PPC Iklan Blogger Indonesia

Jumat, 22 Juli 2011

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BACA SISWI MADRASAH ALIYAH WAHID HASYIM YOGYAKARTA YANG MENETAP DI ASRAMA



BAB I
PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang
Membaca merupakan kebutuhan dan kegiatan sehari-hari setiap manusia, membaca juga sangat penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks, setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca sehingga kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Buku adalah gudang pengetahuan yang hanya dapat dimiliki oleh seseorang apabila mempunyai pemahaman yang berarti pengetahuan bagi kehidupannya. Berbagai judul buku dan berbagai koran diterbitkan setiap hari, ledakan informasi menimbulkan tekanan pada setiap guru atau pendamping siswa untuk menyiapkan bacaan yang memuat informasi dan yang relevan untuk anak didiknya, walaupun tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis-jenis bacaan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan tentu perlu dibaca, membaca merupakan peranan terpenting dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hubungannya dengan buku, tidak peduli dewasa atau anak, setiap orang mempunyai pilihannya sendiri mengenai buku yang suka atau ingin dibaca, kendatipun ada buku-buku yang wajib harus dibaca, misalnya untuk keperluan ujian sekolah. Perkembangan kemampuan mencerna selera pribadi merupakan bagian dari seluruh rangkaian proses membaca. Soekarman Kartosedono dalam Koswara (1998:314) anak-anak mempunyai tiga lingkungan kebutuhan, yaitu: pertama seorang anak bisa membutuhkan buku untuk mendapatkan informasi dalam rangka membuat esay, atau sesuatu proyek yang ditugaskan sekolah, atau untuk mengetahui sesuatu yang berhubungan dengan hobinya. Kebutuhan disini mengandung makna akses secara aktual atau fisik buku yang dicari. Kedua adalah kebutuhan yang lebih bersifat dibawah ia membaca. Kebutuhan ini biasanya dikenali orang dewasa yang mengurus bacaan anak-anak tersebut, dan dinyatakan secara umum dalam garis besar saja. Ketiga yaitu kebutuhan yang ditentukan oleh orang dewasa sebagai syarat yang harus dipenuhi.
Setiap orang pasti menginginkan hidupnya berkualitas, apabila seseorang menginginkan hidupnya menjadi berkualitas tentunya memanfaatkan, mengembangkan, menguasai ilmu pengetahuan yang terus ditingkatkan dan mengembangkan sumber daya manusianya. Peningkatan sumber daya manusia itu harus dimulai sedini mungkin, sehingga dapat tumbuh dengan kuat sebagai tunas bangsa dan penerus cita-cita perjuangan bangsa. Surjani dalam Koswara (1998:345) salah satu upaya peningkatan sumber daya manusia yaitu, dengan mendorong dan menumbuhkan minat belajar masyarakat. Ciri terpenting dari masyarakat terpelajar adalah tumbuhnya minat dan kegemaran membaca.
Sutarno (2006:110) menyatakan sangat jelas sekali bahwasannya minat tehadap bacaan tertentu merupakan adanya dorongan yang kuat, atau dorongan yang timbul dari dirinya bahkan dapat dikatakan dorongan motivasi yang tinggi dari dirinya sendiri, walaupun pada hakikatnya tidak terlepas juga dorongan dari faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya minat membaca seseorang. Tingginya minat membaca juga dapat dipengaruhi faktor-faktor yang bersifat langsung dan tidak langsung. Faktor yang bersifat langsung diantaranya adalah faktor dari orang tua (keluarga), guru atau pendidik, pengelolah perpustakaan dan masyarakat sekitar (lingkungannya). Kemudian faktor yang bersifat tidak langsung seperti halnya sumber bacaan (penyedia), pemerintah dan swasta yang berminat dan peduli terhadap dunia pendidikan.
Sidik (2006:9) menyatakan rendahnya minat baca besar sekali dampaknya terhadap bidang-bidang kehidupan yang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Membaca adalah sebuah proses untuk menjadi orang yang selalu diinginkan atau tercapainya harapan yang tinggi. Membaca dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern, sehingga kebiasaan membaca dapat mengurangi kendala dan kerumpangan pendidikan, mempercepat perubahan serta merupakan media pengembangan kekuatan.
Nurhidayah dalam suara merdeka (2007) menyatakan mengenai rating membaca, yaitu pertama data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2003, menggambarkan penduduk Indonesia usia di atas 15 tahun yang membaca koran 55,11%. Yang membaca majalah atau tabloid 29,22%, buku cerita 44,28%, dan buku pengetahuan lainnya 21,07%. Kemudian dari tahun 1993, kecenderungan mendapatkan informasi melalui membaca hanya naik sekitar 0,2%, jauh jika dikomparasikan dengan menonton televisi yang kenaikannya mencapai 21,1%. Kedua, data BPS tahun 2006 menunjukkan, penduduk Indonesia yang menjadikan baca sebagai sumber informasi baru sekitar 23,5%. Sedangkan yang menonton televisi 85,9%, dan mendengarkan radio 40,3%. Hasil statistik tersebut menunjukkan, bahwasannya penduduk Indonesia belum mentradisikan baca sebagai sumber utama mencari informasi. Mereka lebih suka menonton televisi atau radio sebagai sumber informasi, dari pada buku atau media baca lain.
