PPC Iklan Blogger Indonesia

Minggu, 10 Juli 2011

URGENSI FISIKA DALAM PERSPEKTIF ISLAM (Tinjauan Ayat-Ayat Al-Qur’an)

A. Ruang Lingkup Islam
1. Aqidah Islamiah
Aqidah secara definitif adalah kaidah atau prinsip-prinsip dasar keimanan seseorang yang diyakini kebenarannya dengan kalbu, diikrarkan atau diucapkan dengan lisan, serta selalu dipegang teguh sebagai pedoman dan landasan untuk diwujudkan dalam segala segi prilaku kehidupan sehari-hari. Aqidah sangat erat kaitannya dengan teologi atau ilmu tentang Tuhan.
Teologi (theology) ialah ilmu tentang Tuhan atau ilmu ketuhanan. Menurut Clarence L., Barnhart dan Robert K. Barnhart, “theology is the study of God and His relation with man and universes; the study of religious beliefs; and a system of religious beliefs”. Sebagaimana di kutip oleh Darwis Hude dari buku karangan Barnhart 1978. Berdasarkan definisi ini dapat dipahami bahwa teologi meliputi tiga cakupan kajian utama: pertama, ilmu yang mempelajari tentang Tuhan dan hubungan-Nya dengan manusia dan alam. Kedua studi tentang agama dan kepercayaan-kepercayaan dalam agama. Dalam literatur keislaman teologi lebih dikenal dengan ilmu kalam, ilmu tauhid; ilmu ushuluddin atau ‘aqa’id.
Ushuluddin secara harfiah, adalah pokok-pokok ajaran agama. Aqidah, iman dan tauhid disebut ushuluddin karena ajaran aqidah merupakan ajaran pokok agama. Selanjutnya ‘aqa’id (bentuk jamak dari aqidah) artinya meyakini kebenaran yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya tanpa disertai keraguan sedikitpun.
Konsepsi dasar Aqidah Islam yang menempati kedudukan paling tinggi adalah pertanyaan persaksian yang merupakan basis keyakinan ketauhidan seseorang yaitu; la ilaha illa Allah, tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah. Kemudian; Muhammad rasul Allah, Muhammad itu adalah utusan Allah.
Berkaitan dengan ketauhidan, makna tauhid dapat dibedakan menjadi tiga; tauhid Rububiyah yaitu mengimani bahwa Allah SWT,adalah pencipta segala sesuatu, dan mengurus kesemuanya dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam hal tersebut. Kedua adalah tauhid uluhiyah yaitu mengimani bahwa Allah SWT yang berhak untuk di sembah dengan haq, dan tidak ada sekutu baginya. Ketiga adalah tauhid Asma’ wa sifat yaitu mengimani semua apa yang disebutkan dalam al-Qur’an dan hadis-hadis sahih, tentang nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya, kemudianmenetapkan semua itu untuk Allah SWT tanpa mengubah, meniadakan, penyerupaan ataupun menanyakan bagaimana caranya.
Orang-orang yang percaya terhadap hukum-hukum al-Qur’an percaya terhadap adanya Allah Yang Maha Kuasa yang telah menciptakan alam ini. Mereka juga percaya akan adanya alam akhirat serta meyakini bahwa dunia adalah ladang menuju kehidupan akhirat. Dengan demikian mereka akan senantiasa menggunakan kehidupan dunia ini untuk mendapatkan kebaikan di akhirat. Mereka akan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah Sang Penciptanya, dengan berbagai cara yang dapat membawa mereka ke arah itu. Salah satu cara yang dapat ditempuhnya adalah dengan mengkaji ayat-ayat Allah, baik ayat qauliyah maupun ayat kauniyah.
Mengkaji ayat qauliyah berarti mengkaji al-Qur’an secara tekstual, kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kajian terhadap ayat-ayat qauliyah akan mendorong manusia untuk mengkaji ayat-ayat kauniyah karena di dalam al-Qur’an yang merupakan himpunan ayat-ayat qauliyah terdapat ayat-ayat yang memerintahkan kepada manusia untuk melakukan pengamatan terhadap alam semesta (al-Kaun), yang merupakan ayat kauniyah.
Sudah diketahui bahwa alam yang dipenuhi oleh manfaat-manfaat dan kebaikan ini, baik yang berada di langit maupun di bumi beserta kandungan-kandungannya itu diciptakan untuk kebaikan manusia. Maka sudah sewajarnyalah manusia bersyukur atas semua nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepadanya dengan cara berusaha untuk selalu melaksanakaan perintah-Nya dan menjauhi setiap larangan-Nya, baik itu yang dinashkan di dalam al-Qur’an maupun dari perkataan dan ajaran Rasul (utusan)-Nya.



2. Syari’ah
Syari’at secara etimologi mengandung dua arti, pertama yaitu jalan yang lurus, kemudian yang kedua berarti air yang dialirkan untuk diminum. Syari’at ialah segala ketentuan yang berkaitan dengan pengaturan semua aspek kehidupan manusia yang merupakan implementasi dari keseluruhan ajaran agama. Adapun Al Jurjani dalam karyanya At-Ta’rifaat, Syari’at yaitu perintah untuk melaksanakan kewajiban sebagai hamba.
Syari‘at merupakan aturan-aturan atau kaidah umum yang terkandung dalam al-Qur’an dan Hadis, yang diterjemahkan dalam hukum Islam. Syari‘at dalam Islam mencakup beberapa aspek antara lain aqidah, ibadah dan mu‘amalah. Dimana akidah memberikan pedoman keyakinan kepada manusia tentang ketauhidan dan keimanan, sedang ibadah dan mu’amalah berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhannya dan dengan sesama manusia.
Islam merupakan agama yang mengesakan Tuhan yaitu Allah. Didalam Islam diajarkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang menciptakan segenap makhluk dan alam semesta beserta segala isinya. Islam mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa taat kepada perintah dan menjauhi larangan Allah dan mengikuti ajaran Allah yang disampaikan oleh utusan-Nya.
Dalam rukun Islam yang pertama yaitu syahadat telah menyatakan bahwa tiada Tuhan yang wajib di sembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Hal itu telah memberikan landasan bagi umat Islam dalam menjalankan kewajiban selanjutnya setelah dia berikrar masuk Islam dengan syahadat tersebut.
Beriman kepada Allah SWT mengakui kesucian agama, mengakui hukum-hukum al-Qur’an adalah inti dari hukum-hukum syari’at, undang-undang, peraturan-peraturan dan kehidupan sosial dalam masyarakat muslim.
Islam adalah agama Allah yang disyariatkan-Nya sejak nabi Adam AS hingga nabi Muhammad SAW kepada umat manusia. Agama Islam merupakan agama bagi manusia yang paling sempurna. Allah telah menegaskan kebenaran dan kesempurnaan Islam sebagai agama bagi manusia di dalam al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 3:
اليوم اكملت لكم دينكم واتممت عليكم نعمتى ورضيت لكم الاسلام دينا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridlai Islam itu jadi agama bagimu”.
Sesungguhnya Islam adalah agama peradaban yang komperhensif dan selaras dengan kemajuan zaman. Islam adalah agama yang mengusung keadilan dan memberantas kezaliman, membawa pesan rahmat dan menolak kekerasan, juga agama yang berorientasi membangun. Juga berpegang pada landasan untuk mengemukakan hal-hal yang bermanfaat dan mewujudkan beberapa hal yang membawa kemaslahatan serta mengimplementasikan semua sarana prasarana yang dibutuhkan demi kelangsungan makhluk hidup di jagad raya.
3. Sains
Paradigma sains saat ini mengalami kepincangan dikarenakan adanya sikap dikotomi yang dilakukan oleh masyarakat. Sains dalam pandangan masyarakat seakan terpisah dari agama dan memiliki orientasi yang jauh berbeda yang seakan tidak ada satu titik temu antara keduanya.
Tidak dapat dipungkiri saat ini sebagian besar ilmuwan muslim tengah beruasaha untuk mengembalikan persatuan agama dan sains. Akan tetapi hal itu masih belum memperlihatkan hasil yang memuaskan karena pemahaman tentang sains sebagai bagian dari agama itu masih menjadi milik para ilmuwan dan belum menjadi pemahaman masyarakat umum.
Agama Islam dan sains merupakan dua hal yang sangat erat kaitannya dan tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Sains merupakan bagian dari Islam. Di dalam al-Qur’an pun telah banyak dijelaskan mengenai perintah untuk menguasai dan memahami sains. Sains merupakan sebuah pintu menuju iman, karena dengan menguasai sains manusia akan dapat merasakan kehadiran Allah sebagai Pencipta yang tak ada tandingan bagi-Nya. Sains dan akidah (keyakinan) bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan pemahaman sains manusia akan meyakini kekuasan Allah.
Ajaran Islam tidak pernah mengenal pertentantangan antara ilmu dengan iman. Basis iman adalah ilmu tidak ada pertentangan antara keduanya. Keduanya berjalan berdampingan dan saling menguatkan. Sebagaimana ungkapan Einstein tentang hal ini, yaitu ilmu tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu adalah pincang. Tanpa ilmu iman akan mudah runtuh dan ilmu jika tidak didasari atau disertai dengan keimanan terhadap Allah SWT dapat membawa pada kesesatan dan dapat membawa kerusakan dalam kehidupan.
Keyakinan (akidah) akan dapat dicapai hanya dengan landasan ilmu dan pengetahuan, karena kekuatan akidah tidak mungkin dapat dicapai jika hanya didasarkan pada taklid dan tab‘iyah (mengekor). Seseorang akan benar-benar meyakini sesuatu jika dia memiliki pengetahuan mengenai sesuatu yang diyakininya tersebut. Demikian pula dengan keyakinan akan adanya Tuhan, seorang muslim yang sejati meyakini adanya Allah bukan semata-mata karena ajaran dogmatis yang diterima dari nenek moyang (Islam turun-temurun) akan tetapi karena dia telah mendapatkan bukti-bukti yang nyata yaitu dengan melihat kebesaran ciptaan-Nya di alam ini.
Akidah semacam itu tidak akan mudah untuk diruntuhkan karena telah memiliki pondasi yang kuat. Akidah atau keyakinan atas sesuatu yang telah didapatkan buktinya secara nyata tentu tidak akan mudah digoyahkan oleh goncangan-goncangan dari manapun datangnya. Akan tetapi jika keyakinan itu muncul hanya karena mengikuti orang lain tanpa tahu apa isinya dan apa alasannya (taklid), dengan mudah goncangan-goncangan akan menggoyahkannya.
Ibarat orang memegang sesuatu akan tetapi matanya dalam keadaan tertutup, dia tidak tahu persis apa sebenarnya yang tengah dipegangnya, dia tidak tahu apakah itu membahayakan dirinya atau tidak. Ketika tiba-tiba ada orang yang mengatakan bahwa yang dia pegang adalah ular yang sangat berbisa dan siap menggigitnya, dengan serta merta dia akan melepaskannya dan bahkan melemparkannya jauh-jauh. Demikian pula gambaran seorang muslim tanpa ilmu.
Pemahaman terhadap alam dan tingkah lakunya atau dengan kata lain penguasaan terhadap sains (Natural Science) akan mengarahkan manusia pada keyakinan adanya kekuasaan Tuhan dan kemudian keyakinan tersebut akan menguatkan keimanan manusia dan membawa pada kemajuan teknologi. Ketaqwaan terhadap Tuhan yang disertai dengan kemajuan teknologi akan menjadikannya sebagai umat yang kuat.
Di dalam al-Qur’an yang merupakan himpunan firman-firman Allah banyak sekali ayat yang memerintahkan untuk menguasai sains dan mengembangkan teknologi. Oleh karena itu, manusia yang bertaqwa sudah seyogyanya maju dalam hal sains dan teknologi dan bukan hanya menjadi konsumen bagi produk-produk teknologi orang Barat.
Di sinilah kemudian bertemu antara iman, akal dan kemampuan fisik (kekuatan fisik) yang akan menghasilkan pesatnya kemajuan dalam sains dan teknologi. Kemajuan yang dicapai tersebut akan sangat menakjubkan, karena merupakan ekspresi dari ketaqwaan terhadap Allah SWT yang terwujud dalam bentuk teori ilmu dan produk iptek untuk kesejahteraan manusia dan makhluk lainnya.
Sains merupakan bagian yang penting dalam agama Islam, karena merupakan dasar bagi seseorang untuk meyakini adanya Tuhan dan mengetahui tanda-tanda kebesaran-Nya. Oleh karena itu agama Islam selalu menekankan kepada ummatnya untuk selalu menuntut ilmu tanpa membedakan antara ilmu fikih sebagai tuntunan ibadah dan ilmu lain. Natural Science merupakan bagian penting dalam Islam karena mempelajari alam ciptaan Tuhan dan karakteristiknya yang unik. Dengan sains inilah manusia melihat betapa sangat besar kekuasaan Tuhan dan alangkah besar keajaiban ciptaan Tuhan.
B. Sains dan Fisika

Berkaitan dengan definisi sains, terdapat banyak sekali pendapat mengenai hal itu. Akan tetapi pada dasarnya definisi-definisi tersebut mengarah pada satu kesamaan visi yaitu sains merupakan basis ilmu yang memiliki beberapa cabang, terkait dengan obyek ilmu tersebut.
Kata ‘ilmu pengetahuan’ atau ‘sains’ dalam bahasa Indonesia mempunyai beberapa padanan kata dalam bahasa asing antara lain; “science (dalam bahasa Inggris), wissenschaft (Jerman) atau weten schap (Belanda). Sedangkan yang di maksud dengan pengetahuan science __tanpa ada keterangan lebih lanjut __, adalah natural sciences atau ‘ilmu pengetahuan kealaman’. Natural science merupakan ilmu-ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena alam semesta, dengan segala isinya, yang termasuk kedalam natural sciences (selanjutnya disebut science) adalah ilmu-ilmu dasar ‘(basic sciences)’, disebut pula sebagai ilmu-ilmu murni (pure sciences); derivasi dari basic sciences adalah adalah applied sciences atau ilmu-ilmu terapan’, yaitu farmasi, kedokteran, pertanian, kedokteran gigi, optomeri dan lain-lain.

