PPC Iklan Blogger Indonesia

Senin, 25 April 2011

Kalam Cinta dari Tuhan

Sebuah Pemaknaan dan Pencarian Jatidiri Anak Manusia (Permisifisme Vs al-Hayya) Judul: Kalam Cinta dari Tuhan Penulis: Ali Sobirin el-Muannatsy Penerbit: Republika, Jakarta Cet. I, Juni 2007 Kebebasan yang didapat remaja masa kini, memiliki dua sisi pemaknaan berbeda. Di satu sisi kebebasan itu dapat tumbuh dan berkembang ke arah yang baik. Di sisi lain apa yang dinamakan kebebasan itu sedikit demi sedikit merenggut kehadiran norma-norma sosial dan nilai-nilai moral dari kehidupan remaja. Norma-norma dan nilai-nilai itu seolah dilupakan dan dapat begitu saja dilanggar. Kebebasan yang keblabasan begitu menjadi menarik untuk didapatkan dan dipraktektan, dan seterusnya menyeret generasi muda ke dalam labirin kesenangan semu. Ali Sobirin agaknya melihat fenomena ini sebagai sebuah gejala yang harus segera dapat ditangani atau paling tidak dapat disikapi dengan benar. Melalui karya fiksinya-Kalam Cinta dari Tuhan- aktivis yang lebih sering dipanggil Mas Also ini mencoba menggugah pembaca untuk lebih jauh lagi menelaah gejala sosial ini. Di dalam novel empat ratusan halaman ini, Mas Also mengatakan bahwa arti kebebasan sebenarnya akan didapatkan ketika ada tanggungjawab moral yang menyertai kebebasan itu, tak dapat tidak! Adalah Joni Kesiangan, seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi Islam di Jakarta, yang menjadi pengayuh cerita novel ini. Joni yang lulusan pondok pesantren, harus merasakan kerasnya hidup di Jakarta. Hidup yang keras tidak hanya dalam artian susahnya hidup karena minimnya pekerjaan, tetapi juga godaan-godaan yang ada di dalamnya. Jakarta sebagai kota metropolitan tentu menawarkan beranekaragam kesenangan dan godaan bagi yang menempatinya, termasuk pelajar seperti Joni. Joni atau Alim Murthadany ini, adalah seorang figur yang disenangi kawan-kawannya. Seorang figur yang dapat dikatakan menjadi panutan bagi teman-temannya. Cerdas, bijak, penuh keterbukaan, dan menghargai teman dan apa yang diperolehnya, serta agak ambisius. Dengan sifat-sifat seperti inilah, ia selalu dikelilingi dan disenangi oleh orang di sekitarnya, termasuk teman-teman perempuannya. Bahkan seorang tante-tante pun sempat tertarik padanya, dan sempat hendak menjerumuskannya, meski demikian, karena ketulusan dan keikhlasan dalam menjalin hubungan, Joni tetap dalam penjagaan Tuhan. Yang begitu menarik dari novel ini adalah selain dikemas dengan bahasa yang enak, isinya pun sarat akan pesan moral yang dalam, terutama tentang konsep permisifisme dan al-hayya. Permisifisme yang kata lainnya adalah kebebasan yang keblabasan, merupakan satu kondisi di mana batasan-batasan yang diciptakan nilai-nilai dan norma-norma tak lagi berlaku. Baik-buruk tak ada bedanya, semuanya baik asalkan sesuai hasrat atau keinginan (hal.341). Di sini, melalui tokoh Joni, Mas Also mengatakan bahwa budaya permisifisme ini terjadi karena kurangnya pengawasan dan perhatian terhadap generasi muda. Peran orang tua tak lagi jelas di era, di mana mereka memerankan diri hanya dalam tataran pemenuhan kebutuhan materi bagi anak-anak mereka, padahal ada kebutuhan lain—batin—yang seharusnya menjadi fokus dalam “keluarga”. Peran orang tua harusnya mendidik anak-anaknya