Nurhidayah dalam suara merdeka (2007) juga menyatakan pada Laporan Bank Dunia No 16369-IND (Education in Indonesia from Crisis to Recovery), mengutip hasil Vincent Greannary tahun 1998, menyebutkan bahwa tingkat membaca usia kelas VI sekolah dasar di Indonesia hanya mampu meraih skor 51,7 di bawah Filipina (52,6); Thailand (65,1) dan Singapura (74,0). Kemudian pada tahun 2004/2005 Depdiknas menunjukkan sekitar 15,5 juta atau 9,2% penduduk dewasa (di atas 15 tahun) masih belum melek huruf.
Nugroho (2000) dalam Nurhidayah (2007) memaparkan mengenai rendahnya minat membaca, dalam penelitiannya dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu rendahnya minat membaca disebabkan membaca perlu banyak waktu luang, sedangkan orang Indonesia waktunya lebih banyak tersita untuk bekerja demi mempertahankan hidup dan meningkatkan kesejahteraan. Sehingga harga buku juga bisa dijadikan faktor yang menghambat minat baca anak.
Nugroho (2000) dalam (Prabandari 2006:284) menyatakan berdasarkan hasil riset mengenai minat baca bukanlah suatu persoalan kalkulasi tinggi rendah. Minat baca merupakan kondisi yang variatif sesuai dengan lokalitas di tiap elemen penyusun gerak masyarakat. Variasi dan kebutuhan akan informasilah yang menentukan keberhasilan suatu bacaan. Minat baca masyarakat sangat tergantung sampai sejauh mana masyarakat menganggap urgensi sebuah informasi. Artinya, persepsi setiap oranglah yang menentukan kualitas minat baca. Apabila suatu informasi dianggap tidak penting, maka masyarakat tersebut juga tidak akan berminat membacanya.
Nugroho (2000) juga menyatakan pertama, dalam laporan UNESCO tahun 2005 dengan judul Literacy of Life, menyebutkan illiteracy memiliki korelasi yang erat dengan kemiskinan. Hasil penelitian menunjukkan angka kemiskinan linear dengan tingkat illetracy sebagai akibat penghasilan per kapita penduduk yang rendah. Contohnya, India, Ghana, Bangladesh, Ethiopia, Nepal dan Mozambique hampir 78 persen penduduknya memiliki penghasilan dibawah 2 dollar AS sehari. Kedua, berdasarkan penelitian yang dilakukan International Educational Achievement (IEA) tahun 2000, kemampuan membaca siswa SD Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 39 negara yang diteliti atau terendah di ASEAN (Republika, 24/03/03). Ketiga, dalam survei The Political and Economic Risk Country (PERC), sebuah lembaga konsultan di Singapura, pada akhir 2001 menempatkan Indonesia di urutan ke-12 dari 12 negara di Asia yang diteliti mengenai  minat baca.
Ada berbagai pendapat mengenai membaca, minat atau gairah membaca pada anak-anak khususnya siswa-siswi yang sedang belajar, dalam belajar sangat berkaitan dengan baca-membaca, tentunya tidak terlepas juga dari faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang menghambat terhadap minat membaca buku-buku yang mereka gemari.
Begitu juga pada siswi madrasalah aliyah wahid hasyim yang menetap di asrama. Setelah penulis melakukan pengamatan kegiatan-kegiatan di asrama, ada beberapa siswi yang sangat menggemari buku-buku yang sifatnya cenderung bacaan ringan, tetapi ketika harus belajar dan mengerjakan tugas-tugasnya cenderung agak malas-malasan, ada sebagian anak suka membaca buku yang sifatnya ringan, karena hanya sekedar untuk refreshing atau penghilang rasa jenuh saja, dan ada juga anak yang cenderung membaca dan membaca buku pelajaran saja atau cenderung serius, bahkan ketika hari libur mereka memanfaatkan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas pekerjaan rumah.
Berdasarkan hasil wawancara dari guru kesiswan, bahwasannya anak-anak tidak minat untuk membaca, karena salah satu faktornya kegiatan yang begitu padat, sehingga anak-anak tidak mempunyai kesempatan waktu untuk membaca. Dan mengenai fasilitas-fasilitas yang ada dari sekolah untuk belajar mengajar antara lain, seperti adanya fasilitas koleksi-koleksi buku di perpustakaan sekolah yang dibutuhkan para pendidiknya ataupun untuk para didiknya, akan tetapi fasilitas dari perpustakaan masih kurang mencukupi, karena antara jumlah siswa dengan buku yang dibutuhkan kurang seimbang.
Berkaitan dengan fasilitas untuk para siswa-siswinya, seperti pengembangan intelektual segi kepesantrenan ataupun kependidikannya, anak-anak diikut sertakan lomba dari berbagai tingkat, mulai dari beberapa tingkat perlombaan dalam lingkup sekolah maupun lingkup antar sekolahan, bahkan dari beberapa kegiatan para siswanya cenderung melakukan kegiatan-kegiatan sendiri, dan para pendidiknya sekedar mendampingi. Akan tetapi batasan-batasan pembahasan di sini mengenai minatnya untuk membaca para siswi yang menetap di asrama.
Berangkat dari fenomena-fenomena yang ada diatas tersebut, maka penulis ingin meneliti mengenai minat membacanya, ataupun faktor-faktor yang mempengaruhi maupun yang menghambat, serta upaya-upayanya dalam meningkatkan minat membaca, dan dengan adanya teori-teori yang ada, apakah benar fenomena-fenomena tersebut dapat mempengaruhi minat bacanya, sehingga minat bacanya dapat dikatakan tinggi atau rendah.