Ilmu-ilmu murni mempelajari gejala-gejala alam berdasarkan pengalaman, observasi, dan pengamatan. Ilmu-ilmu murni inilah yang melahirkan teori-teori tentang alam dan gejala-gejala alam yang terjadi. Di dalamnya mengkaji tentang karakteristik benda atau unsur-unsur alam dan kemudian akan diterapkan dalam ilmu terapannya.
Natural science dalam kehidupan sehari-hari bangsa indonesia kemudian biasa disebut dengan ilmu pengetahuan alam, karena ilmu ini mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta. Ilmu pengetahuan alam tersebut kemudian terbagi menjadi beberapa cabang ilmu.
HW. Fowler menyatakan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan induksi. Sedangkan Nokes di dalam bukunya “Science in Education”, sebagaimana dikutip oleh Abu Ahmadi menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus.
Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains (dalam arti sempit) sebagai disiplin ilmu terdiri atas physical science dan life sciences. Termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, minerologi, meteorology dan fisika; sedangkan life sciences meliputi biologi, Zoologi, dan fisiologi.
Untuk memperoleh ilmu pengetahuan alam diperlukan metode khusus, yaitu dengan observasi dan pengamatan terhadap kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan alam sekitar. Hasil pengamatan itu dianalisis dan akan dapat ditarik kesimpulan mengenai gejala dan karakteristik obyek. Kesimpulan itulah yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah teori ilmu pengetahuan alam (IPA), yang berkaitan dengan hasil pengamatan tersebut.
Pengetahuan dapat di bedakan menjadi pengetahuan inderawi (jenis pengetahuan yang di dasarakan atas pengamatan indera atau pengalaman manusia sehari-hari), pengetahuan akal budi (jenis pengetahuan yang didasarkan pada akal pikiran atau rasio), pengetahaun intuitif (jenis pengetahuan yang didasarkan atas intuisi, pemahaman secara cepat), dan pengetahuan otoritatif (jenis pengetahuan yang diperoleh berdasarkan kredibilitas seorang tokoh atau sekelompok orang yang di anggap ahli dalam bidangnya).
Dari pengelompokan tersebut, ilmu pengetahuan alam (sains) termasuk dalam pengetahuan inderawi, karena dalam penemuan, pemahaman dan pengembangan sains (pengetahuan kealaman) didasarkan pada pengamatan indera dan pengalaman manusia sehari-hari, setelah itu dia mengadakan observasi lebih lanjut, untuk mendapatkan pengetahuan lebih lengkap tentang pengamatan dan pengalaman tersebut. Dari hasil pengetahuan inilah kemudian akan dihasilkan pemahaman tentang alam semesta dan tingkah lakunya.
Pengamatan inderawi. Dalam diri manusia dan hewan terdapat beberapa indera yang dapat digunakan untuk mengetahui sesuatu. Ada lima macam indera yang di sebut indera eksternal ; penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman dan peraba. Disamping itu secara tradisional ada empat indera internal, indera sentral atau sensitivitas umum, imajinasi, memori indera dan indera estimasi.
Indera eksternal ini menjadi sarana bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan tentang alam semesta. Dengan indera penglihatan dapat dilakukan pengamatan tentang bentuk, warna, gerak dan karakter fisik lainnya, kemudian suara dapat di tangkap oleh indera pendengaran, aroma dan bau oleh indra penciuman dan sebagainya.
Pengamatan merupakan unsur pertama dalam mendapatkan ilmu pengetahuan alam (sains). Dari pengamatan panca indera (indera eksternal), manusia akan berusaha untuk mengetahuai tentang apa yang ditangkap oleh panca indera tersebut. Dia akan berusaha menyingkap rahasia-rahasia alam yang masih tersimpan dan mengembangkannya sebagai ilmu pengetahuan bagi manusia.
Dengan tersingkapnya rahasia alam satu-persatu, serta mengalirnya informasi yang di hasilkannya, jangkauan sains makin luas dan lahirlah sifat terapannya yaitu teknologi. Produk dari ilmu terapannya inilah yang nantinya banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan akan pengembanganan ilmu pengetahuan.
Produk teknologi sangat membantu manusia dalam melaksanakan tugasnya baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, termasuk dalam upaya untuk mengadakan penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan, Social Science maupun Natural Science.
Ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat dan saling mendukung. Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan kemajuan teknologi, sedangkan kemajuaan teknologi sangat mendukung penemuan-penemuan baru yang membawa perkembangan ilmu pengetahuan maupun melahirkan ilmu pengetahuan yang baru, karena dengan kemajuan teknologi, tercipta alat yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian dan diperolehlah ilmu pengetahuan baru. Alat-alat yang diciptakan untuk keperluan penelitian memberikan kemudahan bagi ilmuwan untuk mengadakan penelitian untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitiannya.
Perkembangan selanjutnya memperlihatkan bahwa konsep-konsep IPA menunjang teknologi yang bersangkutan dikaji secara mendalam. Dalam abad ke-21 ini hubungan antara IPA dan teknologi menjadi semakin erat, hal itu ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi modern yang didasarkan atas konsep-konsep IPA.
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam (sains) yang mempelajari struktur dan sifat-sifat benda alam, peristiwa atau gejala-gejala yang terjadi pada benda-benda alam serta hukum yang dipatuhinya serta melukiskannya secara matematis sehingga dapat dikenali secara kuantitatif.
Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan alam, oleh karena itu hakikat Fisika dapat ditinjau dan dipahami melalui hakikat sains. Samudji mengutip pendapat dari beberapa saintis antara lain Fisher, Conant, Campbell, Bube, M.T Zen, Carin dan Sund, dan Dawson. Mereka mencoba mendefinisikan sains sebagai berikut ;
Menurut Conant sains adalah bangunan atau deretan konsep dan skema konseptual (conceptual scemes) yang saling berhubungan sebagai hasil dari experimentasi serta observasi selanjutnya (Kuslan dan Stone 1978). Menurut Fisher (1975), sains adalah bangunan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode berdasarkan observasi. Menurut Campbell, sains adalah pengetahuan (knowledge) yang bermanfaat dan praktis dan cara atau metode memperolehnya. Menurut Bube, sains adalah pengetahuan tentang alam yang diperoleh melaui interaksi dengannya. Menurut Kemany, seorang filosof, sains adalah semua pengetahuan yang dibangun (diperoleh) melalui metode keilmuan (Ficher 1975). Menurut Zen (1984), sains adalah suatu eksplorasi kealaman materi berdasarkan observasi, dan yang mencari hubungan alamiah yang teratur mengenai fenomena-fenomena yang diamati serta bersifat mampu menguji diri sendiri. Menurut Carin dan Sund (1989), sains adalah suatu system untuk memahami semesta melalui data yang dikumpulkan melalui observasi atau experimentasi yang dikontrol. Sedangkan menurut Dawson (1994), sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia yang termotivasi oleh keingin tahuan akan alam di sekelilingnya dan keinginan untuk memahami, menguasai dan mengolahnya demi memenuhi kebutuhan.

Sebagai cikal bakal ilmu pengetahuan modern yang dibangun oleh Galileo pada abad pertengahan Fisika merupakan gabungan antara analisis deduktif dan proses induktif dengan mengandalkan dukungan pengamatan empiris berdasar pada panca indera sebagai dasar validitas prinsip yang dikembangkan.
Fisika mengkaji karakteristik benda dan gejala-gejala alam. Gejala-gejala alam seperti hujan, angin, petir, perubahan siang dan malam, perubahan cuaca dan iklim dan lain sebagainya juga termasuk dalam kajian Fisika. Berbagai sifat dan gejala fisik yang terjadi di lingkungan kehidupan manusia merupakan obyek kajian Fisika.






BAB III
ILMU PENGETAHUAN DAN FISIKA MENURUT ISLAM

A. Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Islam
1. Kewajiban Menuntut Ilmu
Manusia diciptakan lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah yang lain. Kesempurnaan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya tersebut adalah dengan dengan pemberian akal pikiran dalam penciptaannya. Akal inilah yang dapat membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Dengan akal itu Allah SWT telah memuliakan manusia, mengangkat derajatnya dengan derajat yang tinggi. Akal adalah alat untuk berpikir, Allah SWT menjadikan akal sebagai sumber tempat bermula dan dasar dari ilmu pengetahuan. Imam Ghazali mengatakan sebagaimana dikutip oleh Wahbah Az-Zuhaili, penyebutan kata yang terkait dengan “al-‘aqlu” dalam Al-Qur’an sedikitnya ada lima puluh kali dan penyebutan ‘Uulin-nuhaa’ sebanyak dua kali.
Allah SWT berfirman dalam S. Al-Jastiyah ayat 3-5:
ان في السموات والارض لايات للمؤمنين(3) وفي خلقكم ومايبث من دابة ايات لقوم يوقنون(4) واختلاف اليل والنهار وماانزل الله من السماء من رزق فاحيابه الارض بعد موتها وتصريف الرياح ايات لقوم يعقلون (5)
Artinya: Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini. Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.

Di dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa dalam setiap ciptaan Allah terdapat ilmu pengetahuan yang akan menunjukkan tanda-tanda Kebesaran Allah kepada manusia. Untuk menggali dan mendapatkan pengetahuan itu manusia harus menggunakan akal pikiran yang telah dianugerahkan kepadanya. Dalam hal ini wahyu dan akal saling mendukung dan melengkapi untuk mendapatkan tanda-tanda Kekuasaan Allah.
Agama Islam datang dengan memuliakan sekaligus mengaktifkan kerja akal serta menuntutnya kearah pemikiran Islam yang rahmatun lil’alamin. Manusia harus dapat menggunakan kecerdasan yang dimilikinya untuk kesejahteraan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat.
Akal sebagai dasar dari ilmu pengetahuan memberikan kemampuan kepada manusia untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk dan dapat memberikan argumen tentang kepercayaan dan keberagamaannya. Dengan kemampuan akal untuk berpikir ini manusia mampu menentukan pilihan yang terbaik untuk dirinya dan agamanya.
Islam juga meluaskan cakrawala manusia mengenai potensi intelektual, psikologis dan unsur-unsur penting penghidupan lainnya. Islam mengajarkan manusia untuk menggunakan kemampuan berpikirnya untuk menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan menggunakan akal yang dimilikinya manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan.
Manusia harus terus menimba ilmu karena ilmu terus berkembang mengikuti zaman. Apabila manusia tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, niscaya pandangannya akan sempit yang berakibat lemahnya daya juang menghadapi jalan kehidupan yang cepat ini.
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekananya terhadap Ilmu (sains). Al-Qur’an dan al-Sunah mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Allah SWT telah menjanjikan derajat yang tinggi bagi orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan.
Allah SWT berfirman:
واذا قيل انشزوا فانشزوا يرفع الله الذين امنوا منكم والذين اوتواالعلم درجات
“Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (al-Mujadalah 11).

Menurut al-Maraghi, tafsir dari ayat ini adalah bahwa Allah meninggikan orang-orang yang mukmin dengan mengikuti perintah-Nya dan perintah Rosul, khususnya orang-orang yang berilmu di antara mereka beberapa derajat yang banyak dalam hal pahala dan tingkat keridlaan. Ayat tersebut menunjukkan betapa Allah SWT sangat memuliakan orang-orang yang berilmu pengetahuan. Ayat tersebut juga memberikan gambaran kepada manusia mengenai kedudukan ilmu pengetahuan, sebagai bekal baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. Ada sebuah ungkapan terkenal mengenai bagaimana orang harus menuntut Ilmu;“Tuntutlah ilmu sekalipun di negeri Cina”.(HR. Ibnu ‘Adiy dan Al-Baihaqi)
Maksud dari ungkapan tersebut adalah; bahwa ilmu harus dicari dan dikejar walaupun berada di negeri yang sangat jauh sekalipun. Ungkapan tersebut menunjukkan betapa penting dan utamanya kegiatan Talab al-‘ilm, hingga harus dilakukan walau dengan perjalanan ke negeri yang sangat jauh sekalipun. Kata “negeri Cina” di atas hanya sebagai perumpamaan negeri yang sangat jauh, karena negeri Cina adalah negeri yang sangat jauh bagi umat Islam yang berada di Timur Tengah pada waktu itu. Jadi seandainya sekarang negeri yang perekembangan ilmu pengetahuannya paling maju, berada di belahan bumi bagian barat maka kesana pula kita harus mengejar ilmu itu.
Rasulullah menegaskan dengan sabda beliau:
طلب العلم فريضة على كل مسلم (رواه ابن ماجه)
“Menuntut ilmu itu adalah suatu kewajiban bagi setiap orang Islam”. )HR. Ibnu Majjah)
Jelaslah dari sabda Rasul tesebut bahwasanya menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim, tanpa membedakan laki-laki ataupun perempuan. Begitu pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia, karena orang beribadah kepada Allah juga harus dengan ilmu.
Salah satu imbauan Al-Qur’an dalam dunia ilmu pengetahuan adalah manusia diwajibkan belajar kepada siapa saja yang mempunyai ilmu, dan bermanfaat bagi kehidupan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sekalipun ia lebih muda umurnya dan lebih rendah derajatnya. Hal itu menunjukkan keutamaan ilmu pengetahuan dan pentingnya penguasaan terhadap ilmu pengetahuan.
Allah Berfirman dalam al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 9:
قل هل يستوى الذين يعلمون والذين لايعلمون انما يتذكر اولوا الالباب
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

Allah membedakan antara orang yang berilmu dan orang yang jahil, keduanya tidak sama. Terlepas dari substansi ilmu pengetahuan, yang terpenting adalah antara orang yang berilmu dan orang yang bodoh jelas tidak sama. Dalam ayat tersebut juga diperlihatkan mengenai fungsi akal dalam usaha untuk menerima pelajaran atau mendapatkan ilmu pengetahuan.
Al-Qur’an telah menunjukkan ciri-ciri intelektualitas dan keilmuan orang mukmin; Berpikir tentang alam semesta dan ciptaan Allah, mencari ilmu tidak bersikap apriori, bebas berpikir dan berkeyakinan. Hadis Rasulullah menunjukkan ciri-ciri orang mukmin sebagaimana dikutip oleh Abdul Hamid Mursi;
المؤمن كيس فطن حذر دقاف لايعجل ثبت عالم ورع (روه الديلمي)
“Seorang mukmin adalah pandai, cerdik, waspada, hati-hati, teguh, pemberani, tidak tergesa-gesa, berilmu dan sederhana dalam kehidupannya (selalu takut berbuat salah dan dosa)” (HR Ad-Dailimi).

Hadis tersebut menunjukkan bahwa sebagai seorang mukmin haruslah memiliki sikap waspada, pandai, cerdik dan sebagainya sebagaimana diungkapakan dalam hadis tersebut. Untuk dapat memiliki sikap dan sifat semacam itu maka seorang mukmin harus membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Ciri-ciri orang mukmin yang diterangkan di dalam al-Qur’an dan hadis tersebut merupakan, rambu-rambu yang harus benar-benar diperhatikan oleh seorang yang mengaku dirinya sebagai seorang mukmin. Semua ciri-ciri yang disebutkan di atas hanya dapat dimiliki oleh seseorang apabila dia menguasai ilmu pengetahuan.
Umat Islam harus memiliki ilmu pengetahuan agar dapat menjadi seorang muslim sejati yang dapat menjalankan segala perintah dan larangan Allah SWT. Dengan demikian mereka tidak mudah terjerumus ke jalan syetan yang menyesatkan dengan segala tipu dayanya. Untuk dapat menjadi manusia yang berilmu maka dia harus mencari dan mendapatkan ilmu tersebut di manapun berada dan bertanya pada siapa yang telah menguasainya walaupun kepada orang yang lebih muda sekalipun.

