PPC Iklan Blogger Indonesia

Jumat, 06 Mei 2011

Wawancara Bersama Abdullah Sunata Pasca Vonis 10 Tahun

Wawancara ini dilakukan setelah sidang putusan hari Rabu 27 April 2011 di PN Jakarta Timur.

Media : Bagaimana tanggapan ustadz dengan vonis tadi ?

Abdullah Sunata : Ini adalah bentuk kezholiman terhadap aktivis Islam yang berusaha menegakkan dan menjalankan syariat Nya.

Media : Kedzholiman seperti apa yang ustadz maksud ?

Abdullah Sunata : Dari awal ditangkap, saya dan kawan-kawan yang lain sudah ditekan dan dikondisikan supaya ikut maunya polisi. Begitu pula dengan penyiksaan-penyiksaan yang saya alami juga kawan-kawan yang lain selama proses introgasi. Sehingga dengan terpaksa kita mengikuti maunya polisi . Begitupun dengan menuju proses persidangan yang tidak fair. Kita di kondisikan agar memakai pengacara yang ditunjuk oleh polisi yaitu Asludin Hatjani,SH sedangkan untuk akses ke TPM atau yang lainnya tidak bisa dan selalu dipersulit. Mengenai hal ini sudah saya sebutkan didalam pledoi saya yang lalu. Ini semua adalah bentuk ke dzholiman agar kawan-kawan didalam persidangan mengatakan sesuai dengan BAP yang penuh dengan tekanan dari penyidik dan agar kami dihukum seberat – beratnya.

Media : Apakah maksud ustadz ini semua bentuk melemahkan dan mendiskriditkan para aktifis Islam dan mujahidin yang berusaha menegakkan syariat Islam ?

Abdullah Sunata : Benar. Ini semua adalah bentuk kedzholiman untuk melemahkan dan mendiskriditkan aktifis Islam , bahkan dari sebelum ditangkap oleh Densus pun mereka sudah di pojokkan dengan berita-berita dan komentar negatif yang menyudutkan para aktifis Islam, sehingga terbentuk opini di masyarakat bahwa mereka benar teroris, sesat dan sebutan-sebutan negatif lainnya. Begitupun setelah ditangkap kita dianggap teroris dan dikondisikan supaya mengikuti maunya polisi, baik dalam pemberkasan BAP dan dipaksa agar memakai pengacara yang ditunjuk polisi yaitu Asludin cs, juga disiksa dan di iming-imingi janji-janji manis untuk melemahkan mental.

Media : Apakah terhadap semua tahanan kasus teroris dilemahkan seperti ini ?

Abdullah Sunata : Ya. Pengalaman saya dari awal seperti ini. Selain di siksa ketika di introgasi kita juga di iming-imingi, dijanjikan dan diberikan fasilitas agar mau mengikuti kemauan polisi, termasuk dalam hal memilih pengacara, kalau kita tidak mau maka kita di isolir dan keluarga yang membezuk dipersulit. Ini yang saya alami sendiri dan ini semua adalah bentuk pengkondisian untuk melemahkan kawan-kawan.

Media : Didalam undang-udang kan sudah di atur bahwa seseorang yang tersangkut masalah hukum berhak menentukan pengacara sendiri ?

Abdullah Sunata
: Karena kita mereka anggap teroris, jadi tidak termasuk dalam peraturan tersebut yang penting harus di hukum seberat beratnya, karena menyangkut Islam dan aktifisnya. Karena tidak ada sejarahnya di negri ini terhadap kasus yang menimpa umat Islam ada penyelesaian yang jujur dan adil, lihat kasus KOMJI (Komando Jihad), Priok, Ambon dan Poso dan sekarang melalui isu terorisme ini. Karena memang intinya adalah memerangi tegaknya syariat Islam dan ini adalah agenda yang utama dalam isu global perang melawan terorisme.

Media
: Apakah ada semacam gerakan sistematis untuk menyudutkan Islam terutama para tokoh-tokohnya ?

Abdullah Sunata : Ya benar, seperti yang terjadi pada persidangan ustadz Ba'asyir, semua saksi-saksi kunci di kondisikan agar memakai teleconference sehingga saksi-saksi akan berbicara sesuai yang ada dalam BAP. Tentu beda suasananya ketika hadir di persidangan dan terjadi dialog dengan ustadz Ba'asyir, pengacara, jaksa dan juga hakimnya dengan bersaksi via teleconference maka pasti akan memberatkan ustadz Ba'asyir. Karena ketika mereka ditanya jaksa dihadapan polisi, maka mesti ikut maunya polisi, dan kenapa mau jadi saksi via teleconference? maka itu kembali kepada mental kita masing-masing, berani atau tidak untuk menolak juga karena sudah salah dari awal mau manut saja dengan pengacara dari polisi sehingga tidak bisa menolak saat di minta teleconference padahal menolak adalah hak kita. Para saksi yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga mengikuti maunya polisi. Coba bayangkan ada saksi dari luar yang tidak ditahan tapi ikut teleconference.

