa malu, AS terus menerus menuding dunia ketiga – khususnya dunia Islam – sebagai sarang teroris internasional. Tanpa peduli apakah tudingan itu punya bukti kuat ataukah tidak, pokoknya the migh is right. Terakhir, Pejabat tinggi keamanan AS, Paul Fujimura mengungkapkan bahwa jaringan militan Osama bin Laden, Al Qaida, telah menjadikan Indonesia sebagai tumpuan kakinya (Kompas, 24/05/02).
Pasca perang melawan Taliban dan Al Qaida di Afghanistan, AS terus melebarkan kampanye anti terorisme-nya ke seluruh dunia. Babak kedua melawan terorisme, istilah Bush. “Kini, Taliban telah lenyap dan Al Qaida telah kehilangan home base untuk gerakan terorisnya, kita telah memasuki babak kedua (second stage) peperangan melawan teror – sebuah kampanye lanjutan untuk menolak perlindungan bagi para teroris, mereka yang telah menganiaya warga kita darimanapun,â€? kata Bush di hadapan utusan diplomatik dari negara-negara sekutu, pada tanggal 11 Maret 2002, atau tepat 6 bulan setelah tragedi 11 September.
AS: Kreator Terorisme!Banyak yang percaya kalau semua tudingan AS itu tidak berdasar sama sekali. Mahathir misalkan, salah satu orang yang sempat berang dengan kebijakan AS. “Walaupun AS berdalih bahwa perang yang dilancarkannya adalah perang terhadap teroris, bukan perang melawan Islam. Namun hal yang sulit dinafikan adalah, bahwa hanya “teroris-teroris” Muslim saja yang menjadi target,” kata Mahathir pada acara Konferensi Tentang Terorisme yang dikutip Agence France-Presse (AFP). “Sementara AS merencanakan serangan ke Iraq, namun tidak ada kemarahan terhadap para penyebar anthrax ataupun terhadap para pendukung McVeigh,” sindir Mahathir (eramuslim.com17/11/2001). Ironinya, Mahathir dan sejumlah pemimpian ASEAN malah menandatangani nota kesepakatan untuk melawan gerakan Islam yang akan menegakkan â€?Negara Islam Raya’.
Ada lagi pernyataan yang lebih garang soal sikap �sok jagoan’ AS. Datangnya dari Noah Chomsky, politisi kawakan sekaligus penulis dan profesor linguistik pada Massachusett Institute of Technology (MIT). Ia menegaskan bahwa AS adalah negara teroris paling terkemuka di dunia.
Profesor ahli bahasa itu menyoroti bagaimana pemerintah AS-lah yang sebenarnya merekayasa kelahiran sejumlah kelompok teroris. CIA misalkan membantu kelahiran jaringan Osama bin Laden pada tahun 1979, di bawah persetujuan penasehat keamanan Presiden Carter, Zbigniew Brzenzki.
“Dalam pertengahan 1979, Carter secara diam-diam mendorong Mujahidin bertempur melawan pemerintah Afghanistan dalam upaya menjebak Rusia masuk dalam â€?perangkap Afghan’”, ujar Chomsky. Ia menyatakan bahwa Al Qoida sesungguhnya dilatih, dipersenjatai, dan diorganisasi CIA, Pakistan, Mesir, dan sejumlah negara lainnya untuk melakukan perang suci melawan Rusia, sebelum organisasi itu berbalik melawan negara-negara yang semula mendanainya.
Chomsky juga mengingatkan sikap AS yang amat berbeda tajam terhadap Iraq dan Israel. “Dalam kasus Iraq, selama sepuluh tahun terakhir AS dan Inggris telah menghancurkan kehidupan warga sipil Iraq. Mereka begitu keras terhadap Saddam Hussen. Namun sebaliknya AS adalah pendukung utama pendudukan militer Israel atas kawasan Palestina yang hingga saat ini telah berlangsung selama 35 tahun,” paparnya.
Washington selama ini dengan sangat jelas menyuplai Israel dengan helikopter-helikopter dan senjata-senjata canggih untuk menghancurkan rakyat Palestina yang tak bersenjata. Bahkan kebijakan-kebijakan pembangunan pemukiman warga Israel “dengan cara merampas wilayah-wilayah penting Palestina” adalah jelas-jelas sebagai pelanggaran HAM terhadap bangsa Palestina. Hal itu sengaja didisain Israel untuk menutup peluang kemungkinan Palestina mengembangkan kawasannya menjadi negara merdeka. Celakanya, menurut Chomsky, kebijakan Israel itu didukung AS yang selalu menyuplai negara Zionis itu dengan dana dan dukungan diplomatik.
Ia menegaskan bahwa AS sendiri sebetulnya merupakan sebuah negara teroris paling depan yang mendukung kekejaman Israel. Sebab AS menurutnya ikut mendukung pemberangusan penduduk Kurdi oleh Turki, mendukung pembunuhan yang mungkin mencapai satu juta warga sipil di Iraq, serta setengah juta anak-anak lainnya. Inilah yang menurut bekas Menlu Madeline Albright harga kebijakan AS yang harus dibayar negara-negara Islam (eramuslim.com 26/03/2002).
Boleh saja AS menuduh orang lain sebagai teroris. Kenyataannya, AS sendirilah yang menciptakan terorisme.
Terorisme Domestik
AS bukan saja pantas digelari country-terorist, tapi juga negara yang paling subur menjadi tempat tumbuhnya jaringan teroris domestik. Ya, selain ada teroris â€?plat merah’ – maksudnya adalah agresi resmi militer AS –, ternyata perut Paman Sam juga menyimpan puluhan teroris â€?swasta’ atau teroris domestik. Tidak sedikit warga AS yang juga â€?gerah’ dan membenci pemerintahnya sendiri. Mereka kemudian membentuk kelompok-kelompok bersenjata dan tidak jarang melakukan aksi teror seperti merusak sarana dan prasarana milik pemerintah. Aksi-aksi teror ini menurut data milik Militer AS, sudah berlangsung sejak awal tahun 70-an.
Tindakan apa saja yang dapat dikategorikan terorisme domestik? Menurut penjelasan yang dikeluarkan oleh situs resmi militer AS (opensource) teroris domestik adalah “aksi yang dilakukan sejumlah orang untuk menekan atau melemahkan pemerintah atau orang di dalam negeri mereka sendiri dengan mempergunakan kekerasan dengan maksud untuk menakut-nakuti, atau memaksa, mulai dari ancaman atau tindak kekerasan nyata seperti penculikan, pemukulan atau pembunuhan.� (Domestic Terror What it Holds For the New Millenium, milnet.com).
Contohnya? Sebut saja Timothy McVeigh. Pria veteran Perang Teluk ini menabrakkan truk berisi 4,000 bom pemusnah ke Gedung Federal pada bulan April �95. Akibat ulah nekatnya 168 orang tewas dan ratusan lainnya luka. Menurut hasil penyelidikan FBI, McVeigh adalah anggota organisasi militer terlarang Viper Militia yang berpusat di Arizona.
Siapa saja yang termasuk ke dalam jaringan teroris? Menurut catatan dinas militer AS ada empat golongan pelaku terorisme di AS.
  • Kelompok Pembela Hak-hak Hewan. Mereka yang tergolong sebagai pendukung Animal Rights ini tidak segan-segan memakai teror untuk menentang kebijakan pemerintah, atau siapapun yang dianggap menyesengsarakan hewan. Seperti menjadikan hewan sebagai â€?kelinci percobaan’ di lab-lab, jelas mereka tentang abis-abisan, meski harus memakai cara kekerasan sekalipun. LA Times pernah menurunkan tulisan, bahwa semenjak tahun 1979 sampai Juni 1993 Departemen Kehakiman dan Departemen Pertanian AS melaporkan bahwa 313 ekstrimis telah menyerang lembaga-lembaga penelitian dan produsen makanan sekunder dan industri bulu. Akibat serangan itu total kerugian diperkirakan mencapai 137 juta dolar.
  • Kelompok Anti Aborsi. Benci aborsi memang bagus, tapi kalau sudah memakai cara-cara kekerasan rasanya jadi ngawur. Tapi inilah yang terjadi di AS, aksi teror jadi salah satu cara untuk menunjukkan kebencian mereka pada praktik amoral ini. Utamanya sasaran mereka adalah klinik-klinik yang buka praktik pengguguran kandungan. Kalau perlu mereka ledakkan. Sebuah klinik bagi orang tua di Spokane, Washington, misalkan dibom oleh empat orang aktivis anti-aborsi ini. Menurut artikel yang ditulis Buffalo News, sekurang-kurangnya terjadi 68 kali tindak kekerasan menentang infrastruktur aborsi sepanjang tiga tahun menjelang 1990. Pada tahun 1993 aksi itu meningkat menjadi 434 kasus. Pada tahun yang sama satu kelompok garis keras anti-aborsi, Army of God, menerbitkan buku panduan cara merakit bom, melawan polisi dan menutup klinik-klinik aborsi dengan cara kekerasan. Pada tahun 1998 sebuah artikel di The Oregoinian menulis laporan bahwa kelompok pro-life telah melakukan 1700 penyerangan dan 8 pembunuhan.
  • Kelompok Pecinta Lingkungan. Walaupun namanya kelompok pecinta lingkungan, namun mereka menghalalkan cara kekerasan untuk menyerang pemerintah AS dan siapa saja yang merusak lingkungan. Mereka dikenal?  sebagai Eco-Terorist atau Anti-BioTech. Salah satu kelompok paling gigih melawan pemerintah AS adalah Earth Liberatian Front yang pernah menyerang sejumlah tempat penelitian dan sejumlah kawasan komersial di UC Davis. The Oregonian menuliskan sekurangnya terjadi 100 insiden sejak tahun 1980 dan telah merusakkan sejumlah aset senilai 43 juta dolar.
  • Milita (kelompok militer). Orang-orang yang tergabung dalam kelompok ini adalah mereka yang anti hukum, anti pajak, dan anti pemerintah AS. Di antara mereka adalah Viper Militia yang pernah menyerang gedung Federal AS di Oklahoma City pada tanggal 19 April 1994. Selain menewaskan 168 jiwa termasuk anak-anak, juga merusak 312 gedung dan 1500 kendaraan bermotor. Selain Timothy McVeigh dan rekannya Terry Nichols, tiga pelaku lainnya tidak pernah ditemukan.
  • Rasialis. Mereka ini adalah kelompok yang berdiri di atas dasar rasisme. Kelompok yang paling sohor adalah Klu Klux Klan atau yang dikenal dengan akronim triple K (KKK). Mereka secara terbuka mengkampanyekan supremasi kulit putih, anti kulit berwarna dan Yahudi. Kelompok ini sudah berdiri pada tahun 60-an tapi kemudian pemerintah AS mengeluarkan kebijakan represif untuk menghentikan kegiatan kelompok ini. Organisasi teror rasial lainnya adalah World Church of the Creator,?  Matt Hale, sang pemimpinnya sering berkhotbah, “Whites should rule the world, but by legal means”. Benjamin N. Smith, salah seorang anggotanya pernah melakukan pembunuhan berantai selama tiga hari. Ia membunuh seorang warga Korea, seorang kulit hitam dan sembilannya, terakhir ia bunuh diri. Dasar gokil!
  • Sekte Agama. Kelompok ini berdiri di atas dasar keyakinan pada kepercayaan tertentu. Yang paling â€?beken’ adalah sekte-nya David Koresh alias Stephen Howard, yang mengaku sebagai â€?Anak Tuhan’. Ada juga sekte Heaven’s Gate yang seluruh pengikutnya tewas bunuh diri untuk menyambut hari kiamat.
Menurut catatan milnet.com sekurangnya terdapat 32 gerakan teroris domestik yang aktif, dan mereka setiap saat siap menyerang pemerintah AS. Nah lho!
KhatimahIsu teroris yang kini dikobarkan AS tidak lain adalah serangan kepada umat Muslim. Ini, sebagai contoh, nampak jelas dari ucapan Lee Kuan Yew yang dimuat pada Harian The Straits Times (TST) terbitan Singapura, edisi Senin (18/2), Lee menyebutkan para tersangka teroris di Singapura, Malaysia, serta Filipina, diatur oleh pemimpin mereka di Indonesia. Para tersangka teroris yang dimaksud Lee yaitu anggota Jemaah Islamiyah (JI).
AS dan antek-anteknya kini dengan rajin memprovokasi para pemimpin negeri Islam untuk menangkapi orang-orang yang dituduh sebagai �teroris’. Bila siasat keji ini berhasil, bukan tidak mungkin para asatidz, ulama dan aktivis muslim bakal menjadi buruan dengan dalih teroris. Realitanya, AS-lah biang terorisnya!