2. Implikasi Fisika Terhadap Pendidikan dan Kegiatan Talab Al-‘ilm

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim tanpa membedakan laki-laki atau pun perempuan. Untuk itu diperlukan sebuah majlis khusus bagi umat Islam untuk melaksanakan kewajiban mereka tersebut, dimana dalam majlis itu akan dilaksanakan kegiatan belajar mengajar. Majlis inilah yang menjadi sarana jalannya pendidikan bagi umat Islam sebagai bentuk kegiatan talab al-‘ilm .
Kegiatan menuntut ilmu ini dapat dilaksanakan dengan jalan mendapatkan dari orang yang telah mendapatkannya lebih dahulu, dengan membaca kitab (buku) ilmu pengetahuan atau dari pengalaman dalam kehidupan sehari-hari atau dari kejadian-kejadian alam yang kemudian dianalisis dan didapatkan kesimpulan mengenai kejadian tersebut yang diterbitkan sebagai ilmu pengetahuan.
Upaya untuk menguasai ilmu pengetahuan tidak dapat lepas dari kegiatan pendidikan. Karena bagaimanapun penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dari generasi ke generasi selalu melibatkan proses pendidikan.
Pendidikan yang pertama kali dilakukan adalah pendidikan oleh Allah SWT;
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Alaq ayat 5
علم الانسان مالم يعلم
“Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. Al-Alaq:5)
Kemudian dalam surat Al-Anbiya’ ayat 80;
وعلمناه صنعة لبوس لكم لتخصن من بأسكم فهل انتم شاكرون
“Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk memelihara kamu dalam peperanganmu, maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah”. (QS. Al-Anbiya’:80)
Kemudian dalam surat Al-Baqarah ayat 31 juga disebutkan;
وعلم ادم الاسمآء كلها(الاية)
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya”.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia pertama kali mendapatkan ilmu pengetahuan adalah melalui pengajaran. Pengajaran yang pertama kali dilakukan adalah pengajaran yang dilakukan oleh Allah kepada Adam (QS 2:31). Dalam surat al-‘Alaq di atas dijelaskan bahwa dengan pengajaran itulah manusia mendapatkan informasi tentang ilmu pengetahuan dan berbagai hal yang belum diketahuinya.
Dalam surat al-Anbiya’ dan al-Baqarah di atas juga digambarkan mengenai pengetahuan yang diajarkan oleh Allah kepada manusia, bukan ilmu agama melainkan mengenai nama benda dan cara mengembangkan teknologi untuk menjaga diri dan memelihara kemaslahatan kehidupannya.
Pengetahuan Adam tentang nama-nama benda yang merupakan kelebihannya dari makhluk ciptaan Allah yang terdahulu termasuk malaikat. Dan karena kelebihannya itu pula kemudian Allah memerintahkan makhluknya yang lain untuk bersujud pada Adam, semua bersujud serta mengakui kelebihan Adam, kecuali syetan yang tidak mau bersujud dan dia diusir oleh Allah dari surga untuk kemudian menjadi penghuni kekal neraka karena kesombongannya.
Nama-nama benda merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam. Pengembangan dari pengetahuan mengenai nama benda tersebut adalah pengetahuan mengenai sifat dan karakter benda-benda di alam ini dimana hal tersebut merupakan bagian dari ilmu Fisika. Sifat dan karakter benda-benda ciptaan Allah tidaklah sama satu dengan yang lain, untuk itu manusia harus memperhatikan dan memahaminya.
Tuhan mencipta dan menentukan (meng-qadarkan) segala sesuatu pada tempat yang serasi, agar manusia bisa mengungkap manfaatnya. Dia mengatur dan menyusun alam ini mulai yang terkecil hingga benda terbesar, baik yang terlihat maupun tidak agar manusia yakin, bahwa Tuhan itu bisa ditemui melalui legalitas hukum ciptaan-Nya. (Q.S.13:2). Ayat ini menekankan arti, bahwa Tuhan mengatur menata urusan dan menjelaskan ayat-ayat (kauniah) dengan rinci agar kita yakin bertemu dengan (hukum) Tuhan. Dengan demikian, alam ini juga merupakan buku terbuka yang bisa dibaca oleh setiap orang sesuai dengan kemampuannya. Untuk itu kemudian dibutuhkan aktifitas penelitian yang merupakan upaya pembacaan terhadap buku terbuka tersebut.
Dalam dasawarsa terakhir masih banyak golongan umat Islam yang mengesampingkan ilmu ini dari kegiatan talab al-‘ilm karena mereka beranggapan bahwa Fisika tidak termasuk ke dalam ilmu yang diperintahkan untuk dikuasai. Kenyataan yang ada tidaklah demikian, karena banyak sekali ayat di dalam al-Qur’an yang memerintahkan manusia supaya memperhatikan ciptaan-Nya yang berada di alam semesta ini baik yang di langit maupun di bumi untuk melihat tanda-tanda Kebesaran Allah.
Fisika termasuk ke dalam ilmu pengetahuan alam, sehingga sudah semestinya Fisika dijadikan sebagai salah satu materi pendidikan bagi umat Islam. Pembelajaran Fisika akan berperan dalam pembentukan pribadi siswa yang kritis dan argumentatif serta ilmiah. Tidak mudah percaya pada hal-hal yang bersifat tahayul, sebagaimana terdapat dalam ajaran animisme.
Fisika merupakan salah satu ilmu yang mempelajari nama, bentuk, sifat dan karakter berbagi benda ciptaan Allah SWT yang berada di langit dan di bumi. Mempelajari Fisika merupakan bentuk upaya manusia untuk membaca alam semesta ciptaan Allah SWT ini. Dalam bahasa arab fisika disebut dengan tabiah yang dapat diartikan sebagai ilmu watak. Yang dimaksud disini adalah watak alam dan benda-benda alam.
Penelitian dan pemahaman terhadap Fisika merupakan salah satu bentuk kegiatan talab al-'ilm yang dimaksudkan dalam Islam. Karena di sana terdapat kegiatan yang merupakan usaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tentang ciptaan Allah yang ada di alam semesta ini yang merupakan bagian dari Fisika dapat menambah keyakinan manusia akan Keagungan Allah, sebagai Sang Pencipta.
Hanya ada dua sikap Islam terhadap ilmu pengetahuan. Mengadakan kalau belum ada, membeberkannya kalau sudah ada, mempelajarinya, menemukannya kalau belum memiliki. Mengajarkannya kalau sudah mempunyai. Dengan demikian umat Islam memiliki kewajiban untuk mengadakan proses pembelajaran untuk sebuah ilmu pengetahuan yang telah berhasil dikuasai oleh sebagian dari mereka. Demikian pula halnya dengan ilmu pengetahuan mengenai alam semesta (Fisika), penelitian harus dilakukan terhadap hal-hal yang belum diketahui mengenai alam semesta ini, dan apabila telah didapatkan pengetahuan tersebut maka ilmu tersebut diajarkan kepada yang belum mendapatkan pengetahuaan tentang itu.
Peralihan kemampuan dan keterampilan tersebut dilaksanakan melalui proses pendidikan. Oleh karena itu Fisika mempunyai implikasi yang besar terhadap dunia pendidikan dan tak dapat abaikan begitu saja, dan sudah dapat dipastikan akan mempengaruhi sistem pendidikan.
Pembicaraan tentang pembelajaran Fisika tidak dapat lepas dari pembicaraan mengenai pendidikan sains karena Fisika adalah bagian dari sains. Natural Science atau yang lebih dikenal dengan ilmu pengetahuan alam sudah mulai dikenalkan dan diajarkan kepada anak sejak taraf Sekolah Dasar sampai dengan tingkat sekolah lanjutan.
Pendidikan sains pada tingkat dasar akan memberikan kontribusi yang signifikan pada seluruh proses pendidikan anak dan memperkaya hidup. Dengan pendidikan sains ini anak akan dilatih dengan kebiasaan-kebiasaan ilmiah dan kritis sehingga dia akan tumbuh menjadi manusia yang kritis dan tangguh dalam menghadapi tantangan dan perubahan zaman. Mereka akan dapat memahami dan menjelaskan sesuatu dengan argumentasi yang logis dan dalam hal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa akan tertanam kuat di dalam jiwanya keyakinan akan keagungan Tuhan dengan bukti-bukti yang nyata.
Pendidikan sains memberikan penekanan pada pemberian pengalaman secara langsung dalam arti bekerja ilmiah sebagai lingkup proses. Dalam hal ini siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses untuk memahami prilaku atau gejala alam. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan indera, keterampilan menggunakan alat dan bahan, merencanakan eksperimen, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data serta mengkomunikasikan hasil temuan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah.
Pendidikan sains memegang peranan penting pula dalam memproduksi kebudayaan. Pembentukan sikap, watak dan cara berpikir anak akan menjadi sasaran utama dalam pembentukan pribadi anak. Karena anak berada dalam masa perkembangan dan pembentukan mental serta pola pikir, sehingga saat itu merupakan waktu yang paling tepat untuk menanamkan pengetahuan yang akan menguatkan kepercayaan terhadap keberadaan Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan uraian tersebut dapat dipahami bahwasanya Fisika sebagai bagian dari sains yang mengkaji mengenai karakter benda-benda alam dan gejala-gejala alam lainnya merupakan bagian penting dalam dunia pendidikan dan kegiatan talab al-‘ilm.
Sekarang ini Fisika dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran dalam lingkup pendidikan formal di sekolah-sekolah dan madrasah, akan tetapi dalam lingkup pendidikan non-formal Fisika belum mendapatkan perhatian yang cukup. Bahkan ada sebagian yang sama sekali tidak pernah menyentuh Fisika dalam kajian-kajian ilmiahnya dan ada kecenderungan meninggalkannya. Hal ini harus segera mendapatkan perhatian dari para ilmuwan Islam agar dunia pendidikan Islam tidak menjadi kolot dan terbelenggu oleh kejumudan.
Ruang lingkup pembelajaran Fisika adalah beberapa dari yang termuat dari lingkup pembelajaran sains yaitu bekerja ilmiah, energi dan perubahannya bumi dan alam semesta, sains dan teknologi, serta sains dalam perspektif individu dan masyarakat.
Melalui mata pelajaran Fisika diharapkan para siswa memperoleh pengalaman dalam membentuk kemampuan untuk bernalar deduktif kuantitatif matematis berdasar analisis kualitatif dengan menggunakan berbagai konsep dan prinsip fisika. Disamping itu dengan pelajaran Fisika siswa mendapatkan pengalaman dari kerja ilmiah dan dalam peran berbagai prinsip Fisika dalam produk-produk teknologi. Selain itu juga memberikan wawasan yang lebih luas kepada para siswa tentang alam semesta yang nantinya akan mengarahkan siswa pada pengagungan Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sang Pencipta alam beserta segala isinya.
Pembelajaran Fisika dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan dari tingkat sekolah Dasar (mata pelajaran IPA), SLTP, sampai dengan tingkat SMU. Materi pembelajaran diberikan secara bertahap mengacu pada kurikulum pendidikan yang berlaku, yang disusun dengan memperhatiakan tingkat kemampuan peserta didik pada tingkat pendidikan tertentu dengan basis kompetensi.
Melalui pendidikan Fisika diharapkan para siswa memperoleh pengalaman dalam pembentukkan kemampuan untuk bernalar deduktif kuantitatif matematis berdasar pada analisis kualitatif dengan menggunakan berbagai konsep dan prinsip Fisika. Selain itu para siswa memperoleh pengalaman melaui kerja ilmiah, serta dalam penerapan berbagai prinsip fisika dalam teknologi.
Dengan demikian mata pelajaran Fisika merupakan salah satu jalan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu terbentuknya manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. Dengan mata pelajaran Fisika itu siswa dididik untuk bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berpikir ilmiah, berbudi pekerti luhur, berpengetahuan luas dan terampil.
Pengalaman lapangan dalam mempelajari Fisika akan memantapkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan melihat bukti-bukti nyata tentang kekuasaan dan keajaiban segala ciptaan-Nya di jagad raya ini. Berbagai prilaku benda yang khas akan memberikan rasa takjub yang luar biasa dalam diri setiap orang yang mengetahuinya, sehingga tiada efek lain yang timbul selain mengagungkan Sang Pencipta benda beserta prilakunya tersebut.

B. Al-Qur’an (Wahyu), Akal dan Fisika
1. Wahyu dan Akal Menuju Ilmu Pengetahuan
Al-Qur’an yang diwahyukan kepada nabi Muhammad merupakan petunjuk bagi kehidupan manusia. Isi dan kandungannya sangat relevan untuk kehidupan manusia sampai akhir zaman. Al-Qur’an tidak hanya berlaku untuk satu zaman saja akan tetapi berlaku sepanjang zaman sejak diturunkan sampai hari kiamat nanti.
Al-Qur’an secara general didefinisikan sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad, yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah. Kitab suci al-Qur’an diyakini oleh umat Islam sebagai kalam Allah (firman Allah) yang mutlak benar, berlaku sepanjang zaman mengandung ajaran dan petunjuk tentang berbagai hal berkaitan dengan kehidupan manusia dari dunia sampai akhirat.
Al-Qur’an adalah bentuk ajaran Islam secara global, yang dijadiakn sebagai pegangan dan dasar pokok ajaran Islam. Umat Islam tentu meyakini betapa Al-Qur’an sangat lengkap dan relevan sebagai pedoman hidup bagi umat manusia sepanjang zaman. Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia dalam segala aspek kehidupan, di dalamnya terkandung ilmu dan mukjizat yang luar biasa, dan tidak ada tandingannya karena ia berisi firman-firman Allah SWT. Tidak ada keraguan dalam isi Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 2:
ذلك الكتاب لاريب فيه هدىللمتقين
Artinya: Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk begi mereka yang bertakwa.
Di dalamnya terkandung pokok-pokok ajaran tentang ketuhanan, Rasul dan ajaran keagamaan. Al-Qur’an juga berbicara tentang kedudukan manusia di muka bumi serta petunjuk kearah ilmu pengetahuan.
Al-Qur’an merupakan petunjuk utama bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Di dalamnya terkandung dasar-dasar hukum yang mengatur segala aspek kehidupan manusia. Al-Qur’an juga mendorong manusia untuk memperhatikan dan meneliti alam baik yang berkaitan dengan makhluk hidup selain manusia maupun benda-benda tak bernyawa, serta mencintai ilmu penegetahuan. Sebagian isi kandungan al-Qur’an yang cukup penting adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi umat Islam untuk meninggalkan upaya penelitian terhadap alam semesta.
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam perlu difungsikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bersikap, bertindak maupun bertingkah laku. Kaum muslimin harus mengetahui dan memahami isi dan kandungan al-Qur’an dan kemudian diinterpretasikan dalam kehidupan.
Untuk memahami isi al-Qur’an dibutuhkan kemampuan penalaran serta kecerdasan akal pikiran, dan semua itu telah dikaruniakan oleh Allah kepada manusia. Dengan akal tersebut manusia dapat memahami dan menginterpretasikan makna dan peraturan yang telah digariskan oleh Allah SWT di dalam al-Qur’an.
Al-Qur’an bukanlah kitab ilmu pengetahuan yang menjelaskan segala-galanya sebagaimana anggapan sebagian orang. Mereka beranggapan bahwa segala sesuatu sudah dijelaskan secara gamblang di dalam al-Qur’an. Anggapan ini bukan hanya keliru akan tetapi juga dapat menjerumuskan mereka sendiri. Karena di dalam al-Qur’an terdapat ayat yang tidak memerlukan penafsiran akan tetapi juga terdapat ayat yang memerlukan penafsiran.
Al-Qur’an bukanlah kitab yang menjelaskan segala-galanya. Sebagian ayatnya mengandung hal-hal yang berkaitan dengan keimanan, ibadah, kehidupan bermasyarakat dan ilmu pengetahuan dan fenomena alam, akan tetapi semua itu tidak dijelaskan secara mendetail sampai pada penjelasan sekecil-kecilnya. Manusia harus menggunakan akal yang telah dikaruniakan kepadanya untuk menelaah dan menafsirkan ayat untuk berbagai aspek sesuai dengan kandungan ayat.
Di dalam al-Qur’an disebutkan mengenai fenomena-fenomena alam akan tetapi tidak dijelaskan mengenai prosesnya secara gamblang dan terperinci. Mengenai proses merupakan tugas akal untuk memikirkan dan menganalisisnya.
Al-Qur’an mempunyai beberapa fungsi sebanyak nama yang tertera di dalamnya sendiri, di antaranya seperti; al-Huda, al-Mau‘idah, al-Furqan, dan lain-lain. Al-Qur’an harus difungsikan sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsi yang tertera di dalam Al-Qur’an itu sendiri.
Al-Qur’an telah menambahkan dimensi baru terhadap studi mengenai fenomena jagad raya dan membantu pikiran manusia melakukan terobosan terhadap batas penghalang dari alam materi. Al-Qur’an merupakan sumber petunjuk ke arah ilmu pengetahuan, termasuk ilmu tentang alam semesta. Namun penemuan mengenai ilmu pengetahuan sebagaimana petunjuk al-Qur’an hanya akan dapat tercapai dengan pengguanaan akal dan penalaran yang disertai dengan sikap kritis dan obyektif.
Sebagian dari ajaran Islam berkaitan dengan hukum yang mengendalikan dunia fisik dan upaya untuk menggunakan hasil penyelidikan ini bagi kemaslahatan manusia. Ajaran tersebut menekankan bahwa pemahaman yang lebih baik mengenai hukum-hukum Fisika dari alam semesta memberikan lebih banyak bukti guna menguatkan keimanan dan pemahaman akan sifat-sifat pencipta.
Ditegaskan dalam Firman Allah Surat al-Baqarah ayat 23:
وان كنتم في ريب مما نزلناعلىعبدنا فأتوا بسورة من مثله وادعوا شهدآءكم من دون الله ان كنتم صادقين
Artinya: Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam harus difungsikan dalam kehidupan sehari-hari umat agar tidak terjadi kesenjangan antara norma-norma al-Qur’an dengan sikap dan tingkah laku umat/kaum muslimin pada umumnya. Semua tatanan kehidupan dan pola hidup masyarakat Islam harus didasarkan pada al-Qur’an agar sesuai dengan petunjuk dan perintah Allah SWT.
Dalam al-Qur’an tidak terdapat satu ayat pun yang bertujuan melumpuhkan akal sehingga menghalangi seseorang untuk memikirkan maknanya. Tidak sedikit ayat al-Qur’an yang menganjurkan manusia supaya berpikir merenungkan semua ciptaan Allah yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana.
Tidak ada sesuatu yang merintangi akal untuk memperoleh tambahan ilmu pengetahuan seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Bagi setiap muslim semua kemungkinan itu dijamin oleh al-Qur’an hal itu sama sekali tidak terdapat dalam kitab suci agam-agama lain. Al-Qur’an membuka pandangan, penalaran dan pemikiran manusia untuk memperhatikan dan memikirkan serta merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah pada ciptaan-Nya. Segala ciptaan-Nya merupakn gerbang menuju ilmu pengetahuan. Hal ini selalu ditegaskan oleh Allah dalam firman-firman-Nya, yaitu dengan kalimat “Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui(memahami)” dan kalimat-kalimat lain yang serupa. Hal ini menunjukkan betapa di dalam setiap ciptaan-Nya terdapat ilmu yang sangat luas yang menunjukkan kekuasaan Allah.
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, dalam hal ini tidak pernah mencela dan menghambat umat-Nya untuk mempertinggi budayanya. Hanya saja dalam mengejar kebahagiaan dunia, jangan sampai melalaikan kehidupan yang kekal dan abadi yaitu akhirat dan mengingatkan kita agar tidak jatuh menjadi hamba materi. Demikian pula sebaliknya dalam mengejar kebahagiaan akhirat tidak dibenarkan melalaikan kehidupan dunia.
Ajaran Islam dan petunjuk Al-Qur’an adalah revolusi yang melahirkan ilmu dan pengetahuan serta pemberi keterangan jelas, yang mengobarkan pada diri manusia untuk mendayagunakan pikiran dan akal, mendapatkan petunjuk dengan berkreativitas dan bekerja, serta mengambil guna dari kebaikan-kebaikan alam.
Sains (ilmu alam) dan juga ilmu-ilmu lain, yang telah berhasil dikuak oleh para ilmuwan, sesungguhnya secara general konsep-konsep utamanya telah tersurat dalam Al-Qur’an. Pada hakikatnya, bagian permulaan dari wahyu menjadi pertanda bagi fajar ilmu pengetahuan, dan menjadi pelopor yang memberi kedudukan terhormat kepada ilmu pengetahuan. Pada permulaan turunnya wahyu manusia di perintahkan untuk membaca, dengan membaca itulah manusia memasuki dunia ilmu pengetahuan karena dari membaca itulah manusia memperoleh ilmu pengetahuan. Allah SWT berfirman:
اقرأ باسم ربك الذي خلق
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Ayat ini mengandung arti bahwa umat manusia agar menjadi umat yang unggul yang menguasai iptek sekaligus umat yang memelihara hubungannya dengan Allah (beriman). Sejak awal mula diturunkan, sebenarnya Al-Qur’an sudah memberikan stimulan agar akal berpikir terpadu dengan dzikir kepada Allah.
Perintah Allah bacalah, dimaksudkan sebagai berpikir secara teratur atau sistematik dan terarah dalam mempelajari ciptaan dan firman-Nya. Adapun dalam proses membaca itu harus dilaksanakan dengan menyebut nama Tuhan yang berarti harus terpadu dengan dzikir.
Membaca adalah sarana balajar dan kunci ilmu pengetahuan, baik secara etimologis berupa membaca huruf-huruf yang tertulis dalam buku-buku, maupun terminologis yaitu membaca dalam arti yang lebih luas, maksudnya membaca alam semesta (ayatul-kaun). Berawal dari membaca itulah manusia akan memiliki pengetahuan tentang apa yang dibacanya tersebut. Pembacaan terhadap alam semesta (ayat al-Kaun) akan membuka wawasan manusia tentang kandungan alam semesta dan manfaat yang dapat diambil darinya untuk kesejahteraan hidup mereka dan pengembangan iptek.
Adapun sumber yang harus dibaca atau dipelajari adalah Al-Qur’an, As-Sunah, dan al-‘Alamiah (al-Kaun), dengan jalan mengkaji tiga sumber tersebut maka Allah akan berkenan memberikan setetes ilmu-Nya kepada manusia. Jadi jelas bahwa ada tiga sumber Islam yaitu Al-Qur’an as-Sunnah dan al-Kaun (alam semesta atau al-Alamien) yang bersifat komplementer atau saling melengkapi dan saling menguatkan satu sama lain. Tiga sumber kebenaran ilmiah, atau tiga sumber Islam tersebut berarti pula sebagai sumber informasi dan hukum yang lengkap dan benar. Membaca alam dapat berarti mengamati, meneliti atau menganalisis gejala-gejala alam, bagaimana alam bertingkah laku yang merupakan langkah utama dalam pengembangan Iptek.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat al-Ghasyiah ayat 17-20:
افلاينظرون إلى الابل كيف خلقت(17) والىالسمآء كيف رفعت(18) والى الجبال كيف نصبت(19) والىالارضِ كيف سطحت(20)
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan pada onta bagaimana dia diciptakan ? dan langit bagaimana ia ditinggikan ? dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan ? dan bumi bagaimana ia dihamparkan ?

