PPC Iklan Blogger Indonesia

Rabu, 25 Mei 2011

Rifaiyah Bagian Dari Saya Atau Saya Bagian Dari Rifaiyah?

Tanbihun- Untuk membahas Rifaiyah, kita bisa menggunakan teori 5W 1H. Pertama kita akan menanyakan Apa Rifaiyah, atau Siapa Rifaiyah. Lebih benar yang mana? Siapa atau apa? Siapa biasanya digunakan untuk menanyakan makhluk yang berakal. Sedangkan apa menanyakan benda, atau makhluk tanpa akal. Apakah Rifaiyah berakal?
Aku lebih senang bertanya apa Rifaiyah itu? Karena sudah jelas Rifaiyah tidak berakal. Rifaiyah itu bikinan manusia. Seingat saya Istilah itu belum muncul pada tahun 1980 an. Baru terdengar lirihnya suara Rifaiyah pada tahun 90-an. Istilah Rifaiyah muncul setelah istilah Rifaiyah Tarajumah. Rifaiyah dimunculkan dalam pengetahuan umum dalam arti untuk merujuk kepada organisasi masyarakat yang bernama Rifaiyah. Yang dimaksud Rifaiyah itu yaa.. organisasi Rifaiyah. Karena Rifaiyah adalah organisasi maka dibuat oleh manusia, berarti setiap bikinan manusia pasti tidak berakal. Maka jangan menanyakan Siapa Rifaiyah, tapi yang benar Apa Rifaiyah?
Kalau Rifaiyah bikinan manusia berarti antara yang bikin dan bikinannya pasti mulia yang bikin, karena ia manusia yang dilabeli sebagai ahsani taqwim. Kalau manusia paling mulia, maka jangan sampai diperbudak bikinannya sendiri ya…? karena bisa jadi tahayul lho. Bisa jadi juga kena julukan penyembah berhala yang bernama ‘rifaiyah.’
Berkata seperti di atas bisa saja disangkal dengan pendapat kedua yang bertanya Siapa Rifaiyah? Karena Rifaiyah bisa dimaknai kang bongso rifai alias para anak murid Mbah Rifai, pengikut KH. Ahmad Rifa’i. Tentu mereka terdiri dari ribuan, bahkan jutaan manusia yang berakal. Maka kalau bertanya yang pas dengan pertanyaan Siapa Rifaiyah?
Kalau memakai kacamata tata negara, kita bisa melihat Rifaiyah dengan menyejajarkan dengan negara. Negara itu bukan pemerintah. Tetapi seringkali para pakar terlena menyamakannya. Negara itu mempunyai komponen: Rakyat, Teritorial, Kedaulatan, Konstitusi, Sejarah, Pengakuan di dunia Internasional dll.
Katakanlah Struktural kepengurusan Organisasi Rifaiyah dari Pusat sampai Ranting itu kita samakan dengan pemerintah. Dari mulai presiden hingga kepala desa. Bedanya pemerintah digaji dengan uang rakyat, sedangkan para pengurus Jamiyah Rifaiyah ini tak dibayar alias malaikatan. Secara Fiqih tidak ada tuntutan sama sekali untuk para pengurus untuk menjalankan kerjanya karena ia tidak pernah menerima haknya, maka sudah sewajarnya mereka tak menjalankan kerja yang bukan kewajibannya. Kalau anda diwajibkan shalat, karena anda sudah digaji dengan keseluruhan hidup anda yang gratis. Gimana kalau misalnya mata ditarik biaya sewanya. Mampus deh lu…
Maka benar juga ada beberapa utusan daerah yang mengusulkan dalam mukernas Rifaiyah, agar pimpinan pusat digaji.  Seperti disinggung di depan, Rifaiyah itu negara. Ia punya rakyat yang bernama Jamaah Rifaiyah. Punya pemerintah yang bernama Rifaiyah. Punya Presiden yang bernama Mukhlisin Muzarie. Punya Konstitusi yang bernama Usfita. Punya wilayah dari DKI hingga Kalimantan. Punya kedaulatan, karena ia tak pernah di tuntun kekuatan lain di luar dirinya. Punya pengakuan dari ormas-ormas lainnya, MUI, juga dari pemerintah.
Kedudukan Organisasi
Organisasi bisa dimengerti cukup dari kata-katanya saja. Organ bisa diupamakan dengan organ tubuh. Dalam organisasi ada yang berkedudukan sebagai tangan, kepala, mata, kaki, mulut. Dll. Misalnya begini. Sekretaris = tangan, Kepala = ketua, mulut = humas, perut bendahara, dll. Tentu keseluruhan organ itu harus berfungsi juga bekerja. Dan kesinergian antar organ-organ itu dinamakan dinamis.
