PPC Iklan Blogger Indonesia

Kamis, 30 Juni 2011

Menjual Fenomena Keajaiban Alam ala Sang Musang


Keajaiban alam ini sungguh luar biasa, berkat tangan dingin Sang Pencipta dan olah pikiran umatnya menjadi sebuah fenomena. Sisi-sisi ajaib, menarik, dan tidak wajar bagi kebanyakan orang menjadi sesuatu yang bisa dijual dengan harga mahal. Bukan berdasar nilai fisik dari benda ajaib tersebut, tetapi dari fenomena dan rasa yang dimunculkan. Hal-hal yang berbau kontroversi acapkali bisa menjadi pendongkrak yang mampu menggenjot nilai jualnya.

sebuah contoh sederhana dari keajaiban alam yang dijadikan komoditi pasar dengan harga fantastis. Mungkin saat ini orang masih terngiang-ngiang dengan fatwa MUI tentang Kopi Luwak. Menjadi pertanyaan ada apa dengan kopi luwak?. Tidak berhenti dihewan musang yang fenomenal, tetapi masih banyak binatang lain yang tak kalah ajaibnya. Tak kalah dengan binatang pemakan biji kopi, tananaman yang satu ini menjadi primadona bagi penikmat asap tembakau. Bagi para penikmatnya, Tembakau Srintil mungkin menjadi impian dan dambaan untuk dihisap kelezatan aromannya. Kopi luwak dengan harga per cangkir seratus ribuan dan Tembakau Srintil yang 1 kilonya mencapai 800 ribu rupiah.

Angka rupiah yang fantastis jika dibandinhkan dengan kopi-kopi jenis lainnya dan tembakau biasa. Mengapa memiliki nilai jual yang tinggi dan diburu banyak orang untuk diputar nilai jualnya. Menjual fenomena keajaiban alam bisa menjadi bisnis yang bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah bak mata air yang tak habisnya sepanjang waktu. Bisakah keajaiban alam tersebut dijadikan skala industri komersial dan tidak lagi tergantung pada fenomena alam?.

Kopi Luwak memang luar biasa berkat hewan Musang (PARADOXORUS HERMAPRODITUS) bisa mengubah kopi bisa menjadi kopi primadona. Musang lewat nalurinya akan mengkonsumsi buah kopi yang benar-benar masak dipohon lalu lewan saluran pencernaanya keluar kopi-kopi mahal lewat fesesnya. Proses biokonversi yang rumit, dimana ada reaksi kimia dan enzimatis, dimana bakteri berperan besar disana. Lewat proses biokonversi tersebut, terjadi penurunan kadar protein dan pembentukan rasa serta aroma, sehingga menghasilkan kopi yang benar-benar nikmat.

Mungkin bisa dibayangkan apabila mulut, lambung, usus Musang digantikan oleh reaktor buatan manusia. Beberapa jenis bakteri dilakukan pengucilan lalu dipindai untuk proses biokonversi kopi, lalu beberapa larutan kimia dan enzim ditambahkan untuk penyempurnaan rekasinya. Ini hanyalah sebatas pengandaian saja untuk membuat robot Musang penghasil Kopi Luwak.

Demikian juga dengan Tembakau Srintil yang konon kabarnya sebagai manisfestasi “wahyu keprabon” berkah Illahi. Seribu satu tanaman tembakau yang bisa menjadi srintil dan itupun lewat permainan dadu keberuntungan. Ada beberapa informasi, dimana tembakau srintil dihasilkan pada kondisi lingkungan dan geografis tertentu. Menjadi sangat mudah jikan kondisi lingkungan dan geografis bisa diadaptasikan ditempat lain, sehingga wahyu keprabon tersebut digantinkan oleh mesin ilmu pengetahuan.

Dalam dunia klenik mungkin pernah mendengar fenomena Ayam Cemani untuk ritual yang harganya selangit. Ayam yang daging, darah, bulu, tulang dan telurnya serba hitam sangat susah diperoleh, akibatnya harganya sangat mahal. Dengan sedikit sentuhan biomolekular mungkin bisa dipermudah masalah tersebut tanpa tergantung keajaiban alam. Kloning atau stem cell mungkin bisa menjadi alternatif jitu untuk menghasilkan produk biologis yang mahal hargannya.

Menjadi pertanyaan selanjutnya, apakah Sentuhan teknologi dalam campur tangan keajaiban alam bisa membantu persoalan atau mengacauakan sistem yang sudah berjalan. Bagaimana rasa kopi luwak yang diperoleh dari feses musang di kebun kopi dengan feses musang yang diternakan dan dipaksa makan biji kopi. Bagaimana penikmat rokok dengan tembakau srintil asli Temanggung dengan flavor dari bahan sintetis. Bagaimana juga khasiat ayam cemani asli dengan cemani imitasi karya rekasaya teknologi.

Mungkin tak semudah itu yang dibayangkan, tetapi setidaknya bisa menjadi gambaran betapa teknologi bisa menggantikan peranan keajaiban alam, walauapun hasilnya akan mengacaukan. Alngkah bijaknya jika tetap membiarkan semua berjalan alami tanpa ada campur rekayasa, sebab semua yang berjalan alami memiliki misteri dan proses yang tidak bisa dijiplak oleh teknologi apapun. Demkian pula dengan harga yang harus dibayarkan untuk sebuah keajaiban alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

morzing.com dunia humor dan amazing!