VIVAnews - Di mata kalangan pejabat Amerika Serikat (AS), media massa di Indonesia memiliki banyak ruang untuk mengekspresikan pendapat. Ini yang kurang dimiliki negara-negara lain di Asia Tenggara.
Penilaian itu diutarakan Wakil Menteri Luar Negeri AS, Maria Otero. Bagi dia, media massa di Indonesia pada dasarnya termasuk media yang bebas dengan begitu banyak hal yang dapat dibagikan.
"Hal tersebut membuat sangat memungkinkan negara ini memainkan peranan penting di tengah kancah media ASEAN," kata Otero dalam konferensi pers acara Konferensi Tahunan Pertama IKAT-US pada Rabu, 20 Juli 2011.
Pejabat kelahiran Bolivia itu juga mengatakan, tingginya jumlah pengguna jejaring sosial di negeri ini semakin mengukuhkan posisi Indonesia sebagai negara yang menjamin kebebasan bagi media massa.
"Indonesia adalah negara dengan pengguna Facebook terbanyak di dunia. Blogger-blogger di Indonesia juga jumlahnya banyak. Saya sempat makan siang bersama beberapa blogger Indonesia dalam kunjungan terakhir saya, dan menurut saya mereka benar-benar merdeka dalam mengutarakan pendapat dan nilai-nilai yang mereka yakini," kata Otero.
Untuk itulah, sebagai sesama negara penganut azas demokrasi, AS menyatakan gembira dapat membantu Indonesia untuk mengembangkan medianya.
Alat Revolusi
Saat disinggung mengenai kemungkinan media menjadi alat untuk menciptakan revolusi seperti yang terjadi di Mesir dan Tunisia, Otero mengatakan bahwa kemungkinan itu cukup ekstrem.
"Media di Indonesia berbeda dengan media di Mesir dan Tunisia. Apa yang terjadi di kedua negara tersebut merupakan cerminan kurangnya kebebasan berpendapat di depan umum, yang tidak terjadi di Indonesia," kata Otero.
Maria Otero melakukan lawatan selama dua hari ke Indonesia, yaitu pada tanggal 20 dan 21 Juli 2011. Hari ini Otero menghadiri Konferensi Tahunan Pertama IKAT-US sebagai tindak lanjut kerjasama komprehensif antar masyarakat sipil Indonesia-AS yang digagas Presiden Yudhoyono dan Presiden Obama.
Keesokan harinya, Otero akan berdikusi dengan para mahasiswa Universitas Al-Azhar tentang pemberdayaan anak muda dalam politik. (eh)
Penilaian itu diutarakan Wakil Menteri Luar Negeri AS, Maria Otero. Bagi dia, media massa di Indonesia pada dasarnya termasuk media yang bebas dengan begitu banyak hal yang dapat dibagikan.
"Hal tersebut membuat sangat memungkinkan negara ini memainkan peranan penting di tengah kancah media ASEAN," kata Otero dalam konferensi pers acara Konferensi Tahunan Pertama IKAT-US pada Rabu, 20 Juli 2011.
Pejabat kelahiran Bolivia itu juga mengatakan, tingginya jumlah pengguna jejaring sosial di negeri ini semakin mengukuhkan posisi Indonesia sebagai negara yang menjamin kebebasan bagi media massa.
"Indonesia adalah negara dengan pengguna Facebook terbanyak di dunia. Blogger-blogger di Indonesia juga jumlahnya banyak. Saya sempat makan siang bersama beberapa blogger Indonesia dalam kunjungan terakhir saya, dan menurut saya mereka benar-benar merdeka dalam mengutarakan pendapat dan nilai-nilai yang mereka yakini," kata Otero.
Untuk itulah, sebagai sesama negara penganut azas demokrasi, AS menyatakan gembira dapat membantu Indonesia untuk mengembangkan medianya.
Alat Revolusi
Saat disinggung mengenai kemungkinan media menjadi alat untuk menciptakan revolusi seperti yang terjadi di Mesir dan Tunisia, Otero mengatakan bahwa kemungkinan itu cukup ekstrem.
"Media di Indonesia berbeda dengan media di Mesir dan Tunisia. Apa yang terjadi di kedua negara tersebut merupakan cerminan kurangnya kebebasan berpendapat di depan umum, yang tidak terjadi di Indonesia," kata Otero.
Maria Otero melakukan lawatan selama dua hari ke Indonesia, yaitu pada tanggal 20 dan 21 Juli 2011. Hari ini Otero menghadiri Konferensi Tahunan Pertama IKAT-US sebagai tindak lanjut kerjasama komprehensif antar masyarakat sipil Indonesia-AS yang digagas Presiden Yudhoyono dan Presiden Obama.
Keesokan harinya, Otero akan berdikusi dengan para mahasiswa Universitas Al-Azhar tentang pemberdayaan anak muda dalam politik. (eh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar