Diriwayatkan, pada suatu peperangan, Ali bin Abi Thalib berhasil menangkap seorang tentara musuh. Ketika pisau belatinya telah di letakkan di leher musuhnya, tiba - tiba orang kafir itu meludahi wajah beliau. seketika itu juga ia berdiri, menarik belatinya, dan berkata kepada orang kafir tersebut,
" Membunuhmu adalah kurang bijaksana bagiku. Pergilah,aku tidak mau membunuhmu!"
Orang kafir yang telah menyelamatkan nyawanya sendiri dengan meludahi wajah singa Allah SWT yang mulia itu, merasa terkejut dan kagum kepada Ali Bin Abi Thalib, dan berkata, "Wahai Ali, aku sudah tidak berdaya dan engkau hampir saja membunuhku. Aku pun telah menghinamu dengan meludahimu dan sekarang engkau membebaskankua. Mengapa?"
Menderngar pertanyaan itu, Ali bin Abi Thalib menjawab, "Ketika engkau meludahi wajahku, aku sangat marah sekali. Jika aku membunuhmu berarti aku tidak melakukan nya karena Allah tetapi hanya karena aku marah padamu. .Dengan demikian aku menjadi seorang pembunuh. Sekarang kamu bebas untuk pergi."
Mendengar perkataan Ali seperti itu, tentara musuh tadi tergerak hatinya untuk masuk Islam pada saat itu juga. Dia tertarik dengan ketulusan hati yang di tunjukan oleh Ali bin Abi Thalib. Seorang kstaria sejati yang berperang bukan karena perasaan marah dan benci, tetapi karena membela dan mempertahankan agamanya yang mulia.
itulah kisah dari keteladanan dan ketulusan Ali bin Abi Thalib, seorang panglima besar tidak mudah marah hanya karena ke egoisan nya sendiri dan tetap berpendirian kepada Allah SWT.
Tampilkan postingan dengan label Tauladan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tauladan. Tampilkan semua postingan
Jumat, 15 April 2011
Rabu, 09 Februari 2011
Pesan Rosul Kepada Orang Yang Hampir Dicabut Nyawanya.
Suatu ketika datang kepada rosululloh malaikat pencabut nyawa (izrail) dalam rupa seorang laki-laki. Malaikat itu duduk bersama rosul dan menyampaikan sesuatu. Kemudian datanglah seorang sahabat kepada rosululloh, lantas malaikat itu izin pamit dan meninggalkannya. Bertanya sahabat, Ya rosul siapakah gerangan orang itu?. Rosul menjawab, orang itu ialah malaikat pencabut nyawa (izrail), dia datang kepadaku memberitahukan bahwa engkau sebentar lagi akan mati dan aku akan mensholatkanmu. Lalu sahabat itu bertanya, “Berikanlah kepadaku pesan terakhir yang akan menyempurnakan kehidupanku”. Rosulpun menjawab, “Kalau ada majlis ilmu, maka dengarkanlah”.
Penggalan kisah di atas menggambarkan pentingnya kedudukan mencari ilmu dalam pandangan islam. Pesan terakhir nabi bagi orang yang akan dicabut nyawanya adalah mencari ilmu. Bukan mengerjakan shalat zakat atau amalan ibadah lainnya.
Mencari ilmu wajib hukumnya bagi setiap orang, sama halnya dengan kewajiban menjalankan ibadah sholat, puasa, dan zakat. Nabi dalam hadits lain bersabda, “Tuntutlah ilmu dari semenjak dilahirkan sampai masuk liang lahat”. Dalam al-Quran, Alloh SWT mengajarkan sebuah do’a, “Robbi Jidnii ilmaa”, Ya Robb tambahlah ilmu. Kita jangan pernah merasa sudah banyak ilmu, namun sebaliknya carilah terus ilmu sampai akhir hayat menjemput kita.
Lebih lanjut nabi mengatakan bahwa keutamaan orang yang mencari ilmu, akan dinaungi oleh sayap-sayap malaikat, artinya ia dilindungi dan dirahmati Alloh SWT.