Selasa, 29 Maret 2011

Paradigma Ekonomi Islam


Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai sebuah studi tentang pengelolaan harta benda menurut perpektif Islam (tadb?®r syu’un al-m?¢l min wijhah nazhar al-islam) (An-Nabhani, 1990). Secara epistemologis, ekonomi Islam dibagi menjadi dua disiplin ilmu:
Ekonomi Islam Normatif
Ekonomi Islam normatif, yaitu studi tentang hukum-hukum syariah Islam yang berkaitan dengan urusan harta benda (al-m?¢l). Cakupannya adalah:
  1. kepemilikan (al-milkiyah),
  2. pemanfaatan kepemilikan (tasharruf fi al-milkiyah), dan
  3. distribusi kekayaan kepada masyarakat (tauzi’ al-tsarwah baina al-nas).
Bagian ini merupakan pemikiran yang terikat nilai (value-bond) atau valuational, karena diperoleh dari sumber nilai Islam yaitu Al-Qur`an dan As-Sunnah, melalui metode deduksi (istinbath) hukum syariah dari sumber hukum Islam yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Ekonomi Islam normatif ini oleh Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani (1990) disebut sistem ekonomi Islam (an-nizham al-iqtishadi fi al-Isl?¢m).
Ekonomi Islam Positif
Ekonomi Islam positif, yaitu studi tentang konsep-konsep Islam yang berkaitan dengan urusan harta benda, khususnya yang berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Cakupannya adalah segala macam cara (uslub) dan sarana (wasilah) yang digunakan dalam proses produksi barang dan jasa.
Bagian ini merupakan pemikiran universal, karena diperoleh dari pengalaman dan fakta empiris, melalui metode induksi (istiqra’) terhadap fakta-fakta empiris parsial dan generalisasinya menjadi suatu kaidah atau konsep umum (Husaini, 2002). Bagian ini tidak harus mempunyai dasar konsep dari al-Qur’an dan as-Sunnah, tapi cukup disyaratkan tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Ekonomi Islam positif ini oleh Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani (1990) disebut ilmu ekonomi Islam (al-�ilmu al-iqtishadi fi al-islam).
Paradigma Sistem Ekonomi Islam
Paradigma merupakan istilah yang dipopulerkan Thomas Khun dalam karyanya The Structure of Scientific Revolution (Chicago: The Univesity of Chicago Prerss, 1970). Paradigma di sini diartikan Khun sebagai kerangka referensi atau pandangan dunia yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori. Pemikir lain seperti Patton (1975) mendefinisikan pengertian paradigma hampir sama dengan Khun, yaitu sebagai “a world view, a general perspective, a way of breaking down of the complexity of the real world.� [suatu pandangan dunia, suatu cara pandang umum, atau suatu cara untuk menguraikan kompleksitas dunia nyata] (Fakih, 2001).
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani (2001) menggunakan istilah lain yang maknanya hampir sama dengan paradigma, yaitu al-qa’idah fikriyah, yang berarti pemikiran dasar yang menjadi landasan bagi pemikiran-pemikiran lainnya.
Dengan pengertian itu, paradigma sistem ekonomi Islam ada 2 (dua), yaitu:
Pertama, paradigma umum, yaitu Aqidah Islamiyah yang menjadi landasan pemikiran (al-qa’idah fikriyah) bagi segala pemikiran Islam, seperti sistem ekonomi Islam, sistem politik Islam, sistem pendidikan Islam, dan sebagainya. Aqidah Islamiyah di sini dipahami bukan sekedar sebagai Aqidah Ruhiyah (aqidah spiritual), yakni aqidah yang menjadi landasan aktivitas-aktivitas spiritual murni seperti ibadah, namun juga sebagai Aqidah Siyasiyah (aqidah politis), yakni aqidah yang menjadi landasan untuk mengelola segala aspek kehidupan manusia tanpa kecuali termasuk ekonomi.
Kedua, paradigma khusus (cabang), yaitu sejumlah kaidah umum dan mendasar dalam Syariah Islam yang lahir dari Aqidah Islam, yang secara khusus menjadi landasan bangunan sistem ekonomi Islam. Paradigma khusus ini terdiri dari tiga asas (pilar), yaitu:
  1. kepemilikan (al-milkiyah) sesuai syariah,
  2. pemanfaatan kepemilikan (tasharruf fi al-milkiyah) sesuai syariah, dan
  3. distribusi kekayaan kepada masyarakat (tauzi’ al-tsarwah baina al-nas), melalui mekanisme syariah.
Dalam sistem ekonomi Islam, tiga asas tersebut tidak boleh tidak harus terikat dengan syariah Islam, sebab segala aktivitas manusia (termasuk juga kegiatan ekonomi) wajib terikat atau tunduk kepada syariah Islam. Sesuai kaidah syariah, Al-Ashlu fi al-af’?¢l al-taqayyudu bi al-hukm al-syar’i (Prinsip dasar mengenai perbuatan manusia, adalah wajib terikat dengan syariah Islam) (Ibnu Khalil, 2000).
Paradigma sistem ekonomi Islam tersebut bertentangan secara kontras dengan paradigma sistem ekonomi kapitalisme saat ini, yaitu sekularisme. Aqidah Islamiyah sebagai paradigma umum ekonomi Islam menerangkan bahwa Islam adalah agama dan sekaligus ideologi sempurna yang mengatur segala asek kehidupan tanpa kecuali, termasuk aspek ekonomi (lihat Qs. al-M?¢â€™idah [5]: 3; Qs. an-Nahl [16]: 89) (Zallum, 2001).
Paradigma Islam ini berbeda dengan paradigma sistem ekonomi kapitalisme, yaitu sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan).*1)
Paham sekularisme lahir sebagai jalan tengah di antara dua kutub ekstrem, yaitu di satu sisi pandangan Gereja dan para raja Eropa bahwa semua aspek kehidupan harus ditundukkan di bawah dominasi Gereja. Di sisi lain ada pandangan para filosof dan pemikir (seperti Voltaire, Montesquieu) yang menolak eksistensi Gereja. Jadi, sekularisme sebagai jalan tengah pada akhirnya tidak menolak keberadaan agama, namun hanya membatasi perannya dalam mengatur kehidupan. Agama hanya ada di gereja, sementara dalam kehidupan publik seperti aktivitas ekonomi, politik, dan sosial, tidak lagi diatur oleh agama (An-Nabhani, 2001).
Selanjutnya, karena agama sudah disingkirkan dari arena kehidupan, lalu siapa yang membuat peraturan kehidupan? Jawabnya adalah: manusia itu sendiri, bukan Tuhan, karena Tuhan hanya boleh berperan di bidang spiritual (gereja). Lalu agar manusia bebas merekayasa kehidupan tanpa kekangan Tuhan, maka manusia harus diberi kebebasan (freedom/al-hurriyat) yaitu:
  • kebebasan beragama (hurriyah al-aqidah),
  • kebebasan berpendapat (hurriyah al-ra`yi),
  • kebebasan berperilaku (al-hurriyah al-syahshiyah), dan
  • kebebasan kepemilikan (hurriyah al-tamalluk)
Bertitik tolak dari kebebasan kepemilikan inilah, lahir sistem ekonomi kapitalisme. Dari tinjauan historis dan ideologis ini jelas pula, bahwa paradigma sistem ekonomi kapitalisme adalah sekularisme (An-Nabhani, 2001).
Sekularisme ini pula yang mendasari paradigma cabang kapitalisme lainnya, yaitu paradigma yang berkaitan dengan kepemilikan, pemanfaatan kepemilikan, dan distribusi kekayaan (barang dan jasa) kepada masyarakat. Semuanya dianggap lepas atau tidak boleh disangkutpautkan dengan agama.
Berdasarkan sekularisme yang menafikan peran agama dalam ekonomi, maka dalam masalah kepemilikan, kapitalisme memandang bahwa asal usul adanya kepemilikan suatu barang adalah terletak pada nilai manfaat (utility) yang melekat pada barang itu, yaitu sejauh mana ia dapat memuaskan kebutuhan manusia. Jika suatu barang mempunyai potensi dapat memuaskan kebutuhan manusia, maka barang itu sah untuk dimiliki, walaupun haram menurut agama, misalnya babi, minuman keras, dan narkoba. Ini berbeda dengan ekonomi Islam, yang memandang bahwa asal usul kepemilikan adalah adanya izin dari Allah SWT (idzn Asy-Sy?¢ri’) kepada manusia untuk memanfaatkan suatu benda. Jika Allah mengizinkan, berarti boleh dimiliki. Tapi jika Allah tidak mengizinkan (yaitu mengharamkan sesuatu) berarti barang itu tidak boleh dimiliki. Maka babi dan minuman keras tidak boleh diperdagangkan karena keduanya telah diharamkan Allah, yaitu telah dilarang kepemilikannya bagi manusia muslim (An-Nabhani, 1990).
Dalam masalah pemanfaatan kepemilikan, kapitalisme tidak membuat batasan tatacaranya (kaifiyah-nya) dan tidak ada pula batasan jumlahnya (kamiyah-nya). Sebab pada dasarnya sistem ekonomi kapitalisme adalah cermin dari paham kekebasan (freedom/liberalism) di bidang pemanfaatan hak milik. Maka seseorang boleh memiliki harta dalam jumlah berapa saja dan diperoleh dengan cara apa saja. Walhasil tak heran di Barat dibolehkan seorang bekerja dalam usaha perjudian dan pelacuran. Sedangkan ekonomi Islam, menetapkan adanya batasan tatacara (kaifiyah-nya), tapi tidak membatasi jumlahnya (kamiyah-nya). Tatacara itu berupa hukum-hukum syariah yang berkaitan dengan cara pemanfaatan (tasharruf) harta, baik pemanfaatan yang berupa kegiatan pembelanjaan (infaqul m?¢l), seperti nafkah, zakat, shadaqah, dan hibah, maupun berupa pengembangan harta (tanmiyatul mal), seperti jual beli, ijarah, syirkah, shina’ah (industri), dan sebagainya. Seorang muslim boleh memiliki harta berapa saja, sepanjang diperoleh dan dimanfaatkan sesuai syariah Islam. Maka dalam masyarakat Islam tidak akan diizinkan bisnis perjudian dan pelacuran, karena telah diharamkan oleh syariah.
Dalam masalah distribusi kekayaan, kapitalisme menyerahkannya kepada mekanisme pasar, yaitu melalui mekanisme harga keseimbangan yang terbentuk akibat interaksi penawaran (supply) dan permintaan (demand). Harga berfungsi secara informasional, yaitu memberi informasi kepada konsumen mengenai siapa yang mampu memperoleh atau tidak memperoleh suatu barang atau jasa. Karena itulah peran negara dalam distribusi kekayaan sangat terbatas. Negara tidak banyak campur tangan dalam urusan ekonomi, misalnya dalam penentuan harga, upah, dan sebagainya. Metode distribusi ini terbukti gagal, baik dalam skala nasional maupun internasional. Kesenjangan kaya miskin sedemikian lebar. Sedikit orang kaya telah menguasai sebagian besar kekayaan, sementara sebagian besar manusia hanya menikmati sisa-sisa kekayaan yang sangat sedikit.*2)
Dalam ekonomi Islam, distribusi kekayaan terwujud melalui mekanisme syariah, yaitu mekanisme yang terdiri dari sekumpulan hukum syariah yang menjamin pemenuhan barang dan jasa bagi setiap individu rakyat. Mekanisme syariah ini terdiri dari mekanisme ekonomi dan mekanisme non-ekonomi.