Secara nyata organisasi di dalam Rifaiyah berkedudukan sebagai label atau stempel. Bukan penggerak amaliah, kegiatan, dan program. Pendapat ini tak seratus persen benar dan salah. Benarnya ketika ada beberapa kegiatan yang dipelopori warga Rifaiyah kemudian organisasi Rifaiyah kepingin melabeli dan mengakui bahwa kegiatan itu menjadi program pimpinan organisasi Rifaiyah. Kasus ini sangat banyak terjadi di tingkat Pimpinan Daerah.
Kalau keluarga kita punya ide, dan ingin dilaksanakannya, tentu musyawarah untuk menggodok ide dengan pelaksanaannya lebih berat pelaksanannya. Lebih banyak memakan biaya pelaksanaannya, bahkan mungkin bandingannya 1:9. Tapi dalam organisasi Rifaiyah terjadi sebaliknya 9:1.  Muktamar dan mukernas menghabiskan dana sekian puluh juta. Sedangkan pelaksanaan programnya menghabiskan beberapa juta saja. Itupun dengan menggunakan uang pribadi bendahara atau masing-masing individu pimpinan teras Rifaiyah. Itu bukti bahwa kerja organisasi yang seharusnya colective, justru dipanggul sendiri dananya oleh individu terkaya. Kalau tujuan organisasi itu mencapai mardlotillah secara berjamaah, maka kemungkinan banyak jamaah yang ditinggal di tengah jalan oleh supir. Orang-orang Rifaiyah sudah maklum menguras energi untuk menggodok ide. Setelah itu kita orgasme sebelum bertempur. Jadi lemes deh…pelcrut.
Mungkin paradigmanya harus dibalik. Untuk menggodok ide tak harus membuat forum yang melelahkan, cukup berbarengan dengan acara-acara selapanan. Dan pelaksanaanya yang kita genjot pol energinya. Karena untuk membuat program itu enteng dan mudah. Pelaksanaannya sungguh, amat, sangat berat dan berkeringat.
Kalau ditanya apakah saya bagian dari Rifaiyah, atau Rifaiyah bagian dariku. Maka aku siap menjawab Rifaiyah bagian dariku. Karena didalam ku juga terdapat bagian-bagian lainnya: Ada NU, Muhammadiyah, Dusukiah, Maiyah, Salafiah, dll.
Semua wadah itu hanya cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berjamaah. Kalau anda numpang perahu menuju pulau seberang, sedangkan perahu anda berlubang, maka cepatlah pindah perahu agar engkau tak tenggelam. Atau kalau punya keberanian berenanglah sendiri tanpa kapal, tanpa alat selam. Kalau anda numpang mobil bernama jamiyah rifaiyah menuju mardlotillah, tetapi di tengah jalan supirnya lupa mampir ke warung remang-remang. Apa yang akan anda lakukan. Bisa mengingatkan supir, tapi kalau supir ngeyel pindah mobil juga dihalalkan, karena masih banyak mobil di jalan.
Tidak hanya racun yang membahayakan. Semua makhluk di dunia punyai dua kemungkinan baik dan buruk. Berarti organisasi Rifaiyah pun juga punya kemungkinan buruk. Dalam konteks apa kira-kira. Semua lembaga punya potensi untuk menggali uang, dana dan pundi, termasuk organisasi Rifaiyah. Cukup dengan membuat program yang terserat dalam proposal. Kemungkinan anggaran pemerintah mengucur. Tetapi setelah mengucur dimanfaatkan diri sendiri. Itu namanya memanfaatkan Rifaiyah untuk kepentingan pribadi. Organisasi bisa menjadi racun, ketika ia dijadikan alat pencetak uang.
Kemungkinan negatif lainnya organisasi juga bisa dimanfaatkan pemimpinnya untuk mencari uang, jabatan, saat pemilihan daerah berlangsung. Misalnya dengan transaksi suara jamaah ditukar dengan imbalan uang, pemberian fasilitas, gedung, kaos kepada sejumlah massa calon pemilih fanatik.  Organisasi juga terbukti telah menjadikan orang tersekat-sekat. buktinya Sangat jarang Kiai NU mengisi pengajian di Muhammadiyah, dan sebaliknya. Otomatis pengajiannya juga sendiri-sendiri. Sehingga kiai yang tersekup dalam organisasi tertentu sangat langka bisa menjadi penengah. Dalam konteks ini keberadaan ormas juga malah menjadi penghalang kemaslahatan dan kebersamaan, kalau interaksinya tidak dimulai.

Paciran Lamongan, 10 Mei 2011
Ahmad Saifullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

morzing.com dunia humor dan amazing!