Dalam kenyataaannya, banyak sekali kendala saat kita mencari ilmu. Kendala utama biasanya rasa malas. Kita tidak sabar untuk memperoleh hasil yang instant dari ilmu yang dipelajari. Padahal perlu kita sadari, adakalanya ilmu itu baru memberi manfaat di kemudian hari, mungkin 1 tahun, 2 tahun atau lebih dari itu.Seperti halnya penemuan-penemuan listrik, telepon dan lain-lain bisa dinikmati dari dulu sampai sekarang.
Jika kita menelaah lebih lanjut QS Al-Baqoroh 31, yang berbunyi:
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”
Kita ini memiliki ilmu karena Alloh SWT yang pertama kali mengajarkan kepada adam tentang nama-nama benda. Karena itu kedudukan manusia lebih sempurna dibandingkan malaikat dan makhluk lainnya.
Dalam ayat lain Alloh menyatakan, bahwa Alloh-lah yang mengeluarkan manusia dari perut ibunya, dan manusia tidak mengetahui apa-apa saat dilahirkan. Lalu Alloh SWT memberikan pendengaran dan penglihatan agar manusia berpikir & bersyukur.
Semakin banyak kita mendengar, melihat, dan berfikir dengan menggunakan panca indera, maka semakin banyak ilmu yang akan kita peroleh. Untuk itu, mari kita mencintai ilmu, karena pesan rosul kepada yang mau meninggal saja, mencari ilmu.
Orang yang memiliki ilmu dan diamalkan, selain akan manfaat bagi sendiri juga bagi orang disekitar. Dalam hadist lain nabi bersabda, tiga amalan yang tidak putus walau seorang anak adam meninggal dunia yaitu, Shodaqoh zariah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya.
Penggalan kisah di atas menggambarkan pentingnya kedudukan mencari ilmu dalam pandangan islam. Pesan terakhir nabi bagi orang yang akan dicabut nyawanya adalah mencari ilmu. Bukan mengerjakan shalat zakat atau amalan ibadah lainnya.
Mencari ilmu wajib hukumnya bagi setiap orang, sama halnya dengan kewajiban menjalankan ibadah sholat, puasa, dan zakat. Nabi dalam hadits lain bersabda, “Tuntutlah ilmu dari semenjak dilahirkan sampai masuk liang lahat”. Dalam al-Quran, Alloh SWT mengajarkan sebuah do’a, “Robbi Jidnii ilmaa”, Ya Robb tambahlah ilmu. Kita jangan pernah merasa sudah banyak ilmu, namun sebaliknya carilah terus ilmu sampai akhir hayat menjemput kita.
Lebih lanjut nabi mengatakan bahwa keutamaan orang yang mencari ilmu, akan dinaungi oleh sayap-sayap malaikat, artinya ia dilindungi dan dirahmati Alloh SWT.
Dalam kenyataaannya, banyak sekali kendala saat kita mencari ilmu. Kendala utama biasanya rasa malas. Kita tidak sabar untuk memperoleh hasil yang instant dari ilmu yang dipelajari. Padahal perlu kita sadari, adakalanya ilmu itu baru memberi manfaat di kemudian hari, mungkin 1 tahun, 2 tahun atau lebih dari itu.Seperti halnya penemuan-penemuan listrik, telepon dan lain-lain bisa dinikmati dari dulu sampai sekarang.
Jika kita menelaah lebih lanjut QS Al-Baqoroh 31, yang berbunyi:
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”
Kita ini memiliki ilmu karena Alloh SWT yang pertama kali mengajarkan kepada adam tentang nama-nama benda. Karena itu kedudukan manusia lebih sempurna dibandingkan malaikat dan makhluk lainnya.
Dalam ayat lain Alloh menyatakan, bahwa Alloh-lah yang mengeluarkan manusia dari perut ibunya, dan manusia tidak mengetahui apa-apa saat dilahirkan. Lalu Alloh SWT memberikan pendengaran dan penglihatan agar manusia berpikir & bersyukur.
Semakin banyak kita mendengar, melihat, dan berfikir dengan menggunakan panca indera, maka semakin banyak ilmu yang akan kita peroleh. Untuk itu, mari kita mencintai ilmu, karena pesan rosul kepada yang mau meninggal saja, mencari ilmu.
Orang yang memiliki ilmu dan diamalkan, selain akan manfaat bagi sendiri juga bagi orang disekitar. Dalam hadist lain nabi bersabda, tiga amalan yang tidak putus walau seorang anak adam meninggal dunia yaitu, Shodaqoh zariah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya.