Mekanisme ekonomi adalah mekanisme melalui aktivitas ekonomi yang bersifat produktif, berupa berbagai kegiatan pengembangan harta (tanmiyatul mal) dalam akad-akad muamalah dan sebab-sebab kepemilikan (asbab at-tamalluk) (An-Nabhani, 1990). Mekanisme ini, misalnya ketentuan syariah yang:
  1. membolehkan manusia bekerja di sektor pertanian, industri, dan perdagangan;
  2. memberikan kesempatan berlangsungnya pengembangan harta (tanmiyah mal) melalui kegiatan investasi, seperti dengan syirkah inan, mudharabah, dan sebagainya; dan
  3. memberikan kepada rakyat hak pemanfaatan barang-barang (SDA) milik umum (al-milkiyah al-amah) yang dikelola negara seperti hasil hutan, barang tambang, minyak, listrik, air dan sebagainya demi kesejahteraan rakyat.
Sedang mekanisme non-ekonomi, adalah mekanisme yang berlangsung tidak melalui aktivitas ekonomi yang produktif, tetapi melalui aktivitas non-produktif. Misalnya dengan jalan pemberian (hibah, shadakah, zakat, dan lain-lain) atau warisan. Mekanisme non-ekonomi dimaksudkan untuk melengkapi mekanisme ekonomi, yaitu untuk mengatasi distribusi kekayaan yang tidak berjalan sempurna jika hanya mengandalkan mekanisme ekonomi semata, baik yang disebabkan adanya sebab alamiah seperti bencana alam dan cacat fisik, maupun sebab non-alamiah, misalnya penyimpangan mekanisme ekonomi (seperti penimbunan).
Mekanisme non-ekonomi bertujuan agar di tengah masyarakat segera terwujud keseimbangan (al-tawazun) ekonomi, dan memperkecil jurang perbedaan antara yang kaya dan yang miskin. Mekanisme ini dilaksanakan secara bersama dan sinergis antara individu dan negara.
Mekanisme non-ekonomi ada yang bersifat positif (ijabiyah) yaitu berupa perintah atau anjuran syariah, seperti:
  1. pemberian harta negara kepada warga negara yang dinilai memerlukan,
  2. pemberian harta zakat yang dibayarkan oleh muzakki kepada para mustahik,
  3. pemberian infaq, sedekah, wakaf, hibah dan hadiah dari orang yang mampu kepada yang memerlukan, dan
  4. pembagian harta waris kepada ahli waris, dan lain-lain.
Ada pula yang mekanisme yang bersifat negatif (salbiyah) yaitu berupa larangan atau cegahan syariah, misalnya:
  1. larangan menimbun harta benda (uang, emas, dan perak) walaupun telah dikeluarkan zakatnya;
  2. larangan peredaran kekayaan di satu pihak atau daerah tertentu;
  3. larangan kegiatan monopoli serta berbagai penipuan yang dapat mendistorsi pasar;
  4. larangan judi, riba, korupsi, pemberian suap dan hadiah kepada para penguasa; yang ujung-ujungnya menyebabkan penumpukan harta hanya di tangan orang kaya atau pejabat.
PenutupDemikianlah uraian sekilas paradigma sistem ekonomi Islam. Dengan memahaminya, diharapkan umat Islam terdorong untuk menerapkannya dan sekaligus mengetahui perbedaan ekonomi Islam dengan ekonomi kapitalisme yang tengah diterapkan.
Sudah saatnya sistem ekonomi kapitalisme yang hanya menimbulkan penderitaan itu kita hancurkan dan kita gantikan dengan ekonomi Islam yang insyaAllah akan membawa barakah bagi kita semua. Marilah kita renungkan firman Allah SWT:
“Kalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan berrtakwa, niscaya akan Kami limpahkan bagi mereka barakah dari langit dan bumi, tapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya itu.â€? (Qs. al-A’r?¢f [7]: 96). [M. Shiddiq al-Jawi ]
Catatan Kaki:
  1. Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang berasal dab tumbuh di Barat pasca abad pertengahan (mulai abad ke-15), yang bercirikan adanya kepemilikan individu atas sarana produksi dan distribusi dan pemanfaatan sarana produksi dan distribusi itu untuk memperoleh laba dalam situasi pasar yang kompetitif (Milton H. Spencer, Contemporary Macro Economics, New York : Worth Publishers, 1977).
  2. Pada tahun 1985 misalnya, negara-negara industri yang kaya (seperti AS, Inggris, Perancis, Jerman, dan Jepang) yang penduduknya hanya 26 % penduduk dunia, menguasai lebih dari 78 % produksi barang dan jasa, 81 % penggunaan energi, 70 % pupuk, dan 87 % persenjataan dunia (Rudolf H. Strahm, Kemiskinan Dunia Ketiga, Jakarta : CIDES, 1999, hlm. 8-9). Pada tahun 1985 juga, pendapatan nasional (GNP) Indonesia besarnya adalah 960 dolar AS per orang setahunnya, sejumlah 80 % daripadanya merupakan nilai aktivitas ekonomi dari 300 grup konglomerat saja. Sedangkan selebihnya (hampir 200 juta rakyat) kebagian 20 % saja dari seluruh porsi ekonomi nasional (Republika, 28 Agustus 2000).
Daftar Pustaka
  1. Fakih, Mansour. 2001. Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
  2. Husaini, S. Waqar Ahmed. 2002. Islamic Sciences. New Delhi : Goodwork Book.
  3. Ibnu Khalil, Atha`. 2000. Taisir Al-Wushul Ila Al-Ushul. Beirut : Darul Ummah.
  4. An-Nabhani, Taqiy Al-Din. 1990. An-Nizham Al-Iqtishadi fi Al-Islam.. Beirut : Dar Al-Ummah.
  5. ———-. 2001. Nizham Al-Islam. Tanpa Tempat Penerbit : Mansyurat Hizb Al-Tahrir.
  6. Strahm, Rudolf H. 1999. Kemiskinan Dunia Ketiga. Jakarta : CIDES
  7. Zallum, Abdul Qadim. 2001. Demokrasi Sistem Kufur : Haram Mengambil, Menerapkan, dan Menyebarluaskannya. Bogor : Pustaka Thariqul Izzah.

Amerika; Sentra Iptek Dan Dehumanisasi


Amerika memang pusat kekufuran, tetapi Amerika juga pusat iptek. Dari urusan komputer hingga ayam goreng, Amerikalah pemimpinnya. Tak ayal lagi, Amerika diserbu jutaan manusia dari penjuru dunia, baik untuk menimba iptek maupun untuk memperbaiki status ekonomi. Nah, kali ini Permata mendapat kiriman tulisan yang sangat berharga dari seorang sahabat di negeri Paman Sam sana. Semoga catatan berikut bisa memberi manfaat buat kamu-kamu yang berkeinginan untuk belajar ke Amerika.
Siapa Bilang Pintar-pintar?Saat anak-anak usia SMP di Indonesia sudah bergelut dengan teorinya Pascal dan Isaac Newton, seabrek calon mahasiswa college di Amerika yang bahkan tidak pernah mendengar nama-nama tersebut. Mereka mungkin juga cuma tersenyum pasrah (atau cuek, gaya khas orang Amrik akibat rasa pede yang terlalu tinggi) kalau kamu ajak diskusi tentang penentuan awal/akhir bulan Ramadhan dengan memperhatikan peredaran bulan. Kamu pun tidak perlu merasa heran apabila suatu saat nanti bertemu dengan orang Amerika yang tidak bisa menghitung penjumlahan tanpa kalkulator. Gaya hidup boleh dengan kartu kredit yang akrab dengan persentase bunga, tetapi hanya kalimat “I don’t know� yang akan keluar jika ditanya berapa dolarkah sekian persen dari sekian dolar.
Demikianlah kondisi sebagian penduduk Amerika, dengan sekolah umum yang digratiskan hingga tingkat SMU. Anak-anak yang di sekolah umum, kebanyakan sibuk dengan pesta pora, pacaran dan hura-hura. Sedangkan anak-anak yang dididik di rumah (homeschooling) hanya diwajibkan untuk mengerti dasar-dasar bahasa Inggris dan matematika dan bagaimana menjadi warga negara yang baik. Mungkin kamu pun akan sulit untuk percaya bahwa kemampuan spelling words (mengeja kata) antara orang asing dengan mereka yang lahir dan besar di sono, sering lebih baik para orang asingnya. Kebanyakan, hanya anak-anak yang hidup di lingkungan kaya atau pergi ke sekolah swasta top, yang memiliki pengetahuan baik. Tentu saja tidak bisa dipungkiri bahwa di antara segelintir tersebut, ada remaja-remaja yang serius dan atau jenius yang kelak akan mengisi universitas-universitas unggulan Amerika.
Kerja, Bukan StudiUntuk menjadi seorang baker (tukang roti) memang tidak perlu kenal Mr. Pascal. Juga, tak perlu mampu mengeja kata “chemistry� dengan benar. Tetapi, seorang baker di Amerika bisa menjadi sukses dan mandiri, bahkan mampu meluaskan produknya ke luar negeri.
Kreativitas dan rasa percaya diri dengan kemampuannya inilah yang tidak dimiliki masyarakat Indonesia. Kesuksesan seakan-akan hanya diidentikkan dengan gelar dokter, insinyur ataupun kemampuan masuk rangking 10 besar di sekolah. Pekerjaan-pekerjaan lain seperti tukang masak, tukang roti, tukang batu atau petani, dianggap sebagai pekerjaan untuk orang yang tidak berpendidikan. Berbeda dengan anak-anak Amerika, yang sejak usia dini telah memiliki cita-cita yang disesuaikan dengan minat dan kemampuannya. Saya ingin menjadi perakit komputer, saya ingin menjadi juru masak, saya ingin menjadi petani buah, saya ingin menjadi tukang roti, adalah contoh-contoh cita-cita anak-anak Amerika. Mereka mungkin buta dengan matematika Kalculus atau kimia karbon, tetapi bukankah ada banyak bidang yang tidak memerlukan keduanya untuk menjadi sukses? Mereka mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, penuh semangat dan mampu menghasilkan kreativitas yang nyata. Bandingkan dengan lulusan SMU Indonesia yang mati-matian belajar kimia karbon, tetapi akhirnya hanya bekerja di Mac Donald, milik si Tukang Roti atau di KFC, si Pedagang Ayam Goreng.
Di samping itu, Amerika memiliki dana jutaan dolar—yang sebagian berasal dari kekayaan negara-negara dunia ketiga—untuk membantu pengembangan usaha dan membiayai proyek-proyek penelitian ilmiah melalui laboratorium-laboratorium yang super lengkap. Demikianlah, kreativitas tanpa dana akan sia-sia, begitu pula sebaliknya.
Sisi HitamBerbasis pada ideologi sekulerisme, Amerika menjadikan kebebasan individu sebagai puncak kemanusiaan. Dalam persoalan kematerian, kebebasan berkreasi memang mampu membuka banyak lapangan pekerjaan, yang akhirnya membawa peningkatan taraf ekonomi masyarakat. Tetapi, dalam persoalan perbuatan, kebebasan ini telah menelan seluruh nilai-nilai kebenaran. Standar kebenaran tidak lagi berpatokan kepada tuntunan Ilahi, tetapi didasarkan kepada hasil keputusan parlemen. Setiap kebijaksanaan pemerintah, termasuk dalam sistem pendidikan, harus lepas dari kepentingan agama apapun. Pemerintah tidak boleh melarang alkohol (minuman keras) lantaran pihak Kristen Konservatif merasa keberatan, atau melarang penjualan babi karena pihak Yahudi mengharamkan. Agama hanya boleh dianut dalam kehidupan individu, tanpa bisa melangkah sejengkalpun ke dalam kehidupan bersama/umum.
Tentu saja, kita sebagai muslim tidak menerima gaya hidup jahiliyah Amerika. Namun maraknya pembunuhan, perkosaan ataupun penggunaan obat-obatan terlarang yang terjadi di sana—sebagai akibat kebebasan perilaku—tidaklah sebanding dengan kuatnya ideologi Amerika dalam mempengaruhi pola berpikir setiap anggota masyarakat, baik penduduk asli maupun pendatang. Ideologi tersebut memancarkan keyakinan, pemikiran dan sistem bahwa sekulerisme adalah jalan menuju sukses, dan kapitalisme/demokrasi adalah solusi kehidupan.
Lebih-lebih, Amerika telah memproklamirkan dirinya sebagai the melting pot, yang akan melebur segala macam budaya, perilaku dan cara berpikir. Es akan dicairkan, bahkan baja pun akan dilebur. Yang dari Cina lupa norma-norma ketimurannya, yang dari Jawa lupa sopan santunnya dan yang muslim dibuat lupa makna laa ilaha illa Allah-nya.
Rambu-rambu yang Penting
Para kaum intelektual yang belajar ke Amerika, biasanya akan kembali kepada kaum muslimin sebagai pemimpin umat. Posisi yang sangat penting ini juga akan menjadi sangat berbahaya jika kita terhanyut dalam fatamorgana kesuksesan ideologi Amerika dan menjadikan Amerika sebagai kiblat. Para pemimpin seperti ini akan menjauhkan umat dari Islam, dengan propaganda kapitalis-demokrasi-sekuler hasil didikan Amerika, dan mengurung Islam di dalam batas-batas urusan individual. Sadar atau tidak, mereka justru menyebarluaskan cara berpikir sekuler yang menomorsatukan asas manfaat dan kompromistis.? 
Supaya tidak terjerumus ke dalam jeratan penjajahan intelektual ini, kita harus benar-benar membekali diri dengan pemahaman Islam yang benar, memahami perbedaan antara hadlarah (nilai-nilai ideologi) dan madaniyah (kematerian/kebendaan), sehingga bisa memilah mana yang boleh diambil (karena merupakan hasil madaniyah semata) dan mana yang tidak (karena mengandung nilai-nilai ideologi selain Islam).?  Contohnya, ilmu ekonomi versi kapitalis boleh dipelajari untuk dipahami kelemahannya, selama tidak diniatkan untuk diterapkan di dunia Islam. Adalah ironis ketika pakar ekonom lulusan LN yang nota bene muslim ternyata tidak merujuk ke Islam dalam mencari jalan keluar dari krismon, namun justru mempraktekkan sistem ekonomi kapitalisme yang ribawi.
Bukankah Allah SWT telah memperingatkan: “Barangsiapa mencari ideologi selain dari Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya (di sisi Allah), dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.â€? (Al-Qur’an QS. Ali Imron 85) – Allah knows?  best (Allahu a’lam).

[Abu Dluha, Mahasiswa Pasca Sarjana University of Texas, USA]

KHILAFAH DI MATA PARA ULAMA


Menegakkan kembali Khilafah Islamiyah merupakan kewajiban syariat bagi seluruh kaum Muslim. Beberapa alasan mengapa kaum Muslim wajib berjuang menegakkan kembali Khilafah Islamiyah adalah sebagai berikut:
Pertama, perintah untuk menaati pemimpin. Al-Quran dalam banyak ayatnya telah mewajibkan kaum Muslim untuk menaati seorang pemimpin (ulil amri). Allah Swt. berfirman:

ï???????§?£?????‘???‡???§ ?§?„?‘???°?????†?? ?????§?…???†???ˆ?§ ?£???·?????¹???ˆ?§ ?§?„?„?‡?? ?ˆ???£???·?????¹???ˆ?§ ?§?„?±?‘???³???ˆ?„?? ?ˆ???£???ˆ?„???? ?§?’?„?£???…?’?±?? ?…???†?’?ƒ???…?’ï?›

Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya serta ulil amri (pemimpin) di antara kalian. (QS an-Nisa’ [4]: 59).
Ibn â€?Athiyyah menyatakan bahwa ayat ini merupakan perintah untuk menaati?  Allah, Rasul-Nya, dan para penguasa.?  Pendapat ini dipegang oleh jumhur ulama: Abu Hurairah, Ibn â€?Abbas, Ibn Zaid, dan lain sebagainya(1).?  Yang dimaksud dengan penguasa di sini adalah khalifah atau imam.
Kedua, perintah untuk berhukum dengan aturan-aturan Allah Swt. secara menyeluruh dan sempurna.? ?  Allah swt telah berfirman, artinya:

ï???????§?£?????‘???‡???§ ?§?„?‘???°?????†?? ?????§?…???†???ˆ?§ ?§?¯?’?®???„???ˆ?§ ?????? ?§?„?³?‘???„?’?…?? ?ƒ???§???‘???©?‹ ?ˆ???„?§?? ???????‘???¨???¹???ˆ?§ ?®???·???ˆ???§???? ?§?„?´?‘?????’?·???§?†?? ?¥???†?‘???‡?? ?„???ƒ???…?’ ?¹???¯???ˆ?‘?Œ ?…???¨?????†?Œï?›

Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara total, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian. (QS al-Baqarah [2]: 208).
Imam ath-Thabari menyatakan, “Ayat di atas merupakan perintah kepada?  orang-orang beriman untuk menolak selain hukum Islam dan untuk menjalankan syariat Islam secara menyeluruh; juga merupakan larangan untuk mengingkari satupun hukum yang merupakan bagian dari hukum Islam(2).
Penerapan syariat Islam hanya akan sempurna dengan adanya institusi Khilafah Islamiyah.?  Tanpa itu, syariat Islam tidak akan pernah bisa diterapkan secara sempurna.? ?  Dari sini pula kita bisa menyimpulkan bahwa hukum menegakkan kembali syariat Islam adalah wajib.
Ketiga, persatuan dan kesatuan kaum Muslim(3).?  Islam mewajibkan kesatuan dan persatuan kaum Muslim dan melarang keterpecahbelahan (tafarruq). Rasulullah saw. bersabda:

?«?…???†?’ ?£???????§?ƒ???…?’ ?ˆ???£???…?’?±???ƒ???…?’ ?¬???…?????¹?Œ ?¹???„???‰ ?±???¬???„?? ?ˆ???§?­???¯?? ?????±?????¯?? ?£???†?’ ?????´???‚?‘?? ?¹???µ???§?ƒ???…?’ ?£???ˆ?’ ?????????±?‘???‚?? ?¬???…???§?¹???????ƒ???…?’ ?????§?‚?’?????„???ˆ?‡???»

Siapa saja yang datang kepada kalian—sedangkan urusan kalian berada di tangan seseorang (khalifah)—kemudian dia hendak memecah-belah kesatuan jamaah kalian, maka bunuhlah. (HR Muslim).
Keempat, khilafah adalah instrumen yang akan menyelesaikan persengketaan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Khalifah adalah pihak yang secara syarâ€??® akan menyelesaikan seluruh persengketaan dan perselisihan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.?  Dalam sebuah kaedah ushul fikih disebutkan:

] ?£???…?’?±?? ?§?’?„?¥???…???§?…?? ?????±?’?????¹?? ?§?’?„?®???„?§??????[

Perintah imam (khalifah) dapat menyelesaikan persengketaan(4).
Kelima, banyak hadis yang menyiratkan wajibnya kaum Muslim mengangkat seorang khalifah yang akan mengatur urusan mereka.
Keenam, Ijma Sahabat r.a. juga menunjukkan dengan jelas kewajiban untuk mengangkat seorang imam (khalifah) bagi kaum Muslim. Perhatian generasi awal Islam terhadap urusan khilafah dan pengangkatan seorang khalifah sangatlah besar.?  Bahkan mereka sampai mendahulukan urusan pengangkatan seorang khalifah dan menunda penguburan jenazah Rasulullah saw.
Seluruh argumentasi di atas telah menyakinkan diri kita bahwa kewajiban menegakkan kembali Khilafah Islamiyah merupakan puncak tertinggi pengabdian seorang Muslim kepada Rabb-nya.?  Sebab, hanya dengan tegaknya Khilafah Islamiyah?  hukum Islam bisa diterapkan secara sempurna di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, Khilafah Islamiyah merupakan jaminan bagi tersebarnya risalah Islam ke seluruh penjuru dunia, serta terwujudnya kesatuan kaum Muslim dalam bentuk ummatan wahidah.? ? 
Sikap Para Ulama Salaf
Para ulama generasi awal Islam yang hidup pada kurun terbaik telah memberi perhatian yang sangat besar terhadap urusan kekhilafahan.?  Para sahabat besar?  seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali r.a. dan para sahabat besar lainnya bergegas mengangkat seorang khalifah tatkala khalifah sebelumnya mangkat atau karena ada sebab-sebab syarâ€??® lainnya(5).
Mereka juga banyak meriwayatkan hadis-hadis yang berbicara tentang khilafah dan khalifah. Perhatikan beberapa riwayat berikut ini.

?«?ˆ???¥???†?‘???‡?? ?„?§?? ?†???¨?????‘?? ?¨???¹?’?¯?????’?Œ ?ˆ???³???????ƒ???ˆ?’?†?? ?®???„???????§???Œ ?????????ƒ?’?«???±???ˆ?’?†???»

Sesungguhnya tidak ada Nabi setelahku, tetapi akan ada para khalifah, dan berjumlah banyak. (HR Muslim).
? ?
Para sahabat juga selalu menjaga eksistensi Khilafah Islamiyah sepanjang hidup mereka. Jika seorang khalifah mangkat, kaum Muslim segera mengangkat khalifah baru sebagai bentuk manifestasi dari sabda Rasulullah saw. berikut:

?«?ˆ???…???†?’ ?…???§???? ?ˆ???„?????’?³?? ?????? ?¹???†???‚???‡?? ?¨?????’?¹???©?Œ ?…???§???? ?…?????????©?‹ ?¬???§?‡???„?????‘???©?‹?»