Ayat tersebut diturunkan sebagai perintah untuk memperhatikan keseluruhan ciptaan Allah. Kemudian Ayat tersebut menjelaskan pada manusia contoh-contoh apa saja yang dapat dijadikan sebagai obyek pengamatan dan penelitian dan dengan tujuan apa penelitian itu dilakukan, yaitu untuk mengenal lingkungannya. Pengamatan semacam inilah yang dilakukan dalam fisika.
Disebutkan dalam suatu riwayat yang disampaikan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Haitam yang bersumber dari Qatadah bahwa sebab turunnya ayat ini adalah bahwa ketika Allah melukiskan ciri-ciri surga, kaum-kaum yang sesat merasa heran, maka diturunkanlah ayat tersebut sebagai perintah untuk memikirkan keajaiban segala ciptaan Allah.
Dari kandungan dan sebab-sebab turunnya ayat tersebut, dapat dipahami bahwa dengan memikirkan apa yang ada di alam ini baik yang di langit maupun yang di bumi dapat menguatkan keyakinan kita akan kebesaran Allah dan menguatkan keimanan kita akan adanya hari pembalasan dan adanya balasan Surga dan neraka bagi manusia.
2. Petunjuk Al-Qur’an Tentang Fisika
Kitab suci al-Qur’an kemudian dalam berbagai tahapan dari wahyu menguraikan tentang makna ilmu dan pendidikan, yang pada garis besarnya mencakup semua ilmu yang berhubungan dengan alam semesta, benda, energi, sistem-sistem, dan kehidupan. Unsur pertama dalam kegiatan Fisika yang penting adalah observasi atau pengamatan terhadap bagian alam yang ingin kita ketahui sifat dan kelakuannya pada kondisi tertentu.
Telah ditegaskan di dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 101, bahwa manusia diperintahkan untuk memeriksa apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Bagi umat Islam ayat tersebut merupakan cambuk yang sangat kuat untuk segera mengadakan pengamatan, penelitian dan analisis terhadap gejala-gejala alam dan segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan hidupnya.
Setelah pengamatan unsur penting yang kedua dalam pengembangan Fisika adalah pengukuran; kuantifikasi dilakukan semaksimal mungkin sebab segala sesuatu akan menjadi kabur dalam Fisika apabila hanya dinyatakan secara kualitatif saja. Misalnya saja dalam kehidupan sehari-hari sebagian orang biasa menyatakan; mobil itu melaju sangat cepat, pernyataan tersebut belum merupakan pernyataan Fisika, karena pernyataan tersebut merupakan pernyataan kualitatif yang masih belum dapat diketahui dengan jelas secara kuantitatif, berapakah kecepatan mobil tersebut. Pernyataan tersebut akan dapat disebut sebagai pernyataan Fisika jika diganti dengan; mobil itu melaju dengan kecepatan 100 Km per jam. Di dalam Al-Qur’an juga telah dijelaskan bahwa segala diciptakan dengan ukuran tertentu. Surat al-Qamar ayat 49:
انا كل شيء خلقنه بقدر
Artinya: Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran. (QS.Al-Qamar:49)

Ayat tersebut melukiskan keteraturan penciptaan segala sesuatu yaitu dengan ketentuan yang berupa ukuran. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa turunnya ayat ini berkenaan dengan bantahan kaum musyrikin quraisy terhadap penjelasan Rasulullah tentang taqdir.
Pada dasarnya ayat tersebutlah yang mendasari perlakuan para ahli fisika dalam menangani proses-proses alamiah. Mereka selalu mengadakan pengukuran terhadap besaran-besaran fisis yang hendak mereka teliti. Kemudian keterkaitan satu besaran dengan besaran yang lain dihubungkan dan dirumuskan dalam rumusan matematis.
Unsur penting yang ketiga dalam pengembangan Fisika adalah analisis terhadap data yang telah terkumpul dari berbagai pengukuran atas besaran-besaran fisis yang terlibat, yang dilakukan melalui proses pemikiran yang kritis. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi hasil-hasilnya dengan penalaran yang sehat untuk mencapai kesimpulan yang rasional. Kesimpulan rasional inilah yang kemudian diterbitkan menjadi teori atau hasil ilmiah yang dapat dikaji lagi, disanggah atau didukung oleh fisikawan lain. Namun dalam memberikan sanggahan (apabila disanggah), harus dengan argumen yang rasional pula yang dibuktikan dengan hasil eksperimen.
Konsensus yang tercapai mengenai masalah itulah yang merupakan materi ilmu yang dikandung Fisika. hasil dari langkah-langkah ilmiah yang telah menghasilkan sebuah kesimpulan ilmiah tersebut kemudian dijabarkan penggunaannya sebagai teknologi yang akan dapat di manfaatkan untuk menggali manfaat alam dan menjaga kelestariannya.
Al-Qur’an dalam ayat-ayatnya telah memberikan petunjuk kepada manusia hal-hal yang berkaitan dengan alam fisik yang merupakan obyek dalam penelitian-penelitian para fisikawan. Penelitian yang dilakukan oleh para fisikawan tersebut merupakan bentuk penafsiaran terhadap ayat-ayat tersebut secara praktis.
Beberapa ayat al-Qur’an yang merupakan rujukan beberapa materi Fisika antara lain adalah:
a. Tata Surya dan kesetimbangan benda Langit
1). Tata surya
Banyak ayat di dalam al-Qur’an yang memberikan petunjuk bagi manusia tentang sistim tata surya, walaupun ayat tersebut tidak secara detail memberikan teori-teori tentang tata surya akan tetapi penggambaran di dalamnya sudah cukup jelas dan dapat menjadi arahan bagi menusia dalam meneliti dan memahami tentang sistim tata surya. Ayat-ayat tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:
ولقد جعلنا فى السمآء بروجاوزيناها للنا ظرين (الحجر 16)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya)”
Penjelasan ayat ini menurut tafsir al-Maraghi; Sesungguhnya Kami telah menciptakan di langit bintang-bintang yang besar, baik yang tetap maupun yang beredar, dan Kami jadikan dengan langit itu bintang-bintangnya sebagai kegembiraan bagi orang yang memikirkannya dan berulang-ulang memperhatikan berbagai keajaibannya yang nyata dan tanda-tanda yang jelas, yang membingungkan orang yang memikirkan ketelitian pembuatannya dan kekuasaan Pembuatnya. Dengan penjelasan tersebut, manusia dapat memahami bahwa sebenarnya diciptakannya benda-benda langit tidak semata-mata sebagai pelengkap dalam penciptaan jagad raya, akan tetapi mengandung sebuah pelajaran dan ilmu pengetahuan. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh manusisa apabila dia memikirkan dan melakukan penelitian terhadap ciptaan Allah tersebut.
Di dalam tafsir al-Maraghi disebutkan bahwa pengertian ayat tersebut adalah bahwasanya di langit dengan bintang-bintang yang tinggi, mataharinya yang terang benderang, bulannya yang bercahaya, serta bintang-bintangnya yang beredar maupun yang tetap, terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran, dan hujjah bagi orang-orang yang mau mengambil peringatan.
وزيناالسمآءالدنيابمصابيح وحفظا ذلك تقديرالعزيزالعليم (فصلت 12)
“Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa, lagi Maha Mengetahui”.

لاالشمس ينبغى لها أن تدرك القمر ولااليل سابق النهار وكل فى فلك يسبحون (يس:40)
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahuli siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”. (Q.S. Yasin:40)

Kalimat di dalam ayat tersebut dengan jelas memberikan keterangan kepada manusia mengenai sistem peredaran matahari (rotasi Bumi) dan bulan dan terjadinya siang dan malam sebagai akibat dari peredaran tersebut.
Dalam Fisika dijelaskan mengenai perubahan siang dan malam tersebut sebagai akibat dari gerak rotasi bumi. Bumi yang bulat, berotasi dan menimbulkan peristiwa terbit dan terbenamnya matahari. Bagian bumi yang tidak menghadap matahari pada saat perputaran (rotasi) bumi tersebut, tidak mendapatkan sinar matahari secara langsung sehingga tempat tersebut gelap dan peristiwa ini dinamakan malam hari. Sebaliknya bagian yang menghadap matahari mengalami peristiwa siang hari. Fenomena terbit dan terbenamnya matahari mengandung sebuah keteraturan.
Keteraturan tersebut sebagian karena keteraturan perputaran bumi pada sumbunya, yaitu selang waktu satu kali putar 23 jam 56 menit. Selain itu juga disebabkan oleh adanya keteraturan yang berkaitan dengan revolusi bumi mengelilingi matahari, dengan selang waktu perjalanan 1 edar penuh 365,2526 hari. Dalam kalender surya (Masehi) perjalanan bumi mengelilingi matahari (revolusi) 1 edar penuh dihitung sebagai 1 tahun.
2). Kesetimbangan benda-benda langit
الله الذي رفع السموت بغيرعمد ترونها ثم استوىعلىالعرش (الرعد:2)
“Allahlah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian bersemayam di atas ‘Arys.” .
Ayat tersebut memberikan gambaran kepada manusia mengenai keistimewaan penciptaan langit yang tidak bertiang akan tetapi senantiasa setimbang dan tidak runtuh ke bumi. Kemudian dalam ayat yang lain, yaitu pada surat Al-Rahman ayat 7, disebutkan;
والسمآءرفعهاووضع الميزان (الرحمن:7)
“Dan langit itu, Tuhan Meninggikannya, dan Dia Meletakkan Kesetimbangan”. (Q.S. Ar-Rahman:7)

إن الله يمسك السموت والأرض أن تزولا (الفطير:41)
“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap”. (Q.S. Faathir:14)
والسمآء بنيناها بأيد وإنالموسعون (الذارية:47)
“Dan langit itu Kami bina dengan kekuasaan (Kami), sesungguhnya kami benar-benar meluaskannya”. (Q.S Al-Dzariat:47)
ويمسك السمآء أن تقع علىالأرض إلاباذنه (الحخ:65)
“Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya” (Q.S. al-Hajj:65)

Peristiwa kesetimbangan benda langit ini berkaitan dengan gaya gravitasi yang dimiliki oleh masing masing benda langit tersebut, sehingga masing-masing benda langit anggota tata surya tetap pada kedudukannya, dan tidak terjadi benturan satu sama lain.
b. Proses terjadinya hujan
وانزل من السمآء مآء فأخرج به من الثمرات رزقالكم (البقرة:22)
“Dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu”. (Q.S. al-Baqarah: 22)

وهوالذي انزل من السمآء مآء (الأنعم:99)
“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit” (Q.S. al-An’am:99)

وينزل عليكم من السمآء ماء (الأنفل:11)
“Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit.” ( Q.S. al-Anfal:11)

Selain ayat-ayat tersebut masih banyak ayat lain yang memberikan petunjuk bagi manusia tentang proses terjadinya hujan, diantaranya S. Al-Hijr ayat 22,S. Al-Baqarah ayat164, S. Ibrahim ayat 32, S. An-Nur ayat 43, S. Taha ayat 53, S. An-Nahl ayat 10 dan 65. ayat-ayat tersebut memberikan gambaran global proses terjadinya hujan, kemudian dengan akal yang telah dikaruniakan Tuhan kepadanya, manusia menelusuri dan menganalisis proses tersebut secara lebih detail. Kemudian manusia mengurutkan tahapan-tahapan yang terjadi dalam proses tersebut yang kemudian disebut siklus hidrologi.
Siklus tersebut antara lain: Air berasal dari laut kemudian menguap karena terkena sinar matahari, uap itu berkumpul dan menggumpal menjadi awan. Kemudian awan tersebut dibawa oleh angin ke daerah dengan tekanan udara yang lebih rendah, pada daerah tersebut udara cukup panas, sehingga akhirnya gumpalan awan mengalami kondensasi (berubah menjadi air) dan turun sebagai hujan.
Air tersebut membasahi tanah-tanah di daerah tersebut, sebagian meresap masuk ke dalam bumi, diserap oleh tumbuhan dan sebagian tersimpan di dalam tanah sebagai air tanah dan sebagian lagi mengalir lewat sungai menuju ke laut dan mengulang siklus tersebut.
Dari sana kemudian juga ditemukan teori tentang sifat-sifat air (zat cair), yaitu mengalir ke daerah yang lebih rendah dan menekan kesegala arah. Sebagaimana dalam tafsir al-Maraghi disebutkan salah satu fungsi dari turunnya hujan adalah memberi kemantapan langkah kaki pada pasir, karena air hujan membuat menjadi bergumpal dan padat, hal itu merupakan salah satu sifat air yang menekan ke segala arah, termasuk pada celah yang sangat sempit sekalipun seperti pada pasir.
c. Gravitasi
وإن من الحجاررة لما يتفجرمنه الأنهار وان منها لمايشقق فيخرج
منه المآء وان منهالما يهبط من خشية الله (البقرة:74)
“Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya, dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya, dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah” ( Q.S. Al-Baqarah:74)

