Sering terbersit dalam benak saya mengenai apa yang orang-orang lakukan  ketika kertas yang mereka gunakan sehari-hari tidak lagi putih, tidak  lagi bersih, tidak lagi bisa mereka tulisi lagi, tidak bisa mereka  gambari lagi, Mungkin karena bunyinya yang gemerisik berisik ketika  bergesekan dengan satu sama lain sehingga menjadi kesenangan tersendiri  bagi kebanyakan orang untuk meremasnya dan meng-klaimnya sebagai sampah  yang hanya layak untuk dibuang. Bagi kebanyakan orang lainnya mungkin  segera membeli tumpukan baru kertas-kertas siap pakai tak terkecuali  mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan besar pencetak kertas  bercap "pulping the world". Memang, tidak hanya dibutuhkan suatu  kesadaran yang melibatkan hati nurani saja tetapi juga kreatifitas dari  mereka yang pernah menghirup kehidupan untuk dapat memberikan kesempatan  kedua bagi kertas-kertas buangan tersebut sebagai tanda syukur manusia  dan pertanggung-jawaban mereka terhadap alam. Dan hanya segelintir orang  saja yang melihat hal tersebut sebagai peluang untuk kehidupan yang  lebih baik. 
Dengan maraknya issue go green, Oki Sato,  desainer muda Jepang, berhasil mengubah sampah menjadi gaya hidup.  Berawal dari keprihatian Issey Miyake, seorang desainer fashion di  Tokyo, dirinya menceritakan bahwa banyaknya kertas yang digunakan  sebagai pelapis dalam proses pelipitan kain yang jumlahnya dua kali  lebih banyak daripada kain yang dilapisinya dan kertas-kertas itu  dibuang setelah selesai digunakan untuk melapisi kain. Berbekal latar  belakang permasalahan tersebut, dia menginspirasi Oki Sato untuk  mendesain suatu kursi berkonsep ramah lingkungan dari kertas-kertas  limbah proses pelipitan kain yang dikemukakan oleh Issey Miyake. Dengan  penambahan resin, kertas-kertas tersebut dikuatkan sehingga mampu untuk  kembali pada bentuk awalnya. Pola lipit pada kertas membuat kursi  menjadi elastis dan membal ketika diduduki sehingga memberikan  pengalaman baru menikmati kenyamanan saat duduk di sebuah kursi.  Kertas-kertas tersebut kemudian digulung, diberdirikan secara vertikal,  kemudian dikupas satu demi satu lapisan kertasnya sehingga terbentuklah  sebuah kursi unik yang dinamakan Cabbage Chair. 
Karena  penggunaan material yang tidak lazim, yang tidak seorang pun akan  menyangka bahwa dari tumpukan kertas buangan yang tidak diinginkan  pabrik dapat diolah sedemikan solidnya hingga bisa menjadi sebuah kursi  yang layak untuk diduduki bahkan dijadikan sebagai gaya hidup yang ramah  lingkungan, Cabbage Chair menyabet penghargaan sebagai finalis dalam  kompetisi desain produk bergengsi kaliber internasional yang digelar  oleh INDEX Award di tahun 2009.
Semoga pencapaian yang dilakukan  oleh Oki Sato ini dapat menginspirasai masyarakat Indonesia untuk sadar  lingkungan, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang notabene menjadi  besar karena produksi kertasnya mendunia atas nama pemenuhan kebutuhan  pasar ekspor. Tak ada salahnya melabeli produk daur ulang mereka dengan  membuka divisi baru "segitiga hijau" sebagai tindakan nyata yang  menunjukan kepada publik bahwa mereka juga peduli. 


Tidak ada komentar:
Posting Komentar