PPC Iklan Blogger Indonesia

Kamis, 30 Desember 2010

Bayangan Tak Terkejar

Sosoknya adalah sosok yang penuh cinta, kelembutan dan pribadi yang begitu memesona. Jilbab dan gaun gamis yang dikenakan memancarkan sosok muslimah yang ideal dan seorang ibu yang berwibawa. Pada setiap pertemuan, dia tidak akan pernah lupa untuk membuatkan kue. Kue sederhana namun sangat dinanti oleh semua rekan � rekan. Usia kami hampir sama, dan dia sudah memiliki seorang putera. Suaminya bekerja sebagai pegawai biasa, namun dukungan dari ibu mertua sangat membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beruntunglah, mertuanya sangat baik dan cukup berada. Mereka bisa tinggal di rumah milik ibu dari suaminya.

Setelah hampir satu tahun tidak mengadakan kontak, kami berjanji untuk bertemu. Dia akan mengadakan survey dan sekaligus bersilaturahmi. Dia duduk dihadapan saya. Senyumnya ramah, tutur katanya halus. Masih seperti dulu. Namun, ada satu yang berubah saat ini. Dia tidak menggunakan gamis seperti biasanya. Dia masih berjilbab, namun untuk ukuran dia yang selama ini saya kenal, saya merasa dia telah berubah. Ups! Saya mencoba menepis prasangka buruk ini. Saya tidak berhak untuk menilai, terlebih sekehendak hati.

�Hanya ini yang bisa saya lakukan. Saya bekerja untuk anak-anak. Mas tidak bisa menafkahi kami dengan cukup..� Saya sudah bisa menduga alasannya. Namun ada penolakan yang dahsyat pada benak saya. Tadinya saya berpikir dia bekerja di sebuah lembaga riset, karena dia mengatakan akan mengadakan survey atau jajak pendapat terhadap saya.

Namun ternyata, kenapa harus bekerja pada lembaga ini, yang jelas � jelas menjalankan usaha riba ? Pertanyaan itu hanya tercekat dikerongkongan.

Sekarang dia meminta saya untuk menjadi nasabahnya, dia sangat piawai menjelaskan segala keunggulan produknya. �Mbak, secara pribadi sebagai manusia normal, saya tentu ingin mendapatkan produk yang mbak tawarkan karena pendapatan yang akan saya terima sungguh luar biasa. Namun, saya tidak bisa menerimanya, karena ini mengandung unsur riba. Mbak lebih faham tentunya.� saya berusaha memberikan penjelasan tentang penolakan saya secara baik. Saya berharap, dia akan tersadar dengan segala ilmu agama yang pernah dipelajarinya.

Doktrin tentang keunggulan produk dan pembelaan dan sangkalan tentang penjelasan saya membuat saya semakin sedih. Saya terluka, saya merasa kehilangan dia.Sebagai wanita yang juga bekerja, saya sungguh memahami motivasinya untuk membantu ekonomi keluarga. Saya juga mengerti akan kesulitannya. Namun, saya tidak berharap dia untuk seperti ini. Penghasilannya sudah mencapai 20 juta rupiah perbulan, semakin aktif membangun jejaring bisnis, mencari teman baru karena target yang dikejar semakin tinggi. Sementara dia aktif membangun mimpi, anaknya berdua dengan sang bapak, di rumah. Ya, berdua saja.

Saya merasa sakit, sedih, dan marah. Saya sungguh tak berdaya mengejarnya, saya tak sanggup untuk membuatnya kembali seperti dulu, seorang wanita sederhana yang menyejukkan mata. Saya ingin merengkuhnya, memasukkan kembali ke dalam kenangan masa lalu yang terpatri di dalam benak.

Maafkan kami ya Rabb, atas segala kelemahan diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

morzing.com dunia humor dan amazing!