Fenomena yang disebutkan dalam ayat tersebut adalah kejadian-kejadian yang timbul akibat adanya gaya gravitasi. Meluncur jatuhnya sebuah batu gunung dan mengalirnya air sungai merupakan peristiwa yang disebabkan oleh gaya gravitasi bumi. Adapun di dalam al-Qur’an, hal itu tidak disebutkan sebagai gaya gravitasi, dan hanya disebutkan contoh-contoh kejadiannya, itu sudah cukup jelas bagi manusia bahwa pada kejadian-kejadian tersebut ada sebuah pengetahuan yang harus digali, bagaimanakah sebenarnya fenomena tersebut terjadi?, kemudian dari sanalah muncul istilah gravitasi (gaya gravitasi) yang merupakan istilah yang diberikan oleh para ahli Fisika.
Gravitasi adalah gaya tarik yang ditimbulkan oleh bumi atau benda-benda langit lainnya terhadap suatu benda. Besar gaya gravitasi yang bekerja di antara dua masa titik m1 dan m2 adalah sebanding dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda itu (hukum newton tentang gravitasi universal). Secara matematis di tulis:
F = G
dimana r adalah jarak antara kedua benda dan G adalah konstanta gravitasi yang besarnya adalah 6,6 x 10-11 N m2 kg-2.
Fenomena-fenomena alam seperti tersebut di atas hanya akan dapat dipahami oleh manusia apabila dia memikirkan, dan meneliti ciptaan Tuhan di jagad raya ini. Pengetahuaan semacam itu tidak dapat diperoleh apabila manusia hanya membaca ayat-ayat qauliyah saja, tanpa disertai dengan pembacaan ayat kauniyah, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an dengan perintah untuk memikirkan, mengamati dan melakukan penelitiaan terhadap ciptaan Allah untuk mengetahui kebesara Allah.
3. Faktor-Faktor Penyebab kemunduran Umat dalam Sains dan Teknologi.
Berawal dari sejarah masa kejayaan Islam, dimana pada saat itu umat mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam sains dan teknologi sehingga hampir semua sektor kehidupan umat telah tersentuh oleh kemajuan teknologi. Pada saat itu istana yang menjadi pusat pemerintahan, menjadi tempat berkumpul para penguasa dan pada saat itu mereka dikelilingi oleh para cendikiawan yang dapat menambah pamor mereka di kalangan masyarakat.
Pada saat itu cendikiawan mendapatkan perhatian dan perlindungan dari para penguasa sehingga pada saat itu sains mengalami masa keemasan. Namun kondisi ini tidak bertahan lama, karena di dalam istana selalu terjadi intrik politik dan perebutan kekuasaan yang seringkali menggunakan cara-cara kekerasan dan pembunuhan, sehingga pada saat kekuasaan telah berhasil direbut oleh pihak lain, maka para ilmuwan pun melarikan diri dari istana untuk menyelamatkan hidupnya. Seperti apa yang terjadi pada Al-kindi dan rekan-rekannya, mereka harus melarikan diri karena dikejar-kejar oleh penguasa baru di istana tempat mereka tinggal. Pada saat itulah pembudayaan sains di kalangan umat Islam goyah.
Pada masa pertengahan ini umat Islam menjadi makmum, sedang orang lain jadi imamnya. Berbagai anjuran dan perintah untuk mengkaji dan meneliti dikembangkan oleh orang lain. Hal itu terjadi setelah beberapa lama Islam berhasil menjadi imam dunia dalam berbagai bidang termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, kemudian Islam mengalami masa kemunduran dan kelemahannya.
Dengan pudarnya penguasaan umat atas sains dan teknologi, dibanding dengan menanjaknya kemampuan sains orang Eropa, lenyap pula kemampuan umat untuk bertahan, sehingga kecenderungan menurunnya peranan umat di dunia ini tidak dapat dibendung. Sebaliknya bangsa Eropa setelah belajar dari umat Islam dan setelah peradaban umat melampaui puncak, mereka berhasil lima abad kemudian melanjutkan pengembangan sains sehingga gagasan yang rasional menyusup dalam masyarakat serta menimbulkan berbagai benturan dengan Gereja yang merasa terancam dengan pertumbuhan sains dan penyebaran ajaran yang berlawanan dengan ajaran Gereja. Pengejaran penyiksaan terhadap para ilmuwan berkecamuk dalam bentuk inkuisi. Namun akhirnya gereja kehilangan kekuasaan dan sekularusasi melanda dunia barat. Agama dipisahkan dari politik, dari ekonomi serta sains. Selanjutnya kita melihat pertumbuhan sains dan teknologi di barat yang disusul dengan penjajahan atas umat Islam.
Dengan uraian tesebut maka dapatlah disimpulkan bahwa ada beberapa faktor dalam sejarah yang menyebabkan lemahnya dan mundurnya umat Islam dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan diantaranya yaitu; perebutan kekuasaan yang terjadi dikalangan umat Islam, Fanatisme golongan yang berlebihan, bercampurnya ajaran Islam dengan paham-paham dari luar yang menyumbat kemajuan dan kebebasan berfikir. Di samping itu juga ada faktor eksternal yaitu rongrongan dari kekuatan lain di luar Islam.
Sekitar pertengahan abad ke-14 Eropa menjadi maju sementara dunia muslim bukan saja menjadi jumud (mengalami kebekuan berfikir) akan tetapi juga telah gagal menyerap kemajuan yang dibuat di luar peradaban mereka. Madrasah-madrasah teologi mengesampingkan seluruh ilmu-ilmu kealaman dari kurikulum mereka kecuali astronomi dan matematika. Pembatasan ini telah mengubur kegemilangan dunia Islam. Adapun beberapa akibatnya adalah:
1. Sementara orang-orang Eropa berjuang menyingkap hukum-hukum alam yang tersembunyi dan menemukan cara-cara mengeksploitasi kekayaan dan sumber-sumbernya, orang-orang Islam justru menghentikan kegiatan-kegiatan ini.
2. Orang Islam yang menggali ilmu pengetahuan empiris kebanyakan terpisah dari ilmu-ilmu agama. Akibatnya mereka tidak memahami pandangan dunia Islam karena telah diganti dengan ateistik yang mendominasi tradisi keilmuan barat.
Penghapusan studi ilmu-ilmu kealaman dari kurikulum madrasah-madrasah keagamaan dan kurangnya hubungan dengan sumber-sumber ilmu modern pada kelompok sarjana agama mengakibatkan munculnya pandangan miring dari sebagian besar golongan umat Islam terhadap ilmu-ilmu modern. Keadaan ini membawa dampak negatif bagi umat Islam sendiri. Mereka harus menebus semua itu dengan sangat mahal, karena mereka hanya menjadi konsumen bagi produk-produk teknologi tanpa mampu mengendalikan kemajuan teknologi.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa merupakan kesalahan besar apabila umat Islam mengesampingkan ilmu eksakta seperti Fisika untuk dipelajari. Berdasarkan pengelaman sejarah hal itu akan membawa umat Islam pada keterpurukan dan akan menjadi umat yang tak berdaya.
Apabila umat Islam masih menganggap bahwa Fisika merupakan ilmu dunia yang tak dapat dimanfaatkan dalam mencapai kehidupan akhirat, itu menandakan bahwa mereka belum dapat memahami kandungan al-Qur’an yang merupakan pandangan hidup mereka. Keadaan yang demikian itulah yang menyebabkan umat Islam mengalami kemunduran dalam sains dan teknologi sekarang ini. Kondisi tersebut kemudian menempatkan umat Islam pada posisi yang lemah dalam persaingan dengan non-muslim.
Tanpa disadari oleh umat Islam, kemajuan iptek yang seharusnya menjadi hak mereka telah dikuasai oleh orang lain yang dapat membahayakan bagi mereka. Kandungan al-Qur’an yang menjadi petunjuk untuk kemajuan iptek justru didalami oleh orang-orang Barat yang notabenenya adalah orang-orang non-muslim, dan bahkan cenderung memusuhi Islam.
Sebenarnya dengan melihat kondisi dunia saat ini seharusnyalah umat Islam menyadari betapa pentingnya mempelajari Fisika untuk mencapai kemajuan iptek. Dengan kemajuan iptek itulah umat Islam akan mampu bersaing dengan umat lain di dunia dan tidak menjadi umat yang lemah.
Sebuah perumpamaan dapat dijadikan sebagai logika berfikir, apabila akan menundukkan harimau bukankah harus memahami betul-betul sifat harimau. Harus diketahui lebih dulu sisi kuat dan sisi lemahnya, baru kita dapat menundukkannya dan mengendalikannya sesuai dengan keinginan kita. Apabila tidak ingin diterkam oleh harimau yang ada di depan kita, maka kita harus menungganginya dan mengendalikan arah geraknya. Demikian pula dengan teknologi, apabila umat Islam tidak ingin menjadi korban kemajuan teknologi maka dia harus menguasai teknologi dan mengarahkannya sesuai dengan tuntunan agamanya.
Dengan demikian umat Islam akan dapat mengahadapi perubahan dan kemajuan zaman. Mereka tidak akan menjadi umat yang buta dan hanya mengikuti perasaan akan tetapi menggunakan akalnya untuk mengupas isi al-Qur’an untuk kemudian dia terapkan dalam kehidupan. Yang demikian itu berarti umat Islam sudah dapat membuktikan salah satu kemukjizatan al-Qur’an, yaitu relevan sepanjang zaman dan tidak ada yang luput darinya.

BAB IV
URGENSI FISIKA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A. Tinjauan umum Ajaran Islam
1. Ajaran yang Absolut dan Ajaran yang Relatif
Masih banyak di kalangan umat Islam yang memiliki pandangan yang kurang tepat mengenai ajaran Islam itu sendiri. Sebagian Umat Islam masih berpandangan bahwa semua ajaran agama itu bersifat mutlak dan absolut, tidak berubah dan tidak dapat dirubah. Sehingga akhirnya mereka justru terbelenggu oleh anggapan mereka tersebut, sulit untuk mengikuti perkembangan zaman dan seringkali dihadapkan pada permasalahan hukum yang mereka tak dapat mencari jawabannya pada literatur mereka, karena merupakan permasalahan baru.
Jika demikian adanya tentunya agama Islam tidak dapat dikatakan sebagai pembawa kesejahteraan dunia dan akhirat bagi manusia. Jika pandangan semacam itu dibiarkan berkembang dan mengakar dalam setiap peribadi muslim, tentu umat Islam akan menemui sebuah kebingungan dalam menghadapi kehidupan yang senantiasa berkembang. Bahkan dengan pandangan mereka itu mereka akan melupakan kemukjizatan al-Qur’an yang relevan sepanjang zaman.
Dengan pandangan yang semacam itu, mereka menyulitkan diri mereka sendiri, karena mereka akan menemukan banyak hal yang tidak dapat mereka pecahkan. Padahal semua permasalahan kehidupan harus sesuai dengan ajaran agama yang mereka yakini kebenarannya. Dengan demikian mereka akan menjadi umat yang semakin terbelakang dan terpuruk, tidak hanya dalam masalah teknologi sebagaimana telah dijelaskan, akan tetapi juga dalam memecahkan permasalahan agama mereka sendiri.
Dalam Islam, Al-Qur’an mengandung ajaran-ajaran bukan hanya mengenai hubungan manusia dengan penciptanya tetapi juga hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan hewan dan makhluk tak bernyawa. Dalam hubungan dengan Penciptanya yaitu dengan cara beribadah kepada-Nya, hubungan dengan sesama manusia dengan hubungan sosial sedang untuk hubungan dengan hewan dan makhluk lainya termasuk yang tak bernyawa tentu dengan memanfaatkan dan menjaga kelestariannya tanpa melakukan kerusakan.
Dengan demikian dalam hubungan dengan sesama manusia dan dengan hewan serta makhluk lainnya akan selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perubahan zaman dan perkembangan kebudayaan. Dalam hal ini tidak boleh luput dari pantauan agama dan harus tetap berpegang pada agama. Oleh karena itu ajaran agama harus dapat mengakses setiap permasalahan yang muncul seiring dengan perkembangan pola hidup dan pola pikir manusia serta harus dapat memberikan jalan pemecahan untuk permasalahan tersebut.
Dari permasalahan ini jelas bahwa ajaran agama tidak mutlak seluruhnya bersifat absolut, karena permasalahan kehidupan selalu berkembang dan berubah. Permasalahan yang muncul di zaman sekarang ini sudah jauh berkembang di bandingkan dengan zaman permulaan munculnya Islam dan bahkan sudah berbeda dengan sepuluh tahun yang lalu.
Pada hakikatnya tidak semua yang terdapat dalam agama bersifat mutlak dan kekal. Menurut Harun Nasution ajaran agama terbagi dalam dua kelompok besar. Pertama, ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam kitab suci yang diwahyukan Tuhan. Ajaran itu bersifat mutlak kekal dan tak boleh dirubah karena merupakan wahyu Tuhan, bukan dari manusia. Yang kedua adalah penafsiran-penafsiran bagaimana pelaksanaan ajaran-ajaran dasar yang diwahyukan tersebut.
Karena ajaran dari kelompok kedua ini adalah hasil pemikiran manusia, bukan wahyu dari Tuhan, ia tidak bersifat absolut dan tidak kekal melainkan bersifat nisbi dan dapat berubah dan diubah menurut perkembangan zaman. Hal ini harus benar-benar menjadi catatan bagi umat Islam dalam melangkah dan memenghadapi permasalahan kehidupan yang harus mereka pecahkan.
Permasalahan yang muncul dalam setiap dasawarsa senantiasa berkembang mengikuti perkembangan pola pikir manusia dan perubahan-perubahan yang terjadi di alam semesta. Untuk memecahkan itu manusia tidak dapat hanya mengandalkan hasil pemikiran ulama terdahulu yang dasar pola pemikirannya juga didasarkan pada permasalahan yang ada pada zaman dimana dia hidup, yang tentunya sangat berbeda dengan zaman sekarang ini.
Kecenderungan keras menganggap hasil ijtihad atau hasil pemikiran ulama bersifat absolut, yang muncul di kalangan umat Islam menyebabkan kaburnya ajaran-ajaran agama. Tidak dapat lagi dibedakan antara ajaran-ajaran yang absolut dengan ajaran agama yang bersifat relatif.
Golongan yang ingin mempertahankan penafsiran-penafsiran lama tanpa mempedulikan perkembangan zaman dan perubahan peradaban dinamakan golongan tradisionalis. Pandangan kaum tradisionalis ini sangat berbeda dengan pandangan golongan modernis atau pembaharu yang mengadakan pemahaman-pemahaman interpretasi baru sesuai dengan tuntutan zaman.
Pandangan kaum tradisionalis tidak dapat diterapkan dalam kehidupan umat Islam dalam setiap kurun waktu. Bagaimanapun juga pandangan tersebut tidak dapat memecahkan permasalahan yang sangat kompleks dan berbeda dengan permasalahan pada masa awal perkembangan Islam yang relatif lebih sederhana.
Dengan pemahaman ajaran secara terbuka terhadap perubahan dan kemajuan zaman, tidak akan terjadi pertentangan yang berkepanjangan antar golongan dalam satu tubuh umat Islam. Umat Islam akan lebih mudah memecahkan masalah-masalah baru yang tak pernah terlepas dari ajaran agama. Dengan demikian tidak ada permasalahan kehidupan yang tidak ada jawabannya dalam Islam.
Umat Islam adalah umat yang besar sepanjang zaman dan ajaran Islam adalah yang paling sesuai untuk kehidupan manusia sampai akhir zaman nanti. Apabila ada anggapan bahwa ada suatu permasalahan yang tidak diatur dalam Islam atau tidak ada pemecahannya dalam Islam, itu merupakan suatu kekliruan besar.
Apabila hal itu dibenarkan dalam artian ada hal-hal yang berada di luar ring agama, pudarlah arti agama bagi manusia. Islam bukan hanya mengatur masalah ibadah kepada Allah saja akan tetapi juga masalah-masalah mu‘amalah dan masalah yang berkaitan dengan pemeliharaan alam semesta, sebagai lingkungan hidup manusia.
Dengan demikian semua permasalahan telah tercakup dalam tuntunan Islam, tidak terkecuali hal-hal yang merupakan sesuatu yang baru bagi manusia. Untuk itulah perlu keterbukaan dalam menafsirkan ajaran-ajaran dasar, tidak hanya terpaku pada penafsiran lama. Karena penafsiran tersebut tentunya disesuaikan dengan kondisi saat itu, yang mungkin sangat bebeda jauh dengan kondisi saat ini.
2. Manusia dan Tugas-Tugas Kekhalifahannya
Manusia diciptakan dengan dua fungsi, yang keduanya harus dapat terlaksana dengan baik, tanpa ada salah satu yang terlupakan. Fungsi pertama adalah sebagai ‘abdullah (sebagai hamba Allah), dan fungsi yang kedua adalah sebagai Khalifah fi al-ard. Sebagai hamba Allah maka ia harus selalu patuh dan taat atas segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Sedangkan sebagai khalifah, dia harus berusaha untuk mengolah dan membudidayakan bumi ini untuk kesejahteraan umat dan memelihara serta menjaga kelestariannya.
Allah SWT berfirman:
وهوالذى جعلكم خلآئف الارض (الأنعم:165)
“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi”.