Media : Apa komentar ustadz tentang hal ini ?

Abdullah Sunata: Itulah maunya mereka, melemahkan kita agar kita mengikuti maunya mereka, oleh karena itu kembali kepada mental kita, mari kita kuatkan mental kita agar kita istiqomah dan tidak mengikuti maunya mereka ..kita memang manusia yang lemah dan saya juga bukan yang terbaik diantara kawan-kawan, tapi mari kita tunjukkan izzah (harga diri_red) kita dan saling mendoakan agar kita bisa menghadapi ujian ini.
Dan masalah tekanan dari polisi semua tahanan teroris mendapat tekanan dan mungkin saya termasuk salah satu yang berat sekujur tubuh dari kepala sampai kaki habis babak belur semua, gigi depan rontok dan sampai sekarang sundutan rokok di leher pun masih ada bekasnya itu semua baru sembuh sekitar dua bulanan ..sekali lagi saya tekankan saya bukan yang terbaik tapi mari kita tunjukkan izzah kita. Ketika saya belum mulai proses persidangan akhi Zein Effendy pernah bertanya kepada saya tentang dia ditekan dan sewaktu mau mengganti pengacaranya …saya katakan akhi..dulu antum sebelum ditangkap dituduh sebagai intel dibeberapa tempat dan komunitas ..sekarang saatnya antum tunjukkan dengan amal perbuatan antum ketika sedang di uji seperti ini antum bisa istiqomah..dan Alhamdulillah dia tegar walaupun istrinya mengalami tekanan psikis juga dari polisi. Inilah hikmah sebuah ujian sebagai tamhis antara orang-orang yang benar imannya dan berdusta .

Keputusan hakim yang dibacakan tadi tidak sesuai dengan fakta dipersidangan. Bohong! kalau disebut sesuai dengan fakta persidangan tapi keputusan hakim hanya berdasarkan BAP padahal keterangan saksi tidak sama dengan BAP di persidangan saksi menyebutkan kalau mereka di siksa dan dibawah tekanan dan tentang banding saya masih pikir-pikir.

Dan sebenarnya memang salah satu bentuk pengkondisian adalah masalah pengacara seperti yang saya sebutkan diatas. Sebagai contoh lain pernah salah satu anggota pengacara Abu Tholut (bukan TPM tapi ditunjuk oleh keluarga) bertemu saya di PN beliau bilang kalau dipersulit dan tidak bisa menemui Abu Tholut sehingga mereka belum bisa mendampingi Abu Tholut sebagai penasehat hukumnya.

Contoh di atas dan beberapa yang saya sebutkan tadi adalah salah satu penjelasan bahwa permasalahannya bukan karena pengacaranya TPM tapi karena kita harus mau manut sama polisi termasuk pengacaranya pun harus dari mereka. Dalam hal ini saya tidak tinggal diam saja tapi saya sudah sering ingatkan kawan-kawan agar teguh dan tidak larut dalam pengkondisian mereka lalu manut dan ikut maunya mereka. Karena bukan permasalahan besar atau kecilnya nanti di vonisnya tapi yang jadi tujuan kita adalah sikap kita yang benar dalam menghadapi ujian ini disisi Alloh juga ke istiqomahan kita sampai akhir nanti… Maka saya amat menyesalkan kalau ada yang larut dalam pengkondisian mereka dan akhirnya manut dengan keinginan mereka padahal dia sudah sudah disiksa, dipukuli dan diinjak injak harga dirinya..dan apalagi kemudian mempengaruhi yang lain agar mau manut juga ..sungguh sangat saya sayangkan dan saya sesalkan…
Semua ujian pasti ada hikmahnya dan hikmah dari ujian adalah tamhis bagi kita, sebagai filter keimanan kita, sehingga nampak jelas bagaimana kadar dan kualitas iman kit. Semoga Alloh Ampuni dosa-dosa kita dan Alloh teguhkan kita untuk tetap istiqomah di jalanNya ..Amiennn.. [muslimdaily.net]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

morzing.com dunia humor dan amazing!