Siapa saja yang mati tanpa tanpa ada baiat (kepada imam/khalifah) di pundaknya, maka matinya adalah mati jahiliah. (HR Muslim).? 
Umar bin al-Khaththab r.a. sendiri bahkan memilih sekelompok pemuda yang dipersenjatai dengan pedang untuk mengawasi tim formatur pemilihan khalifah yang dipimpin oleh Abdurrahman bin Auf. Beliau berpesan kepada para pemuda tersebut untuk memenggal tim formatur jika dalam jangka 2 hari tiga malam mereka tidak berhasil mengangkat seorang khalifah.?  Padahal, anggota tim formatur tersebut adalah para sahabat yang telah dijamin masuk surga. Namun demikian, tidak seorang sahabat pun mengingkari keputusan Umar ini.?  Ini menunjukkan bahwa mereka rela mempertaruhkan segenap jiwanya untuk mengangkat seorang imam atau khalifah(6).? 
Sebagian sahabat setelah periode Khulafaur Rasyidin memilih untuk tidak melepaskan dirinya dari para penguasa fasik dan zalim demi menjaga keutuhan dan kemashlahatan kaum Muslim. Ini juga menunjukkan betapa mereka sangat memperhatikan urusan kekhilafahan dan berusaha menjaganya dengan sepenuh jiwa dan keyakinan. Dalam sebuah riwayat dituturkan bahwa Ibnu Umar r.a. dan mayoritas Ahlul Bait adalah termasuk orang-orang yang tidak menolak untuk membaiat Yazid bin Muawiyah dan mereka tidak pernah membaiat seorang pun setelah mereka menyerahkan ketaatan kepada Yazid.(7) Pendapat semacam ini juga dipegang oleh Mohammad bin Hanafiyah.
Generasi kedua memiliki sikap yang sama dengan generasi-generasi sebelumnya. Banyak riwayat menunjukkan betapa besar perhatian mereka terhadap Khilafah Islamiyah.?  Perhatian yang sangat besar terhadap urusan pemerintahan ini telah mendorong mereka untuk selalu menjaga eksistensi dan kelanggengannya.? ?  Mereka tetap taat kepada setiap khalifah yang telah dibaiat oleh umat dan selama mereka memerintah dengan hukum-hukum Allah Swt., meskipun kepribadian para khalifah tersebut buruk dan merusak.
Generasi kedua, seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Muhammad bin Ismail, Muhammad bin Idris, Ahmad bin Nuh, Ishaq bin Raahawiyah, dan lain-lain memberikan perhatian yang sangat besar atas kelangsungan pemerintahan Islam.?  Mereka memahami bahwa tanpa khalifah agama ini tidak akan sempurna.?  Untuk itu, mereka lebih memilih untuk memberikan ketaatan kepada khalifah f?¢jir, sepanjang mereka masih menerapkan hukum-hukum Allah Swt.(8)?  Sebab, tatkala para khalifah masih menerapkan hukum Islam, maka kemashlahatannya adalah untuk dirinya dan kaum Muslim, sedangkan kefasikannya hanya membahayakan dirinya sendiri.(9)
Imam Hasan al-Bashri, dalam kitab As-Sunnah, mengatakan:
Siapa saja yang diberi kewenangan untuk menduduki jabatan khilafah berdasarkan kesepakatan dari umat dan umat telah meridhainya, maka ia adalah pemimpin atas kaum Mukmin. Tidak seorang pun boleh berdiam diri, meskipun semalam saja, sementara ia tidak mengenal pemimpiunnya, baik pemimpinnya itu berperilaku?  baik ataupun buruk……..Pendapat semacam ini juga dikemukakan oleh Imam Ahmad bin Hanbal.(10)
Dalam kesempatan yang lain, Imam Hasan al-Bashri berkomentar mengenai para penguasa:
Mereka adalah pihak yang akan menjalankan lima urusan kita; menyelenggarakan shalat Jumat, jamaah, shalat Id, menjaga tapal batas negara, dan memberlakukan hud?»d. Demi Allah, agama ini tidak akan sempurna tanpa mereka (penguasa), meskipun mereka suka berbuat dosa dan zalim.(11)

Sikap Para Ulama?  Khalaf dan Mutaakhirin
Beikut adalah beberapa komentar para ulama khalaf maupun para ulama mutaakhirin:
Mengangkat khalifah merupakan kewajiban. (12) (Abu Ya�la Muhammad al-Husain al-Fira’i al-Hanbali).
Akan ada fitnah yang sangat besar jika tidak ada imam yang mengurusi urusan masyarakat. (13) (Imam Ahmad).
Harus dipahami bahwa wilayat an-n?¢s (mengurus urusan masyarakat–tertegaknya Khilafah Islamiyah) merupakan kewajiban teragung diantara kewajiban-kewajiban agama yang lain, bahkan agama ini tidak akan tegak tanpa adanya khilafah Islamiyyah. (14) (Ibnu Taimiyah).
?
Khilafah berkedudukan sebagai wakil nubuwwah….ia juga bertugas menjaga agama dan kehidupan dunia…..ia adalah sistem pemerintahan yang harus ditegakkan berdasarkan ijma’……mengangkat seorang khalifah hukumnya adalah wajib atas jama’ah al-Islamiyyah.. (15) (Imam Mawardi).
Kita tidak mungkin bisa menetapkan suatu perkara ketika negara tidak lagi memiliki imam dan peradilan telah rusak… (16) (Imam al-Ghazali).
Pendapat-pendapat senada juga diketengahkan oleh para ulama besar lain semisal Imam Ahmad, al-Bukhari dan Muslim, at-Tirmidzi, ath-Thabarani, dan Ashhab as-Sunan lainnya; Imam al-Zujaj, Abu Ya�la al-Firai, al-Baghawi, Zamakhsyari, Ibnu Katsir, Imam al-Baidhawi, Imam an-Nawawi, ath-Thabari, al-Qurthubi, Ibnu Khaldun, Imam al-Qalqasyandiy, dan lain-lain. (17)
Syaikh Taqiyyuddin al-Nabhani menyatakan:
Menegakkan Khilafah Islamiyah adalah fardhu kifayah atas kaum Muslim di seluruh dunia Islam….Menegakkan khilafah tak ubahnya dengan kewajiban-kewajiban lain yang difardhukan oleh Allah Swt…..Mengabaikan kewajiban ini adalah kemaksiatan terbesar yang akan diganjar dengan azab yang sangat pedih…. (18)
? ?
Pendapat-pendapat senada juga diketengahkan oleh para ulama mutaakhirin yang lain seperti al-Maududi, Abdul Qadim Zallum, Sayyid Quthub, dan lain sebagainya. (19)
Hampir tidak ada satupun ulama yang mukhlish yang mengingkari kewajiban untuk menegakkan kembali Khilafah Islamiyah, meskipun mereka berbeda pendapat dalam menetapkan posisi khalifah dan?  metode perjuangan untuk menegakkannya kembali. Para ulama sejak generasi awal Islam hingga mutaakhirin tidak pernah berselisih pendapat mengenai kewajiban untuk mengangkat seorang khalifah atau imam.
Hanya para ulama f?¢jir dan fasik yang menghambakan dirinya kepada orang-orang kafir yang terus berusaha memalingkan umat Islam dari upaya menegakkan Khilafah Islamiyyah semisal Ali Abdurraziq, Syarif Husain, serta orang-orang yang menyebarkan pemikiran-pemikiran kafir Barat atas nama Islam. Para ulama semacam ini menyebarkan pemikiran-pemikiran rusak yang meracuni kejernihan ajaran Islam.
Wall?¢hu aâ€?lam. [Syamsuddin Ramadlan al-Nawiy]
morzing.com dunia humor dan amazing!