Untuk melaksanakan tugasnya sebagai khalifah fi al-ard, maka ia harus memiliki pengetahuan berkaitan dengan tugasnya itu. Untuk itulah manusia diciptakan dilengkapi dengan akal dan kemampuan untuk berfikir, dengan demikian ia dapat menjadi wakil Allah di muka bumi, dengan bekal akal yang dapat di gunakan untuk mengetahui bentuk dan sifat berbagai ciptaan Allah di muka bumi.
Sebagai seorang hamba, manusia harus melaksanakan tugas penghambaan diri kepada Allah SWT, dalam keadaan bagaimanapun dan di manapun. Ia harus senantiasa beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan dan hanya mengharapkan rida Allah. Ia harus selalu menyembah Allah dan berbakti kepada-Nya, sebagai wujud syukur kepada-Nya atas nikmat yang telah diberikan.
Di dalam Al-Qur’an S. Ad-Dzariat ayat 56 disebutkan “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah Ku”. Ayat ini menjelaskan mengenai tujuan utama diciptakannya jin dan manusia, yaitu untuk menyembah dan beribadah kepada Allah SWT sebagai Khalik. Tujuan tersebut juga mengandung arti bahwa manusia harus senantiasa taat dan patuh kepada segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Ini merupakan tugas manusia sebagai seorang hamba.
Kemudian dalam penciptaan manusia sebagai makhluk yang sempurna yaitu dengan dikaruniai akal dan kecerdasan, itu berkaitan dengan fungsi manusia yang kedua yaitu sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah di muka bumi berarti sebagai wakil Allah di bumi. Allah yang telah menciptakan bumi dan segala isinya, maka sebagai wakil Allah tugas manuisalah untuk menjaganya.
Sebagai khalifah manusia diperintahkan untuk menjaga kelestarian dan bukan melakukan kerusakan di muka bumi. Pengangkatan manusia sebagai khalifah ini difirmankan Allah dalam al-Qur’an S. Al-Baqarah ayat 30.
واذ قال ربك للملئكة انى جاعل فى الارض خليفة قالوا اتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ج و نحن نسبح بحمدك و نقدسلك قلى قال انى اعلم ما لا تعلمون
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:” Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata:” mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engaku dan mensucikan Engkau?” Tuhaan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
Khalifah dalam ayat di atas dapat di artikan sebagai penguasa, artinya Allah menjadikan manusia sebagai penguasa di bumi. Penguasa dalam hal ini adalah mereka yang berhak memanfaatkan dan membuat tatanan kehidupan di muka bumi dan bertanggung jawab atas kesejahteraan dan kelestarian alam semesta.
Manusia diciptakan sebagai khalifah adalah sebagai wakil Allah di muka bumi, Allah yang telah menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya dan manusia sebagai khalifah bertugas untuk melestarikan dan menjaganya dari kerusakan. Manusia berhak untuk menggali manfaat yang terkandung di alam ini dan menggunakannya untuk kesejahteraan penghuni alam semesta ini.
Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi berarti memberi peluang kepada manusia untuk dapat mensyukuri segala nikmat dan karunia-Nya. Bersyukur kepada Allah atas karunia yang telah diberikan berupa alam dan segala isinya ini, yaitu dengan cara memelihara lingkungan hidupnya agar bumi menjadi tempat yang patut, layak dan menyenangkan bagi kehidupan semua makhluk ciptaan-Nya.
Sebagai seorang khalifah manusia bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan dan kemaslahatan makhluk-makhluk Allah yang lain di bumi, baik yang bernyawa maupun tidak. Dengan demikian manusia memerlukan ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai karakteristik alam yang menjadi tanggung jawabnya tersebut.
Sebagai penguasa yang mewakili Allah di muka bumi, manusia bertanggung jawab atas kelestarian alam semesta ini. Seorang khalifah haruslah dapat besikap arif dan bijaksana terhadap apa yang menjadi hak dan tanggung jawabnya. Dia tidak boleh berbuat semaunya atau semena-mena terhadap alam semesta ini. Jika dia berbuat semena-mena maka dia termasuk seorang penguasa yang zalim, dan Allah sangat membenci seorang yang berbuat zalim.
Untuk dapat menjalankan tugas kekhalifahannya dengan baik, manusia memerlukan ilmu pengetahuan alam untuk memanfaatkan alam dan menjaga kelestarianya. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang sangat penting untuk dipelajari, karena mengkaji gejala-gejala alam dan karakteristik benda-benda alam.
Penguasaan terhadap Fisika menjadi sangat penting ketika manusia akan menjalankan tugas kekhalifahannya di muka bumi. Karena sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa manusialah yang bertanggung jawab atas kemaslahatan dan kelestarian alam ini. Untuk itu manusia harus benar-benar mamahami karakteristik alam yang menjadi tanggung jawabnya itu.
Ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi yang membantu penemuan, perkembangan dan pemeliharaan baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam, merupakan alat bagi manusia untuk melaksanakan tugas kekhalifahannya.
Pengembangan iptek adalah satu contoh dari kesempurnaan makhluk Tuhan yang bernama manusia. Dengan menggunakan akal pikiran yang telah dianugerahkan kepadanya, menyebabkan manusia mampu untuk mengembangkan iptek. Dengan demikian manusia dapat menjalankan fungsi kekhalifahannya di muka bumi secara produktif dan matang.

B. Urgensi Fisika dalam Perspektif Islam, Tinjauan Ayat-ayat Al-Qur’an
1. Fisika dalam Perspektif Islam
Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari gejala-gejala alam dan karakteristik benda-benda fisik. Pemahaman terhadap Fisika merupakan salah satu upaya yang wajib dilaksanakan untuk menanamkan kepercayaan terhadap kekuasaan dan Keagungan Tuhan.
Dengan demikian pemahaman terhadap Fisika dapat menjadi penguat pondasi keimanan umat Islam, karena dengan mengetahui rahasia-rahasia alam, manusia akan semakin mengagungkan Allah yang telah menciptakan semua keajaiban yang ada di alam semesta ini, yang tak ada satupun makhluk yang dapat melakukan hal itu.
Dalam beberapa ayat al-Qur’an Allah SWT senantiasa menegaskan mengenai pentingnya nazar (memperhatikan) untuk mengetahui tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Demikian pula megenai pentingnya belajar dan mencari ilmu. Dalam ayat yang pertama kali turun telah ditegasakan perintah “membaca” bagi umat manusia, yaitu membaca ayat-ayat Allah, baik yang ada dalam al-Qur’an (firman-firman Allah), maupun yang ada di alam (al-Kaun).
Menurut Al-Qur’an, mempelajari kitab alam akan mengungkapkan rahasia-rahasianya kepada manusia dan menampakkan koherensi (keterpaduan), konsistensi, dan aturan di dalamnya. Ini akan memungkinkan manusia untuk menggunakan ilmu pengetahuannya sebagai alat untuk menggali kekayaan-kekayaan dan sumber-sumber yang tersembunyi di alam dan mencapai kesejahteraan material lewat penemuan-penemuan ilmiahnya.
Allah telah menunjuk manusia sebagai wakil di muka bumi dan diberi-Nya kesempatan-kesempatan yang tidak terbatas untuk menggali mengelola dan memanfaatkan segala isinya. Untuk itu ia harus mengenal potensi-potensi dirinya, menggunakan kesempatan itu, dan memperoleh kekuatan dan kebijaksanaan yang sesuai dengan peranannya sebagai seorang wakil Allah.
Pendidikan Islam menjadi bidang yang dapat diselenggarakan dengan tujuan pembentukan kepribadian muslim, dan pendidikan yang melingkupi ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai tempat yang strategis dalam pendidikan Islam. Dengan begitu umat Islam akan menjadi umat yang kuat, bukan hanya kuat dalam persaingan dengan umat yang lain dalam iptek, akan tetapi juga kuat dalam hal keimanan terhadap Allah SWT.
Kita lihat misalnya pendidikan modern yang mengarahkan bahwa pendidikan yang dilaksanakan secara berlanjut dan terus menerus. Hal yang demikian telah dicanangkan oleh Rasulullah SAW, dengan sabda beliau;”Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai keliang lahat”. Hadis tersebut memberikan dorongan pada umat Islam untuk tidak pernah berhenti dalam menggali ilmu pengetahuan dan mengembangkan peradaban. Az-Zuhaili mengatakan bahwa jika peradaban itu mengandung banyak manfaat, maka Islam menyeru umatnya untuk mengusungnya sekaligus menggalinya dan melestarikannya. Dalam hal ini ilmu Fisika termasuk didalamnya, karena manfaat fisika sudah tidak dapat diragukan lagi, baik dalam pengembangan teknologi maupun dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT, Tuhan Pencipta alam semesta.
Pemahaman Fisika dalam Islam merupakan suatu upaya untuk menjalankan perintah Allah di dalam al-Qur’an untuk melakukan nazar terhadap segala ciptaan Allah yang berada di alam ini baik yang di langit maupun di bumi, yang nantinya akan memberikan implikasi positif, bagi mereka berupa kesadaran akan kebesaran Allah dengan segala kekuasaan-Nya.
Umat Islam harus menghapus dikotomi terhadap ilmu pengetahuan yang dapat membawa mereka mundur kearah kejahilan, yang akan dapat menyesatkan mereka kembali. Kebutaan terhadap pengetahuan alam merupakan tanda dari ketidaktahuan terhadap tanda-tanda Kebesaran Allah yang ditunjukkan dengan keajaiban ciptaan-Nya.
Fisika akan membawa umat Islam kearah kemajuan dan menambah keyakinan atas Kemahakuasaan Allah. Manusia tidak akan mendapatkan keraguan lagi, karena keyakinan mereka telah dikuatkan dengan bukti konkrit yang sangat banyak yang terdapat di sekitar mereka.
Dalam memahami Fisika ini harus senantiasa berlandaskan pada akidah Islam dan petunjuk Allah di dalam Al-Qur’an maupun melalui petunjuk utusan-Nya. Dengan demikian umat Islam akan dapat menghadapi perubahan dan kemajuan zaman tanpa harus meninggalkan akidah yang menjadi ruh dalam kehidupannya.
2. Urgensi Fisika Untuk Mempertahankan Eksistensi Islam
Telah dijelaskan dalam pembahasan di atas bahwa Fisika merupakan penguat pondasi keimanan, untuk itu Fisika harus mendapatkan perhatian yang cukup besar dalam dunia pendidikan Islam. Untuk membentuk generasi yang bertaqwa, Fisika diperlukan sebagai sarana untuk melihat bukti Keagungan Tuhan.
Penemuan, pembaruan dan pengembangan serta penerapan fungsional sains dan teknologi untuk kepentingan umat manusia dan pelestarian alam diterima sebagai kesadaran dan kemampuan manusia untuk menggunakannya sebagai rahmat, alat dan perlengkapan dalam mencapai suatu kehidupan yang lebih baik di akhirat. Al-Qur’an berlimpah dengan ayat-ayat yang meminta manusia untuk berpikir dan menggunakan akal mereka untuk mengungkap rahasia alam semesta. Dengan cara inilah mereka dapat mempunyai keyakinan teguh terhadap pencipta-Nya.
Umat Islam harus benar-benar memikirkan arti penting Fisika atau sains secara umum, dalam rangka membangkitkan kembali semangat keilmuan kaum muslim setelah sekian lama tenggelam, dan berpindah ke Barat. Untuk dapat merebut kembali kejayaan Islam dalam dunia ilmu pengetahuan, maka penguasaan terhadap Fisika merupakan salah satu hal penting yang harus mendapat perhatian dari umat Islam, jika ingin meraih sukses dalam kebangkitan sains ini.
Umat Islam pada masa sekarang ini harus mau untuk membuka wawasan dan pandangan keilmuan. Mereka harus meminimalisir atau bahkan menghilangkan anggapan bahwa hanya ilmu agama sajalah yang dapat membawa mereka pada keridlaan Allah, karena harus disadari bahwa pemahaman terhadap Fisika merupakan implementasi dari ayat-ayat al-Qur’an, yang memberikan bukti-bukti atau tanda-tanda Kekuasaan Allah.
Iptek yang dikembangkan oleh manusia berfungsi sebagai alat untuk beribadah dan melakukan penghambaan diri kepada Allah SWT. Dengan iptek yang merupakan produk dari ilmu Fisika manusia dapat memahami karakter alam dan dapat mengelolanya sesuai dengan karakter yang dimilikinya tersebut, sehingga terhindar dari kerusakan. Disamping itu manusia akan mengenal lebih dalam akan Keagungan Tuhan Sang Pencipta.
Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat sekarang ini, umat Islam harus menyadari keadaan bahwa dia akan jauh tertinggal dan bahkan tertindas apabila dia membiarkan teknologi hanya dikuasai oleh umat non-muslim. Dengan kenyataan seperti itu, usaha untuk menguasai Fisika guna mencapai kemajuan umat dalam sains dan teknologi dapat dikatakan sebagai upaya untuk jihad, karena secara langsung ataupun tidak, hal itu merupakan upaya untuk mengantisipasi dan mempertahankan diri dari serangan kaum atau bangsa lain.
BJ Habibi dalam bukunya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pembangunan Bangsa mengatakan bahwa Ilmu pengetahuan dan taknologi memberikan tiga landasan penting di dalam kehidupan masyarakat. Pertama iptek memberikan landasan hidup berupa penyediaan akses dasar bagi para anggota masyarakat kesehatan dan harapan hidup, pendidikan serta lingkungan hidup. Kedua, iptek memungkinkan dikembangkannya sistem informasi dan komunikasi, evaluasi dan analisis yang lengkap, makro dan mikro, dan mencakup seluruh anggota masyarakat, sehingga ia dapat secara merata memberikan informasi di bidang apa saja yang diperlukan bagi kehidupan dan kebutuhan suatu bangsa. Ketiga, manusia yang sehat, sejahtera, dan yang kaya akan informasi akan dengan cepat dapat memanfaatkan dan mengembangkan semua iptek yang diperlukan untuk memperbaiki nasibnya dan meningkatkan mutu kehidupnya.

Dengan demikian perkembangan iptek dapat secara langsung atau tidak langsung meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam bidang ekonomi, kesehatan maupum keilmuan. Pengembangan dalam bidang ini akan memberikan peluang bagi manusia untuk meningkatkan kesehatan dan menata kehidupan ekonominya serta memperluas wawasan dengan teknologi informasi yang berkembang dengan sangat pesat. Namun demikian menurut BJ Habibie masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan iptek tersebut yaitu;
Ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pembangunan bangsa tidak dapat dikuasai dan dikembangkan begitu saja. Untuk menjamin tercapainya hasil, dan daya guna suatu proses pengalihan, penerapan dan pengembangan IPTEK seperti yang diharapkan, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Pertama, perlunya penyelenggararaan pendidikan dan latihan di segala bidang iptek yang relevan dengan pembangunan. Kedua, ada konsep yang jelas realistis dan dapat dilaksanakan secara konsekuen tentang masyarakat yang ingin dibangun dimasa depan serta teknologi yang diperlukan untuk mewujudkannya. Ketiga, bahwa teknologi hanya dapat dialihkan, diterapkan dan dikembangkan lebih lanjut jika ia benar-benar diterapkan secara langsung pada pemecahan masalah kongkrit. Keempat, bangsa yang ingin mengembangkan teknologi harus bertekad untuk berusaha sendiri memecahkan masalah-masalahnya. Terakhir, pada awal tranformasi dirinya menjadi suatu bangsa berteknolgi maju, setiap negara harus memberikan perlindungan terhadap teknologi yang dikembangkannya sebelum siap bersaing secara internasional.