agar dapat bermoral dan bermartabat, dengan menjadi figur yang baik bagi anak-anaknya tentunya. Materi penting, tapi kasih sayang dan perhatian untuk memenuhi kebutuhan batin anak lebih penting. Di tingkat lanjut setelah keluarga, anak-anak muda sulit sekali menemukan figur-figur baik yang siap menjadi panutan. Figur-figur yang selama ini ada, lebih banyak menampilkan sisi negatif dari pada positifnya. Seharunya ada simbiosis yang baik dalam ranah yang lebih luas ini, di mana orang tua berperan untuk menjadi figur yang baik dan lingkungan membantu memberi makna kehidupan pada si anak dari sisi yang lain. Jadi antara keluarga dan masyarakat ada semacam hubungan simbiosis mutualisme dalam membentuk karakter anak.Selain figur, dari sejak dini, harusnya anak-anak sudah diajarkan apa itu namanya budaya malu (al-hayya). Budaya ini akan membentuk watak dan perilaku anak untuk malu ketika melakukan sesuatu yang tidak baik atau benar. Bukankah saat ini bangsa ini sulit sekali menemukan orang-orang yang malu ketika berbuat tidak benar, kasus korupsi misalnya. Maraknya praktek korupsi di negeri ini, adalah indikator yang menunjukkan bahwa negeri ini tak lagi memiliki budaya malu. Yang ada adalah budaya muka tembok yang tanpa malu caplok sana, caplok sini, tak peduli jika ada saudaranya dilanda kemiskinan, diambang kehancuran. Secara garis besar novel ini, enak dan asyik serta baik dibaca oleh siapapun, termasuk para pelajar yang memang menjadi fokus di mana pesan-pesan itu ingin disampaikan. Mas Also cukup berhasil meramu novel ini dengan begitu apik, dari sekedar cerita cinta diolah menjadi karya sastra penuh nilai dan pesan-pesan penuh makna. Selain itu, novel ini juga memiliki kedetailan pendiskripsian yang tinggi, bahkan terlihat begitu akurat, tentu hal ini akan membuat pembaca terbawa ke dalam ikatan emosional yang lebih pada setiap alur cerita dalam novel ini. pendiskripsian yang hampir sempurna inilah yang menjadikan nilai lebih dari novel ini. Mungkin hanya pada penarikan pola hubungan antar tokoh yang mengalami sedikit “kekerasan” dalam penuturannya. Pola hubungan yang nampak begitu dipaksakan itu jelas terlihat pada pola hubungan keluarga Pak Sana (Ayah Joni) dan Pak Dhany (ayah Tari, pasangan Joni). Banyak sekali kebetulan yang ada dalam hubungan dua keluarga ini. Pak Sana dan Pak Dhany kebetulan teman lama waktu masa-masa nyantri, dan anak-anak mereka (Joni dan Tari) kebetulan menjadi sepasang kekasih. Ini mengakibatkan hilangnya sedikit rasa gereget yang seharusnya dapat dimunculkan di sini. Padahal rasa itu bisa muncul misalnya bila hubungan Joni dan Tari agak dipersulit, anggap orang tua mereka tidak saling kenal dan Joni harus berjuang keras untuk mendapatkan Tari, tentu ini akan lebih menarik. Meskipun kesederhanaan ini memunculkan sedikit ruang kosong, namun ini agaknya tak terlampai fatal. Ruang kosong itu hanyalah implikasi dari upaya Mas Also untuk menghadirkan happy ending dalam novel ini, dan lagi-lagi itu hanya membiarkan sedikit rasa gereget dalam novel itu hilang tanpa menegasikan kenikmatan pembaca ketika mengarungi Kalam Cinta dari Tuhan. Khayun Ahmad Noer Pecinta buku dan sastra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

morzing.com dunia humor dan amazing!