Senin, 07 Februari 2011
Mencintai Binatang Melebihi Anak Kandung
Jika hal ini terjadi, dimana kebanyakan orang tua telah melupakan pengajaran akhlaq dan aqidah terhadap anaknya, maka secara perlahan akan menimbukan krisis generasi. Jangan disalahkan jika hubungan anak dan orang tua tidak lagi harmonis, anak tidak menghormati orang tua, dan orang tua merasa anaknya tidak berbakti. Akibat lebih lanjut, hubungan bebas antara laki-laki dan perempuan semakin merajalela, sehingga melahirkan anak yang tidak sah. Tidak sedikit pula anak menjadi kecanduan narkoba, tidak malu merampok, tidak malu menjual diri, membohongi orang tua , bahkan ‘naudzubilah’ berani membunuh orang tuanya sendiri.
Orang tua bisa saja rajin melakukan sholat, namun anaknya lebih senang berjudi dan mabuk-mabukan. Maka, hancur leburlah moral gerenasi mendatang yang pada akhirnya membawa malapetaka bagi seluruh umat manusia.
Dalam ajaran islam, orang tua hendaknya melaksanakan kewajiban terhadap anaknya. Dimulai memberi nama yang baik, mendidik sopan santun, mengajari olahraga, tidak memberi makanan kecuali yang halal, serta menikahkan saat anak mencapai dewasa.
Anak adalah aset dunia dan akhirat. Di saat tua renta, orang tua akan menyesal jika ia mendidik anaknya dengan harta semata. Tidak sedikit saat orang tua meninggal, si anak tidak bisa mensholatkan bapak atau ibunya, karena ia tidak mengerti syariat agama. Di akhirat kelak, anak yang sholeh akan menjadi investasi orang tuanya. Setiap kebaikan dari anggota badan anak, akan menjadi jariah yang terus mengalir bagi orang tua yang telah meninggal.
Kenyataannya, memang tidak mudah mendidik anak yang soleh. Tidaklah semudah membalikkan kedua belah tangan. Diperlukan perjuangan yang konsiten dan kesabaran. Anak haruslah dido’ain, diberi kasih sayang, diajarin aqidah dan akhlaq dan jangan menjadikan dirinya lemah.
Islam mengajarkan janganlah orang tua wafat meninggalkan keturunan yang lemah. Lemah disini mencakup tiga dimensi, yakni lemah tauhid, lemah pendidikan, dan lemah ekonomi. Ajarilah anak sejak dini mengenal Alloh, tata cara berwudlu, sholat dan ibadah lainnya sesuai dengan perkembangannya. Jangan biarkan anak lemah dalam pendidikan. Silahkan membeli kebutuhan hidup lain, namun jangan melupakan investasi pendidikan anak. Jangan pula membiarkan anak lemah dalam urusan ekonomi. Islam sangat melarang jika orang tua me-waqafkan seluruh harta bendanya, sementara anak yang ditinggal terlantar.
Semoga kita diberi kekuatan untuk mendidik anak yang sholeh, agar ia menjadi investasi diri di dunia dan akhirat…amien.
Kiat Memenangi Pertarungan Melawan Syetan
Sungguh, kehidupan tidak lepas dari pertarungan melawan syetan. Pertarungan yang tiada henti sampai azal menjemput. Pertarungan yang berlaku bagi seluruh manusia tanpa pandang bulu. Hasilnya, manusia bisa menang atau kalah. Syetan pada dasarnya lemah, namun mereka memiliki peluang mengalahkan manusia, andai manusia lebih lemah daripada syetan. Sebaliknya, manusia bisa menang, manakala ia memiliki senjata yang sangat ampuh, yakni senjata IMAN.
Sangatlah berbahaya jika manusia tidak berbekal senjata IMAN. Karena kenyataannya, perang melawan syetan tidaklah berimbang. Syetan dari golongan jin bisa melihat manusia dan mereka saling bekerja sama (bergerombol) satu sama lain. Lalu, adakah kiat agar mampu memenangi pertarungan itu?. Kiatnya adalah sebagiai berikut:
#1. Selalu Memperbaharui Iman kapan dan dimana saja berada.