    1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka muncul berbagai permasalahan yang dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut:
  1. Membaca merupakan kebutuhan sehari-hari dan sangat penting bagi semua kalangan, terutama para siswa-siswi.
  2. Setiap orang mempunyai pilihan mengenai buku yang disukai atau buku yang ingin dibacanya, bahkan buku yang wajib dibaca untuk siswa-siswi.
  3. Membaca merupakan salah satu faktor terpenting untuk tercapainya harapan yang tinggi.
  4. Membaca merupakan alat yang fundamental untuk siapa saja, terutama bagi para pelajar.
  5. Membaca adalah sumber belajar, dengan membaca orang menjadi luas pengetahuannya. Minat membaca akan mendorong siswa-siswi untuk belajar lebih baik.
  6. Minat membaca merupakan kebutuhan dan alat yang paling fundamental untuk menjadi hidup yang lebih berkualitas.
  7. Rendahnya minat membaca sangat mempengaruhi kehidupan yang lain, sehingga mengakibatkan kehidupannya kurang berkualitas.
  8. Dengan adanya berbagai faktor yang mempengaruhi membaca, maka berbagai macam juga hasil kegemaran membaca.
  9. Salah satu dari pengaruh faktor rendahnya minat akan membaca karena dipengaruhi berbagai macam hal, salah satunya yaitu karena faktor minimnya bahan bacaan yang digemari.
  10. Berhubung siswa-siswi yang masih pelajar, maka sangat membutuhkan motivasi dengan minat bacanya, terutama membaca buku-buku pelajaran, walaupun siswa-siswi tersebut sudah minat dengan bahan bacaan fiksi.

    1. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka permasalahan yang timbul merupakan:
  1. Apakah para siswi Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Yogyakarta yang menetap di Asrama minat bacanya tergolong tinggi?
  2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi dan menghambat minat baca para siswi Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Yogyakarta yang menetap di Asrama?
  3. Upaya-upaya apakah yang dilakukan oleh madrasah dalam meningkatkan minat baca para siswi Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Yogyakarta?


    1. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
      1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
  1. Untuk mengetahui tinggi dan rendahnya minat baca para siswi Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Yogyakarta yang menetap di Asrama.
  2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat minat baca para siswi Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Yogyakarta yang menetap di Asrama.
  3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh madrasah atau perpustakaan untuk meningkatkan tumbuhnya minat baca para siswi Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Yogyakarta.

      1. Kegunaan Penelitian
  1. Dapat memberikan sumbangan yang lebih berarti tentang pentingnya minat membaca untuk para siswa-siswi, khususnya di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Yogyakarta.
  2. Tambahan pengetahuan dan wawasan mengenai kajian faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat minat baca.
  3. Memperkaya wawasan tentang upaya-upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan minat baca siswa.


    1. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan disini disusun secara sistematis dalam lima bab yaitu:
Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika pembahasan.
Bab kedua merupakan tinjauan pustaka dan landasan teori. Pada bagian pertama, yaitu tinjauan pustaka diuraikan mengenai beberapa hasil penelitian yang sesuai dengan permasalahan penelitian. Kemudian pada bagian kedua dari bab ini diuraikan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian.
Bab ketiga merupakan metodologi penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan analisis data.
Bab keempat berupa uraian hasil penelitian yang dilakukan. Pada bab ini akan memuat gambaran umum, dan dilanjutkan dengan uraiannya tentang Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Gaten, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta.
Bab kelima merupakan penutup, memuat hasil kesimpulan penelitian dan saran-saran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

morzing.com dunia humor dan amazing!