Prinsip-prinsip tersebut akan memberikan kontribusi besar apabila benar-benar diperhatikan dan diterapkan. Kemudian agar hasil yang diperoleh tidak menimbulkan kerusakan alam atau kecemasan masyarakat karena tangan-tangan yang tidak bertangguang jawab, maka perlu adanya landasan keimanan dalam pengembangan iptek. Ini sangat penting sebagai pegangan bagi para ilmuwan dan teknisi yang akan melaksanakan tugasnya sehingga ia akan secara cermat meminimalisir kemungkinan penyalahgunaan produk iptek yang ia buat.
Fisika sebagai cabang ilmu yang menghasilkan produk berupa kemajuan teknologi, sudah seyogyanya menjadi salah satu kajian umat Islam. Agar umat Islam dapat tetap eksis dalam persaingan di zaman sekarang ini mereka harus mampu menyerap berbagai informasi tentang iptek dan mereka harus mampu berperan aktif dalam pengembangan iptek tersebut.
Penguasan Fisika untuk mempertahankan kejayaan Islam, bukan hanya untuk satu generasi saja, akan tetapi terus barlanjut dari generasi-kegenerasi. Untuk itulah, Fisika harus dijadikan sebagai salah satu materi yang harus disampaikan dalam kegiatan pendidikan Islam. Dengan demikian, maka akan didapatkan generasi yang kuat dan maju dalam hal iptek dan mantap dalam keimanan dan Ketakwaan terhadap Allah SWT.
Ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi yang membentuk kapaistas optimal seseorang sebagai individu yang kompetitif: fii ahsani ‘t-taqwim (pengembangan sumberdaya manusia).
Di era globalisasi sekarang ini, dunia telah dikuasai oleh teknologi yang semakin lama semakin mutakhir. Namun sayangnya penguasaan teknologi saat ini lebih banyak dikuasai oleh orang-orang non-muslim dan umat Islam masih menjadi konsumen hasil-hasil teknologi, dan bahkan beberapa golongan umat Islam justru menganggap kemajuan teknologi sebagai bid‘ah yang buruk dan harus dihindari. Kenyataan seperti ini dapat menghancurkan umat Islam sendiri dan setidaknya tugas-tugas kekhalifahannya di muka bumi terabaikan.
Teknologi mutakhir yang dikuasai oleh orang-orang yang tidak beriman bisa menjadi bumerang, karena teknologi tersebut dapat menjadi sumber bencana dan menimbulkaan kerusakan di muka bumi. Untuk mencegah hal tersebut maka umat Islam harus menguasai teknologi tersebut dan menggunakannya untuk kemaslahatan umat dan kelestarian alam semesta.
Penguasaan teknologi ini harus ditanamkan kapada siswa (generasi muda) selama mereka belajar di sekolah, yaitu dengan memberikan pelajaran Fisika, Kimia, Biologi dan memperkenalkan produk-produk teknologi kepada siswa, sehingga penyalahgunaan produk teknologi tersebut dapat dihindari.
Memasukkan mata pelajaran eksakta dalam kurikulum pendidikan Islam merupakan langkah yang tepat untuk memberikan bekal kepada siswa dalam meneruskan perjuangan umat Islam terdahulu. Dengan pemberian bekal semacam itu umat Islam telah membuat benteng dalam mempertahankan eksistensi Islam dalam berbagai aspek kehidupan manusia termasuk dalam sains dan teknologi.
3. Relevansi Fisika dengan Ajaran Islam
Islam mendorong manusia untuk mencari ilmu dan kemajuan dalam penemuan-penemuan, serta menjanjikan ganjaran yang besar, dan upaya-upaya ini dianggap bagian dari pengabdian kepada Allah.
Al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam, yang merupakan himpunan dari Firman-firman Allah banyak sekali menyebutkan tentang pentingnya memperhatikan dan memikirkan alam semesta. Di dalam beberapa ayat Allah telah menegaskan kepada manusia untuk melakukan pemeriksaan terhadap ciptaan-ciptaan-Nya.
Pemahaman terhadap Fisika adalah salah satu usaha untuk melaksanakan perintah Allah yang disyari‘atkan di dalam al-Qur’an. Bagaimanapun seseorang tidak boleh lupa bahwa al-Qur’an bukan buku teks sains eksperimental. Jika ia menerangkan beberapa fenomena alam, itu dikarenakan beberapa alasan di bawah ini:
• Studi fenomena alam dan keajaiban-keajaiban penciptaan akan memperkuat keimanan manusia kepada Tuhan.
• Dengan keakraban terhadap kesempatan-kesempatan yang telah dianugerahkan Tuhan kepada manusia, dia lebih dapat mengenal Allah dan dengan mendapatkan manfaat-manfaat darinya, dia dapat bersyukur kepada-Nya.
Dari dua alasan tersebut dapat dipahami bahwasanya Fisika merupakan salah satu jalan bagi manusia untuk menjadi umat yang bertaqwa kepada Allah. Di samping itu Fisika menghindarkan generasi umat Islam dari kebiasaan taklid buta (mengikuti sesuatu tanpa tahu alasannya). Mereka akan memeluk Islam dan berpegang teguh pada keimanan tersebut bukan sebagai agama turun-temurun akan tetapi karena mereka benar-benar menyadari akan kebenaran ajaran-ajarannya, yang telah mereka buktikan sendiri dari pemahaman terhadap alam semesta.
Kita melihat bahwa pencarian para ilmuwan muslim terhadap fenomena alam disebabkan oleh fakta bahwa mereka menganggap masalah studi ini merupakan salah satu cara terbaik untuk mendekati Allah. Mereka yakin bahwa dengan mempelajari tanda-tanda Allah dalam ciptaan-Nya di alam semesta, seseorang akan dapat menyingkap kesaling hubungan seluruh bagian alam semesta dan kesatuan yang tersembunyi di belakang dunia yang penuh keragaman ini, yang pada gilirannya akan membimbing kepada Sang Pencipta.
Sekarang segala sesuatu berputar di sekitar poros sains dan teknologi. Oleh karenanya, agar menjadi merdeka dan mandiri, kebijaksanaan Islam harus meliputi seluruh kemampuan keilmuan dan teknologi yang penting bagi kemandirian dan kemenangannya.
Pergulatan Islam adalah pergulatan sistem nilai sosial yang ada. Islam diharapkan dapat berperan sebagai pengendali sistem dan sekaligus pengontrol prilaku sistem itu. Umat Islam bukan hanya harus cermat mengawasi prilaku sistem, melainkan juga harus mampu dan cakap untuk terlibat di dalamnya.
Ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi yang melengkapi orang perorang untuk melaksanakan ibadah ritual kepada Tuhan (sebagai pertanggungjawaban pribadi). Penguasaan Fisika diperlukan bukan hanya untuk menghasilkan produk berupa teknologi, akan tetapi juga sangat diperlukan untuk kepentingan ibadah, dan menjalankan kewajiban sebagai seorang hamba yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Untuk melaksanakan perintah Islam untuk naik haji, menguasai dan mengambil isi bumi untuk kesejahteraan umat manusia, untuk menentukan saat dimulainya puasa Ramadhan dan mengakhirinya (idul Fitri) dan sebagainya hanya akan sempurna apabila ditopang oleh iptek, baik dari tingkat rendah maupun tingkat tinggi (HiTech).
Penerapan Fisika dalam menunjang kegiatan ibadah wajib umat Islam antara lain sebagai berikut:
1. Penentuan awal dan akhir waktu shalat.
Shalat merupakan kewajiban bagi setiap individu yang menyatakan dirinya sebagai ummat Islam, sehari semalam lima kali. Shalat merupakan salah satu rukun yang harus dan wajib dilaksanakan bagi setiap pemeluk agama Islam.
Adapun dalam pelaksanaan shalat ini, orang harus memenuhi syarat dan rukun shalat, apabila ada salah satu dari syarat sah atau rukun shalat yang tidak terpenuhi maka shalatnya akan rusak atau tidak sah. Apabila shalat seseorang tidak sah, maka itu berarti bahwa orang tersebut tercatat belum melaksanakan shalat.
Syarat sah shalat telah diatur dalam fikih;
- Suci badannya dari najis dan hadas
- Menutup aurat dengan kain yang suci
- Berada di tempat yang suci
- Telah masuk waktunya
- Menghadap Kiblat.
Salah satu syarat sah shalat adalah telah masuk waktu shalat, artinya pelaksanaan shalat ini harus benar-benar pada waktunya, dan tidak sah shalat seseorang apabila belum masuk waktu shalat.
Allah SWT berfirman:
إن الصلوة كانت علىالمؤمنين كتابا موقوتا (النساء:103)
“Sesungguhnya shalat itu kewajiban yang telah ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” (Qs, an-Nisa’ 103).
Dengan demikian untuk melaksanakan kewajiban umat Islam tersebut, seorang muslim harus tahu jatuhnya waktu shalat. Untuk itulah diperlukan suatu ilmu yang dapat digunakan untuk mengetahui jatuhnya awal waktu shalat, agar dalam pelaksanaan kewajiban shalat bagi setiap muslim tidak ada kekeliruan atau kekurangan dalam pemenuhan syarat sahnya yang dapat mempengaruhi kesahan shalatnya.
Dalam hal ini Fisika memegang peranan yang sangat penting, karena penentuan awal waktu shalat dapat dilakukan dengan menggunakan ilmu Fisika. Permasalahan penentuan awal waktu shalat ini dapat dipecahkan dengan materi Fisika, pokok bahasan energi matahari.
Penentuan awal waktu shalat dalam perspektif ilmu fisika terkait dengan kedudukan matahari yang diukur dengan sudut datang sinar matahari (angle of incidence)dengan perumusan sebagai berikut:

-
diamana;
= Lintang (atitude) yaitu lokasi sudut setelah utara atau selatan ekuator. Sebelah utara positif, sebelah selatan negatif.
= Deklinasi; yaitu sudut antara sinar matahari yang sampai bumi dengan bidang ekuator. Bidang ekuator adalah bidang (datar) yang melalui pusat bumi dan tegak lurus pada porosnya.
= Sudut datang sinar matahari (angle of incidence), yaitu sudut antara sinar matahari dengan normal bidang kolektor. adalah sudut jam (hour Angle), yaitu pergeseran sudut matahari sebelah barat atau timur meridian setempat oleh perputaran bumi sekeliling sumbunya. Pagi negatif, sore positif.
Sudut deklinasi δ dicari dari persamaan Cooper;
δ = 23,45o Sin [360o ], nilai n di cari dengan table.
AST = 12.00 + jam
MST =AST- E; MST adalah Mean Sun Time
E= 9,87 Sin 2B-7,53 Cos B –1,5 Sin B
B = ; 1≤n≤365 atau 1≤n≤366 (kabisat)
E = persamaan waktu dalam menit
LST =WIB = MST- (ψs-ψ) 4 menit, LST menunjukkan waktu shalat.
Untuk daerah Yogya; ψs= 105 ψ= 110,35 dan = -7,8 Ls
Dengan demikian jelaslah behwa fisika merupakan jalan pemecahan bagi permasalahan penentuan awal waktu shalat yang menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Di sini dapat dibuat jadwal waktu shalat untuk tiap-tiap daerah sesuai dengan posisi daerah tersebut, sehingga umat Islam dapat melaksanakan shalat dengan tenang dan tepat waktu.
2. Penentuan awal Ramadlan dan 1 Syawal
Rukun Islam yang keempat adalah puasa. Puasa ini wajib dilakasanakan oleh setiap umat Islam yang telah memenuhi syarat, sebagai mana telah dinashkan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 183 yang artinya;
”Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu termasuk orang-orang yang bertaqwa”.

Penetapan awal bulan Ramadlan sangat berpengaruh untuk memulai ibadah puasa Ramadlan itu sendiri. Oleh karena itu orang sangat berhati-hati untuk menetapkan awalnya dan tidak mustahil akan terjadi perbedaan pendapat.
Tahun Hijriyah adalah perhitungan yang dipakai oleh umat Islam sedunia yang berdasarkan kepada peredaran dan kedudukan Bulan sekitar bumi dan di sekeliling matahari. Umat Islam diwajibkan berpuasa pada saat pertama kali meliahat bulan pada awal bulan Ramadlan, dan kemudian menyudahi berpuasa pada saat melihat bulan muda pada penghujung Ramadlan (melihat hilal) yang berarti telah masuk bulan Syawal. Rasulullah SAW bersabda:
صوموا لرؤيته وأفطروالرؤيته فإن غم عليكم فاكملوا عدة شعبان ثلاثين (رواه البخارىومسلم)
“ Puasalah kamu dengan melihat bulan dan berbukalah kamu dengan melihat bulan, jika atas kamu udara kelam (mendung), maka cukupkanlah bilangan-bilangan (bulan) Sya’ban tiga puluh hari.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam sahih Bukhari juga dijelaskan mengenai awal dan akhir bulan Ramadlan;

عن عبدالله ان رسول الله ص م قال: ذكر رمضان فقال لاتصوموا حتى ترواالهلال ولاتفطروا حتى تروه فإن غمرعليكم فقدروا له
Artinya: Dari Abdullah ra. Berkata; sesungguhnya Rasulullah SAW menyebut bulan Ramadlan lalu beliau bersabda: “janganlah kamu berpuasa hingga kamu melihat hilal, dam jangan lah kamu berbuka (berhari raya) sehingga kamu melihatnya, dan jika tertutup atasmu adakanlah perhitungannya”. (HR Buchari)