Sungguh syetan bersemayam dalam hati manusia. Saat manusia berdzikir kepada Alloh, syetan akan berlari. Namun, saat manusia lupa berdzikir, syetan datang kembali membisiki ke jalan kejahatan. Nabi memerintahkan untuk senantiasa memperbaharui iman. Sahabat bertanya bagaimana caranya? Nabi menjawab, perbanyaklah membaca, memahami dan mengamalkan laa ilaha illalloh.
Rosul dan sahabat saja, yang paling benar imannya, selalu memperbaharui iman mereka dengan berbagai cara. Misalnya berzikir, pengajian, sholat jamaah, jihad, dan lain sebagainya. Tidak ada waktu yang tersisa, untuk memberikan kesempatan syetan menjegal kehidupan kita. Hadirkanlah selalu iman kapan dan dimana kita berada. Iman tidak hanya hadir di mesjid, namun ia hadir dimana-mana dalam aspek kehidupan.
Kita patut belajar dari kisah dialog antara pengembala kambing dengan Umar bin Khatab. Seorang pengembala sapi yang notabene memiliki tingkat intelektual yang relatif rendah, namun memiliki nuansa keimanan yang sangat tinggi. Saat pengembala dites keimananannya oleh sahabat Umar bin Khatam untuk dibeli kambingnya. Umar berkata, “Bilang saja kepada majikanmu, kambing dimakan serigala”. Pengembala pun berkata, “Dimana Alloh?”. Mendengar jawaban ini, Umar pun menangis.
2.Mentadabburi al-Quran
Kiat kedua untuk memenangi pertarungan dengan syetan adalah mentadabrui al-Quran. Dalam berbagai ayat al-Quran, dikatakan bahwa merenungi dan menghayati al-Quran akan berkorelasi dengan penambahan iman dan otomatis syetan akan menjauh. Ketika berinteraksi dengan al-Quran, maka iman akan bertambah. Dan inilah yang membedakan antara orang beriman dengan munafiq. Orang iman akan bertambah imannya, sementara orang munafik bertambah penyakit nifaqnya, sampai mati dalam keadaan kafir.
Attaubah 124.
“Dan apabila diturunkan suatu surah, maka di antara mereka (orang-orang munafiq) ada yang berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surah ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira”.
Jadi, merenungi al-Quran merupakan kebutuhan yang lebih besar dibandingkan makan dan minum. Saat tidak makan, bahaya ektrimnya adalah sakit. Sementara, kalau tidak tadabur al-Quran, konsekwensinya bukan hanya mati secara fisik namun juga hati nurani. Hati akan terkunci untuk menerima nasehat dan akhirnya mati dalam keadaan kafir. Qs Muhammad 24, “Maka tidaklah mereka menghayati al-Quran, ataukah hati mereka sudah terkunci?”
Dalam kondisi hidup yang penuh dengan fitnah, diharuskan kita selalu mentadaburi al-Quran. Karena inilah sumber energi yang akan hadir untuk mengalahkan syetan. Imam Ahmad bin Hambal, seorang sholeh, saat diminta bantuan merukyah seseorang yang kesurupan jin. Sang Imam tidak bersedia datang. Ia cukup mengirimkan sandalnya. Dan syetan pun langsung lari.
3. Komitmen untuk Selalu Berjamaah dengan Orang-orang yang Benar dan Jujur
Kiat ketiga adalah berkomitem untuk selalu berjamaah dengan orang benar dan jujur dalam aqidah, ibadah dan akhlaq. Sebagaimana tercantum dalam QS at-taubah 119. “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar”
Orang yang sendirian akan relatif mudah terperangkap tipu daya syetan dan tenggelam dalam perbuatan haram. Awalnya coba-coba namun akhirnya menjadi kebiasaan. Saat syetan menggoda manusia, sebagian mereka saling mendukung kelompok lainnya, sehingga kalau manusia sendirian, maka syetan akan mudah menjadi pemenang.
Dalam islam, apa saja yang berjamaah, memiliki pahala yang besar, misalnya sholat berjamaah, makan berjamaah, bepergian berjamaah, dan lain-lain. Berjamaah akan memberikan kekuatan dan sinergi satu sama lain. Seorang mukmin akan kuat karena disebabkan saudaranya. Jangan bingung memilih ‘label’ jamaah. Karena dasar pemilihan jamaah berdasar tuntutan al-Quran dan Hadits bukan atas dasar label, namun berdasarkan kriteria yakni mereka yang benar dan jujur.
#4. Memahami Islam secara Mendalam
Kita keempat adalah memahami islam dengan mendalam. Tidak mungkin orang bodoh akan memiliki iman kuat sehingga memenangi pertempuran dengan syetan. Dalam sebuah hadits, “Barangsiapa dikehendaki Alloh baik, maka ia diberi pemahaman islam baik”. Syetan akan menyerah saat berhadapan orang yang berilmu (paham), karena seorang faqih akan mengetahui tipu daya syetan.
Ayat pertama al-quran yang turun menyeru tentang pemahaman (ilmu) bukan solan jihad, sholat, dan ibadah lainnya. Karena semua ibadah tidak akan diterima Alloh SWT kalau tidak didasari ilmu yang dimiliki. Jadi jangan mengikuti sesuatu yang kita tidak mengetahuinya.
Jangan pernah bosan memahami islam, sebagai modal melawan syetan yang tidak pernah berhenti menggoda manusia sampai qiamat. Perbanyak kajian yang didasari kesadaran diri bahwa pertarungan dengan syetan tidak akan pernah berhenti. Dan semoga kita dimudahkan mencintai ilmu al-Quran, Sunah dan bersama orang-orang yang sholeh.
Sangatlah berbahaya jika manusia tidak berbekal senjata IMAN. Karena kenyataannya, perang melawan syetan tidaklah berimbang. Syetan dari golongan jin bisa melihat manusia dan mereka saling bekerja sama (bergerombol) satu sama lain. Lalu, adakah kiat agar mampu memenangi pertarungan itu?. Kiatnya adalah sebagiai berikut:
#1. Selalu Memperbaharui Iman kapan dan dimana saja berada.
Sungguh syetan bersemayam dalam hati manusia. Saat manusia berdzikir kepada Alloh, syetan akan berlari. Namun, saat manusia lupa berdzikir, syetan datang kembali membisiki ke jalan kejahatan. Nabi memerintahkan untuk senantiasa memperbaharui iman. Sahabat bertanya bagaimana caranya? Nabi menjawab, perbanyaklah membaca, memahami dan mengamalkan laa ilaha illalloh.
Rosul dan sahabat saja, yang paling benar imannya, selalu memperbaharui iman mereka dengan berbagai cara. Misalnya berzikir, pengajian, sholat jamaah, jihad, dan lain sebagainya. Tidak ada waktu yang tersisa, untuk memberikan kesempatan syetan menjegal kehidupan kita. Hadirkanlah selalu iman kapan dan dimana kita berada. Iman tidak hanya hadir di mesjid, namun ia hadir dimana-mana dalam aspek kehidupan.
Kita patut belajar dari kisah dialog antara pengembala kambing dengan Umar bin Khatab. Seorang pengembala sapi yang notabene memiliki tingkat intelektual yang relatif rendah, namun memiliki nuansa keimanan yang sangat tinggi. Saat pengembala dites keimananannya oleh sahabat Umar bin Khatam untuk dibeli kambingnya. Umar berkata, “Bilang saja kepada majikanmu, kambing dimakan serigala”. Pengembala pun berkata, “Dimana Alloh?”. Mendengar jawaban ini, Umar pun menangis.
2.Mentadabburi al-Quran
Kiat kedua untuk memenangi pertarungan dengan syetan adalah mentadabrui al-Quran. Dalam berbagai ayat al-Quran, dikatakan bahwa merenungi dan menghayati al-Quran akan berkorelasi dengan penambahan iman dan otomatis syetan akan menjauh. Ketika berinteraksi dengan al-Quran, maka iman akan bertambah. Dan inilah yang membedakan antara orang beriman dengan munafiq. Orang iman akan bertambah imannya, sementara orang munafik bertambah penyakit nifaqnya, sampai mati dalam keadaan kafir.
Attaubah 124.
“Dan apabila diturunkan suatu surah, maka di antara mereka (orang-orang munafiq) ada yang berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surah ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira”.
