"Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau merasakannya. Merasakan  kerjanya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah gurun. atau  merangsang amuk gelombang di laut lepas. Atau meluluhlantakkan  bangunan-bangunan angkuh di pusat kota metropolitan. Begitulah cinta. Ia  ditakdirkan jadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Tapi  dahsyat.
Seperti banjir menderas. Kau tak kuasa mencegahnya. Kau hanya bisa  ternganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan  bumi, menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam  sekejap ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutannya. Setelah  itu ia kembali tenang: seperti seekor harimau kenyang yang terlelap  tenang. Demikianlah cinta. Ia ditakdirkan jadi makna paling santun yang  menyimpan kekuasaan besar.
Seperti api menyala-nyala. Kau tak kuat melawannya. Kau hanya bisa  menari disekitarnya saat ia mengunggun. atau berteduh saat matahari  membakar kulit bumi. Atau meraung saat lidahnya melahap rumah-rumah,  kota-kota, hutan-hutan. Dan seketika semua jadi abu. semua jadi tiada.  Seperti itulah cinta"
Begitulah penggalan tafsir cinta Ustadz Anis Matta dalam bukunya yang  berjudul "Serial Cinta". begitu dalam dan sarat makna. Ustadz Anis  menafsirkan cinta secara komprehensif dan integral. Dalam bukunya beliau  mengungkap berbagai jenis cinta dan penyebabnya.
Buku ini merupakan tafsir cinta paling lengkap yang pernah saya baca  selain Raudhatul Muhibbin-nya Ibnu Qayyim. Buku ini mengupas segala  permasalahan cinta yang bisa mendatangkan kedamaian dan kesengsaraan.  cinta yang 'gila' seperti Qais dan Laila atau cinta yang agung seperti  cinta Rasulullah dan Khadijah.
Segalanya tentang cinta. sebuah kata yang bisa memberikan kekuatan luar  biasa. sebuah kata yang bisa menggetarkan dunia. dan sejarah-sejarah  tentang cinta adalah sejarah abadi yang selalu dikenang. sampai kapanpun


Tidak ada komentar:
Posting Komentar