Kedua hadis tersebut memberikan penjelasan mengenai waktu pelaksanaan puasa di bulan Ramadlan, dimana waktu untuk memulai berpuasa ditentukan saat hilal terlihat kemudian untuk menyudahi berpuasa dan berhari raya juga dengan melihat hilal (bulan sabit). Untuk memberikan kemudahan bagi umat Islam terutama mereka yang awam tentang hal ini, maka Islam memiliki kalender sendiri yaitu kalender Hijriyah.
Kalender hijriyah adalah sistem kalender Qamariyah (Bulan). Kalender Hijriyah menggunakan siklus visibilitas hilal, bulan sabit terkecil yang dapat diamati dengan mata telanjang. Rata-rata siklus visibilitas hilal dapat didekati dengan siklus sinodik bulan. Dalam hal ini nampak jelas peranan penting Fisika, karena Fisika membahas siklus peredaran bulan, yang merupakan bagian dari pokok bahasan tata surya.
3. Ibadah Haji
Haji merupakan rukun Islam yang kelima. Setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan wajib untuk melaksanakannya satu kali dalam seumur hidup. Adapun pelaksanaan ibadah haji ini hanya dapat dilakukan di Baitullah yaitu di Mekkah, Arab Saudi. Ibadah Haji diwajibkan bagi mereka yang mampu melakukan perjalanan ke sana.
Bagi penduduk muslim di luar Arab Saudi, perjalanan ke Baitullah adalah sesuatu yang cukup sulit karena perjalanan yang harus dilakukan sangat jauh, apalagi jika harus dilakukan dengan berjalan kaki atau dengan kuda. Di samping perjalanan akan memakan waktu yang sangat lama juga banyak mengandung bahaya.
Penerapan Fisika dalam teknologi memberikan kemudahan bagi umat Islam untuk menunaikan Ibadah haji yaitu dengan diciptakannya pesawat terbang sebagai sarana transportasi, sebagai alat yang dapat digunakan untuk melakukan perjalanan ke Baitullah dengan lebih cepat dan lebih aman.
Teknologi pembuatan kapal terbang ini merupakan penerapan dari efek bernoulli yaitu hubungan antara tekanan dengan kecepatan pada fluida yang mengalir secara tunak, kecepatan fluida akan berkurang bila tekanan fluida bertambah. Dalam pembuatan pesawat prinsip ini dipakai untuk menghitung besarnya daya angkat pesawat terbang.
Hukum bernoulli secara matematis dinyatakan dengan:
p + ½ ρ V2 + Δp = konstan
Δp = beda tekanan yang disebabkan oleh aliran
P = tekanan Fluida
V = kecepatan Fluida
ρ = massa jenis fluida
Karena begitu lekatnya keterlibatan teknologi dalam kehidupaan kita sehari-hari, maka teknologi dapat berfungsi ganda. Selain membantu untuk kebutuhan dasar, teknologi sesungguhnya bisa kian menyadarkan kita tentang kebesaran Allah, Sang Maha Pencipta. Kemajuan teknologi dapat mempertebal iman dan takwa kita, asal saja kita berangkat dari asumsi dasar bahwa teknologi adalah bagian dari nikmat Allah bagi manusia.
Dari uraian di atas nampak jelas bahwa Fisika merupakan ilmu yang sangat urgen dan memiliki peranan yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan umat Islam, baik dalam hubungannya dengan Penciptanya maupun dengan sesama makhluk. Dengan demikian pendidikan Fisika sebagai upaya untuk pengalihan kemampuan kepada generasi penerus juga merupakan kegiatan yang sangat urgen berdasarkan perintah di dalam al-Qur’an dan kebutuhan umat Islam sendiri atas ilmu fisika tersebut.
C. Urgensi Fisika dalam Tinjauan Ayat-Ayat Al-Qur’an
Al-Qur’an telah banyak memberi gambaran dan contoh mengenai sumber-sumber yang dapat digali dalam upaaya penguasaan Fisika. Di dalam al-Qur’an banyak sekali disebutkan mengenai arti pentingnya memikirkan gejala-gejala yang terjadi di alam ciptaan Allah ini sebagai cara untuk mengetahui tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah.
Dalam beberapa ayat di dalam al-Qur’an berulang kali disebutkan bahwa hanya orang yang mau memikirkan dan memperhatikan mengenai alam Ciptaan Allah-lah yang akan dapat melihat tanda-tanda Kekuasaan dan Kebesaran Allah. Hal itu seharusnya membuka pandangan umat Islam mengenai apa saja yang dapat dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya, sehingga umat Islam tidak akan terjerumus dalam kejumudan.
Pemahaman terhadap al-Qur’an bukan hanya sekedar mambaca secara lafziyah, akan tetapi harus benar-benar dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupan, sehingga keajaiban dan keutamaan al-Qur’an dapat benar-benar dirasakan dan membawa umat Islam ke arah kemajuan dan kemaslahatan.
Al-Qur’an telah memberikan contoh kepada manusia mengenai penguasaan Fisika, yaitu dengan beberapa ayat yang menyebutkan gejala- gejala alam disertai dengan penjelasan mengenai beberapa manfaat yang akan dapat diambil oleh manusia dari gejala-gejala tersebut. Contohnya adalah mengenai peredaran matahari dan bulan sebagai patokan untuk perhitungan waktu.
وسخر الشمس والقمر كل يجري لاجل مسمى (الرعد:2)
Menurut Al-Maraghi tafsir dari ayat ini adalah; Dia menundukkan matahari dan bulan, serta menjadikan keduanya taat pada kehendak-Nya untuk memberikan manfaat kepada makhluk-Nya. Masing-masing dari keduanya berjalan pada orbitnya untuk waktu tertentu. Peredaran dari keduanya tidak pernah menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan oleh Allah, sehingga manusia dapat menggunakannya sebagai patokan dalam membuat perhitungan waktu.
هوالذى جعل الشمس ضيآء والقمر نورا وقدره منازل لتعلموا عددالسنين والحساب, ما خلق الله ذلك الابا لحق, يفصل الايات لقوم يعلمون
(يونس:5)
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya; dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak meniptakan yang demikian itu melainkan dengan hak; Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS. Yunus:5)

Kemudian dalam Surat Al-Anbiya ayat 30. Allah memberi pengetahuan kepada manusia tentang asal mula jagad raya;
أولم ير الذ ين كفروا ان السموات والارض كانتا رتقا ففتقناهما, وجعلنا من الماء كل شئ حي,افلايؤمنون (الانبياء:30)

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (QS. Al-Anbiya’:30)

Surat al-Anbiya’ tersebut merupakan salah satu petunjuk Allah berkaitan dengan ilmu Fisika untuk dikembangkan manusia. Ayat tersebut memberikan gambaran kepada manusia bahwa langit dan bumi dunia ini dahulu adalah satu kemudian terpisah terbentuklah bumi dan langit sebagai tempat hidup manusia. Didalam Fisika hal itu dikenal teori big bang sebagai asal mula terjadinya kehidupan di muka bumi.
Dari petunjuk al-Qur’an ini kemudian manusia harus berusaha mengembangkannya menjadi ilmu yang mudah dipahami dan dibuktikan dengan eksperimen. Penelitian terhadap alam untuk melihat realita alam yang digambarkan di dalam al-Qur’an ini sangat penting, karena hal itu untuk menfungsikan akal dalam penguasaan ilmu pengetahuan.
Gambaran dalam Al-Qur’an tersebut hanya merupakan gambaran umum sebuah pengetahuan dan untuk mengetahui secara lebih detail manusia harus mengadakan survai di lapangan dengan melakukan eksperimen. Dari sinilah kemudian muncul ilmu Fisika sebagai hasil kolaborasi antara petunjuk al-Qur’an dan kecerdasan akal manusia.
Jika manusia tidak mau memperhatikan dan melakukan penelitian yang untuk kemudian disampaikan kepada para generasi berikutnya, maka manusia dapat terjebak oleh kepercayaan-kepercayaan yang menyesatkan dan membekukan pola pikir, yaitu mitos-mitos tentang kejadian-kejadian alam.
Hal tersebut telah terjadi pada zaman peradaban yunani kuno. Mereka mencari jawaban atas pertanyaan yang mengganggu mereka tentang kejadian-kejadian alam ini, namun mereka tidak menemukan jawaban akhirnya mereka mengambil kesimpulan-kesimpulan berdasarkan takhayul, seperti jika gunung meletus itu karena penguasa gunung marah, dan lain sebagainya. Mitos-mitos tersebut bukan lah jawaban yang ilmiah atas sebuah pertanyaan, dan hal itu dapat menyesatkan manusia dimana manusia sering mengadakan sesaji-sesaji di gunung, bukit dan pohon besar agar penghuninya tidak marah. Padahal semua itu merupakan perbuatan yang di kutuk, karena termasuk syirik.
Contoh tersebut telah menunjukkan akan arti sebuah ilmu pengetahuan tentang gejala-gejala alam (Fisika), karena hal itu berkaitan dengan pondasi keimanan yang kuat dan untuk menjaga generasi (keturunan), diperlukan pendidikan tentang ilmu tersebut.
Di dalam al-Qur’an telah disebutkan dalam surat al-Ra‘du ayat 1-4 telah menggambarkan hal tersebut, dijelaskan di dalam tafsir al-Maraghi tentang pengertian ayat-ayat tersebut. Dalam ayat-ayat ini, Dia mengetengahkan beberapa dalil atas tauhid dan tempat kembalinya makhluk. Maka, dengan mengemukakan tentang keadaan langit, keadaan matahari dan bulan serta keadaan bumi dangan gunung-gunung, sungai-sungai, bunga, buah kurma, anggur, berbagai buah-buahan, dan bermacam-macam hasil buahnya, Allah membuktikan adanya Tuhan yang Maha Kuasa lagi Perkasa, Berkuasa untuk menciptakan dan mengatur segala urusan, untuk mendatangkan kemudaratan dan manfaat, untuk menghidupkan dan mematikan, serta untuk melakukan segala hal. Dengan demikian jelas bahwa bukti kekuasaan Allah ditunjukkan dengan berbagai gejala alam yang dapat diamati oleh manusia.
BAB V
PENUTUP. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kelemahan umat Islam dalam bidang Fisika sekarang ini dikarenakan kurangnya pemahaman mereka mengenai kandungan ayat-ayat al-Qur’an dan dan adanya kecenderungan dikotomis terhadap Fisika dan menganggap semua ajaran Islam bersifat mutlak.
2. Setelah diadakan pengumpulan data dan dilakukan analisa dalam pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa Fisika merupakan ilmu yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam dan berulang kali ditegaskan di dalam al-Qur’an. Fisika sangat urgen untuk dikuasai oleh ummat Islam.
Adapun urgensi Fisika dalam perspektif Islam adalah:
a. Fisika merupakan bidang ilmu pengetahuan yang mempunyai kedudukan yang sangat penting menurut Islam, karena dengan ilmu Fisika ummat Islam dapat mencapai kemajuan teknologi, dan tidak lagi bergantung pada produk orang lain (non-muslim). Dengan demikian ummat Islam akan dapat menghadapi persaingan dengan kaum yang lain dan tidak tergilas oleh kemajuan zaman.
b. Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang akan menunjuki manusia kepada tanda-tanda kebesaran Allah dan akan menjadi penguat pondasi keimanan dan menghindarkan manusia dari kebiasaan taklid.
c. Sebagai penunjang dalam pelaksanaan tugas-tugas kekhalifahan.
d. Fisika sangat dibutuhkan untuk kemudahan umat Islam dalam kegiatan Ibadah kepada Allah. Sebagai contohnya adalah dalam:
1. Penentuan awal waktu shalat.
2. Penentuan awal bulan Ramadlan dan 1 Syawal
3. Memudahkan dalam pelaksanaan ibadah haji
e. Fisika merupakan implementasi dari pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur’an
B. Saran-saran
1. Kepada Umat Islam secara Umum
a. Umat Islam hendaknya dapat menghilangkan kecenderungan dikotomis terhadap ilmu pengetahuan (sains) dan ilmu agama.
b. Dalam memahami ajaran-ajaran Islam hendaknya umat Islam lebih tarbuka karena pintu ijtihad tidak akan pernah ditutup.
c. Tafakkur dan Tazakkur hendaknya selalu beriringan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kepada Pelaksana Pendidikan
a. Para pelaksana pendidikan hendaknya dapat memasukkan nilai-nilai ketakwaan dalam pendidikan sains khususnya Fisika agar tujuan pendidikan Fisika dapat tercapai dengan baik, sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
b. Para pelaksana pendidikan khususnya di lembaga-lembaga pendidikan Islam hendaknya dapat memberikan dasar-dasar pendidikan Fisika yang telah dinaskan di dalam Al-Qur’an, sehingga siswa akan lebih memahami Fisika dengan landasan keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa.
c. Hendaknya lebih memberikan motivasi kepada Mahasiswa untuk dapat mendalami Fisika sebagai ilmu yang dapat menopang keyakinan tarhadap kekuasaan kebaradaan dan kekuasaan Allah
3. Kepada Siswa dan mahasiswa
a. Siswa dan mahasiswa hendaknya lebih mendalami Fiska, karena fisika merupakan bekal bagi manusia untuk mencapai tujuan hidup dan untuk melaksanakan tugas kekhalifahan.
b. Hendaknya pemahaman konsep Fisika dipadukan dengan pemahaman terhadap konsep Al-Qur’an.
Para mahasiswa tadris hendaknya dapat memadukan pemahaman Fisika dengan pemahaman terhadap Al-Qur’an, agar nantinya dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika dapat mengarahkan siswa dalam memahami konsep fisika dengan melandaskan pada konsep di dalam Al-Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amin dkk. Menyatukan Kembali Ilmu-ilmu Agama dan Umum. Yogyakarta: SUKA Press, 2003

Abdul Aziz, Syikh. Inti Ajaran Islam. Jakarta: DKAI Depag RI, 2002

Abdul Aziz, Syikh. Aqidah Shalihah VS Aqidah Bathilah. Jakarta: DKAI Depag RI, 2002

Abdul Fatah, Rohadi, Sudarsono. Ilmu dan Teknologi dalam Islam. Jakarta: Rineka Cipta,1990.

Ahmadi, Abu. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta, 1991

Alim, Sahirul. Menguak Keterpaduan Sains Teknologi dan Islam. Yogyakarta: Titian Illahi Press, 1998

Al-Maraghi, A. Mustofa. Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Toha Purtra, 1993

Al-Qur’an dan Terjemah. Semarang: Toha Putra, 1998

A. Partanto, Pius dan Al Barry M. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola, 1994

Az-Zuhaili, Wahbah. Al-Qur’an Menjawab tantangan zaman. Jakarta : Mustaqim, 2002.

Baiquni, Ahmad. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Yogyakarta : Dana Bhakti Primayasa, 1997.

Bochenski, dkk. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997

El-Fandy, M. Jalaluddin, terj. Salim, A. Bar. Al-Qur’an Tentang Alam Semesta. Jakarta: Bumi Aksara, 1991

Fatchurrahman. Al-Hadis Al-Nabawy. Kudus: Manara Kudus, TT

Habibi, BJ. Ilmu Pengetahuan, Teknologi & Pembangunan Bangsa. Jakarta: CIDES, 1995

Hamidy, Zainuddin. Terjemah Hadis Sakhih Buchari. Jakarta: Wijaya, 1961

Hasyim, Yusuf. Rindang (Edisi Desember 2002). Semarang:YKK. Kan. Depag Ja-teng, 2002

Hoodbhoy, Pervez. Islam dan Sains. Bandung : Pustaka, 1998

Http:// www.pdk.go.id/inlink.php?to=UU Sisdiknas

Hude, Darwis,dkk. Cakrawala Ilmu dalam Al-Qur’an. Jakarta : Pustaka Firdaus, 2002.

Ibrahim,M. Daud. Teknologi Emansipasi dan Transendensi. Bandung: Mizan, 1994

Golshani, Mehdi. Terj. Efendi, Agus. Filsafat-Sains Menurut Al-Qur’an. (Judul Asli The Holy Qur’an and The Science of Nature). Bandung: Mizan, 1990

Majid, Abdul. Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang Iptek. Jakarta: Gema Insani Press, 2002

Matdawam, M. Noor. Ibadah Puasa dan Amalan-Amalan Bulan Ramadlan. Yogyakarta: Yayasan Bina Karier, 1989

Matdawam, M. Noor. Bersuci dan Shalat serta Butir-Butir Hikmahnya. Yogyakarta: Yayasan Bina Karier, 1999

MM, Sukanto. Al-Qur’an Sumber Inspirasi. Surabaya: Riasalah Gusti, 1994

Agus Purwadi. Teologi Filsafat dan Sains. Malang: UMM Press, 2002

Munawwir A. Warson. Kamus Al-munawwir Arab Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Progressif, cet. Ke.14, 1997

Mursi, Abdul Hamid. SDM Yang Produktif Pendekatan Al-Qur’an dan Sains. Jakarta: Gema Insani Press, 1997

Nata, Abuddin. Al-Qur’an dan Hadits. Jakarta: Raja Grafindo,1993
Nasution, Harun. Islam Rasional. Bandung: Mizan, 1995, Cet. Ke.2
Qadir, C.A. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia, 2002

Qardawi, Yusuf. Al-Qur’an Berbicara Tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Gema Insani Press, 1998

Qardawi, Yusuf, Terj.Marzuki, A. Kamaluddin, Metode dan Etika Pengembangan IlmuPerspektif Sunnah. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991

Qonita, D. Peranan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Dalam Pembentukan Mental Kaum Muslim. Yogyakarta: Fak Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, Skripsi Tidak diterbitkan, 1995

Rahman. Afzalur (terjemah: Arifin), Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta,1992

Rahanto, Moedji, Sistem Penanggalan Syamsiyah/Masehi. Bandung: ITB, 2001

Rifa’i, M. dkk. Terjemah Khulashah Kifayatul Akhyar. Semarang: Toha Putra, 1978

Rouf, Abdul. Rindang (Edisi Juli 2002). Semarang:YKK. Kan. Depag Ja-teng, 2002

Samuji dkk. Pendidikan Sains yang Humanistis.Yogyakarta: Kanisius,1998
Shaleh, Qamaruddin, dkk. Asbab al-Nuzul. Bandung: Diponegoro, 1975
Sulistyawati, Rini. Penentuan Awal Waktu Shalat Menurut Depag RI dalam Perspektf Ilmu Fisika, Skripsi Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fak Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, 2003

Sulaiman, A. Mahmud. Tuhan dan Sains. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2001

Syafi’ie, Imam. Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur’an.Yogyakarta: UII Press, 2000

Taswa, Abu Ahmadi. Kamus Lengkap Fisika. Jakarta: Bumi Aksara,1996

Tim Penulis. Tahun Baru Hijriah, Yogyakarta: Lembaga Pembinaan Keagamaan UII, 1979

Tim Pengembang Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Fisika SMU, KBK Mata Pelajaran Fisika SMU, Versi 1, Jakarta: Puskur-Balitbang Depdiknas, 2001

Tim Perumus Fak Tekhnik UMJ Jakarta, Al-Islam & IPTEK. Jakarta: Raja Grafindo Persada,1998

Zemansky, Sears. Fisika untuk Universitas, Jilid I Jakarta :Bina Cipta Cet. Ke-7, 1991

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

morzing.com dunia humor dan amazing!