Jadi, merenungi al-Quran merupakan kebutuhan yang lebih besar dibandingkan makan dan minum. Saat tidak makan, bahaya ektrimnya adalah sakit. Sementara, kalau tidak tadabur al-Quran, konsekwensinya bukan hanya mati secara fisik namun juga hati nurani. Hati akan terkunci untuk menerima nasehat dan akhirnya mati dalam keadaan kafir. Qs Muhammad 24, “Maka tidaklah mereka menghayati al-Quran, ataukah hati mereka sudah terkunci?”
Dalam kondisi hidup yang penuh dengan fitnah, diharuskan kita selalu mentadaburi al-Quran. Karena inilah sumber energi yang akan hadir untuk mengalahkan syetan. Imam Ahmad bin Hambal, seorang sholeh, saat diminta bantuan merukyah seseorang yang kesurupan jin. Sang Imam tidak bersedia datang. Ia cukup mengirimkan sandalnya. Dan syetan pun langsung lari.
3. Komitmen untuk Selalu Berjamaah dengan Orang-orang yang Benar dan Jujur
Kiat ketiga adalah berkomitem untuk selalu berjamaah dengan orang benar dan jujur dalam aqidah, ibadah dan akhlaq. Sebagaimana tercantum dalam QS at-taubah 119. “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar”
Orang yang sendirian akan relatif mudah terperangkap tipu daya syetan dan tenggelam dalam perbuatan haram. Awalnya coba-coba namun akhirnya menjadi kebiasaan. Saat syetan menggoda manusia, sebagian mereka saling mendukung kelompok lainnya, sehingga kalau manusia sendirian, maka syetan akan mudah menjadi pemenang.
Dalam islam, apa saja yang berjamaah, memiliki pahala yang besar, misalnya sholat berjamaah, makan berjamaah, bepergian berjamaah, dan lain-lain. Berjamaah akan memberikan kekuatan dan sinergi satu sama lain. Seorang mukmin akan kuat karena disebabkan saudaranya. Jangan bingung memilih ‘label’ jamaah. Karena dasar pemilihan jamaah berdasar tuntutan al-Quran dan Hadits bukan atas dasar label, namun berdasarkan kriteria yakni mereka yang benar dan jujur.
#4. Memahami Islam secara Mendalam
Kita keempat adalah memahami islam dengan mendalam. Tidak mungkin orang bodoh akan memiliki iman kuat sehingga memenangi pertempuran dengan syetan. Dalam sebuah hadits, “Barangsiapa dikehendaki Alloh baik, maka ia diberi pemahaman islam baik”. Syetan akan menyerah saat berhadapan orang yang berilmu (paham), karena seorang faqih akan mengetahui tipu daya syetan.
Ayat pertama al-quran yang turun menyeru tentang pemahaman (ilmu) bukan solan jihad, sholat, dan ibadah lainnya. Karena semua ibadah tidak akan diterima Alloh SWT kalau tidak didasari ilmu yang dimiliki. Jadi jangan mengikuti sesuatu yang kita tidak mengetahuinya.
Jangan pernah bosan memahami islam, sebagai modal melawan syetan yang tidak pernah berhenti menggoda manusia sampai qiamat. Perbanyak kajian yang didasari kesadaran diri bahwa pertarungan dengan syetan tidak akan pernah berhenti. Dan semoga kita dimudahkan mencintai ilmu al-Quran, Sunah dan bersama orang-orang yang sholeh.
Minggu, 06 Februari 2011
Sikap Saat Kematian Menimpa Saudara Kita
Kamatian hakikatnya adalah hiburan bagi orang-orang yang beriman, karena ia akan pindah dari dunia yang fana kepada alam yang kekal. Jika ada salah satu dari saudara / keluarga kita meninggal, kita diperbolehkan bersedih sesuai dengan sifat kemanusiaan, namun tidak boleh lebih dari 3 hari 3 malam. Selanjutnya diperintahkan pula untuk bersabar dan ridho terhadap ketetapan Alloh SWT serta sikap mengembalikan sesuatu kepada Alloh SWT.
Yang harus kita lakukan adalah berdoa kepada jenazah, sebagaimana Alloh berfirman dalam QS Al-Baqoroh 155 – 157:
” Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang sabar”.
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ”Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun”
“Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”
Perlu menjadi perhatian bagi kita tentang pentingnya berdoa kepada jenazah, karena sesungguhnya orang yang mati tidak membutuhkan materi dari orang yang hidup, tetapi ia membutuhkan do’a. Oleh karena itu, berikanlah do’a yang baik-baik, karena akan ada malaikat yang mencatatnya.
Langkah berikutnya adalah segera menyegerakan pengurusan jenazah yaitu memandikan, mensholatkan, menguburkan, serta melunasi hutang dan melaksanakan wasiat dan nazar. Hal ini penting dilakukan oleh ahli keluarganya karena jenazah akan terombang ambing nasibnya sebelum utangnya dibayar.
Terkait pentingnya melunasi hutang dan melaksanakan wasiat dan nazar, dapat merujuk pada QS Annisa 12 tentang aturan warisan, “…..Sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris)….”
Hal lainnya yang tidak boleh dilakukan oleh kita yaitu meratapi yang menunjukkan ketidak ridhoan terhadap ketentuan Alloh SWT dengan cara menangis menjerit-jerit, menyabik rambut, serta menyobek-nyobek pakaian.
Demikianlah rujukan yang harus kita dilakukan, disaat ada salah satu keluarga atau saudara yang meninggal dunia.
Yang harus kita lakukan adalah berdoa kepada jenazah, sebagaimana Alloh berfirman dalam QS Al-Baqoroh 155 – 157:
” Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang sabar”.
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ”Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun”
“Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”
Perlu menjadi perhatian bagi kita tentang pentingnya berdoa kepada jenazah, karena sesungguhnya orang yang mati tidak membutuhkan materi dari orang yang hidup, tetapi ia membutuhkan do’a. Oleh karena itu, berikanlah do’a yang baik-baik, karena akan ada malaikat yang mencatatnya.
Langkah berikutnya adalah segera menyegerakan pengurusan jenazah yaitu memandikan, mensholatkan, menguburkan, serta melunasi hutang dan melaksanakan wasiat dan nazar. Hal ini penting dilakukan oleh ahli keluarganya karena jenazah akan terombang ambing nasibnya sebelum utangnya dibayar.
Terkait pentingnya melunasi hutang dan melaksanakan wasiat dan nazar, dapat merujuk pada QS Annisa 12 tentang aturan warisan, “…..Sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris)….”
Hal lainnya yang tidak boleh dilakukan oleh kita yaitu meratapi yang menunjukkan ketidak ridhoan terhadap ketentuan Alloh SWT dengan cara menangis menjerit-jerit, menyabik rambut, serta menyobek-nyobek pakaian.
Demikianlah rujukan yang harus kita dilakukan, disaat ada salah satu keluarga atau saudara yang meninggal dunia.
Jangan Takut Hadapi Mati
Saat bicara kematian, biasanya, merupakan topik yang kurang disenangi dan diminati bagi sebagian orang. Kenapa? Karena, pada dasarnya, naluri manusia menginginkan hidup lama, bahkan kalau bisa hidup seribu tahun lamanya. Alloh SWT menyatakan dalam QS Al-Baqoroh 96, bahwasanya ada segolongan manusia yang ingin hidup seribu tahun lamanya.
“…masing-masing mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Alloh maha melihat apa yang mereka kerjakan”
Naluri ingin hidup lama, tidak hanya ada pada kita sekarang, namun sejak nabi Adam sekalipun. Ia ingin menetap di surga selama-lamanya. Sehingga dengannya, nabi Adam berhasil digoda tipu daya syetan. Melalui pintu ingin hidup panjang, syetan membisikan nabi Adam, agar melanggar larangan Alloh memakan buah khuldi. Sebagaimana tercantum dalam QS Thoha 120.
“Kemudian syetan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya dengan berkata,”wahai adam! Maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa?”
Banyak faktor yang menyebabkan orang takut atau cemas saat bicara kematian, merujuk pendapat DR. Quraisy Syihab, faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1) Tidak mengetahui apa yang akan dihadapi setelah kematian 2) Menduga bahwa apa yang dimiliki sekarang jauh lebih baik dengan apa yang dimiliki nanti 3) Membayangkan betapa sulitnya pengalaman mati 4) Khawatir memikirkan terhadap keluarga yang ditinggalkan, dan 5) Tidak mengetahui makna kehidupan dan kematian.
Jika manusia cemas menghadapi kematian karena membayangkan sulitnya pengalaman mati, sebenarnya tidak pada tempatnya. Memang dalam al-Quran dan Hadits disebutkan bahwa ada kematian yang sangat menyakitkan, namun perlu diingat juga, ada kematian yang sangat indah dan menyenangkan. Dalam QS Annazi’at 1-2, Alloh SWT berfirman,
Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras.
Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut.
Dalam kedua ayat ini, Alloh menggambarkan dua karakteristik manusia saat dicabut nyawanya, yakni dicabut dengan keras dan dicabut dengan lemah lembut. Dicabut nyawa dengan keras merupakan pengalaman kematian yang menyakitkan. Untuk kondisi ini, rosul mengumpamakan seperti duri yang ada dikapas, lalu duri tersebut ditarik dengan cepat sehingga kapas-kapas terbawa karena kerasnya tarikan. Ini, menjelaskan nyawa dicabut dari badan dengan cepat, keras, paksa dan menyakitkan.
Sementara itu, kondisi dicabut nyawa dengan lemah lembut, adalah proses kematian secara perlahan-lahan. Untuk kasus ini, diibaratkan seseorang yang ngantuk, lalu rebahan, lalu hilang kesadaran sampai ia tertidur lelap dan indah.
Faktor utama yang menentukan apakah manusia mengalami kondisi pertama atau kedua, tidak lain adalah keimanan dan amal sholeh. Saat manusia berlaku jahat, dosa dan maksiat bisa jadi ia akan merasakan kematian yang sakit, dipaksa dan cepat. Sementara bagi orang yang beriman dan beramal sholeh, kematian sebagai hal yang lezat dan indah
Dalam haditnya nabi bersabda, seorang beriman, saat menjelang kematian akan didatangi malaikat yang menyampaikan berita atau visualisasi tempat tinggal dan fasilitas apa yang akan dihadapi nanti. Bisa jadi istana atau bidadari. Maka tidak ada yang paling disenanginya, kecuali segera bertemu dan dicabut nyawanya.Sementara orang kafir, saat mati menjelang ia akan meraskana ketakutan untuk bertemu dengan tuhannya.
Jadi, bagi kita orang yang beriman, janganlah terlalu cemas mengadapi kematian. Yang paling utama adalah melakukan usaha terbaik mengumpulkan bekal menghadapi kematian. Kita siap kapan dan mana pun kematian menjemput. Jadikan kematian sebagai media untuk menumbuhkan semangat pengabdian kepada Alloh, dengannya kita tidak santai-santai untuk beribadah kepada Alloh.
Jadikan dunia sebagai sarana menuju kehidupam akhirat yang sempurna. Sebagaimana Alloh SWT berfirman dalam Attaubah 38.
“…Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.”
Dan terakhir jadikanlah kematian sebagai proses kelahiran kedua. Kematian merupakan proses evolusi menuju kesempurnaan hidup yang hikiki. Perpindahan dari satu negeri ke negeri lain sampai kita menetap di sana selama-lamanya.
“…masing-masing mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Alloh maha melihat apa yang mereka kerjakan”
Naluri ingin hidup lama, tidak hanya ada pada kita sekarang, namun sejak nabi Adam sekalipun. Ia ingin menetap di surga selama-lamanya. Sehingga dengannya, nabi Adam berhasil digoda tipu daya syetan. Melalui pintu ingin hidup panjang, syetan membisikan nabi Adam, agar melanggar larangan Alloh memakan buah khuldi. Sebagaimana tercantum dalam QS Thoha 120.
“Kemudian syetan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya dengan berkata,”wahai adam! Maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa?”
Banyak faktor yang menyebabkan orang takut atau cemas saat bicara kematian, merujuk pendapat DR. Quraisy Syihab, faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1) Tidak mengetahui apa yang akan dihadapi setelah kematian 2) Menduga bahwa apa yang dimiliki sekarang jauh lebih baik dengan apa yang dimiliki nanti 3) Membayangkan betapa sulitnya pengalaman mati 4) Khawatir memikirkan terhadap keluarga yang ditinggalkan, dan 5) Tidak mengetahui makna kehidupan dan kematian.
Jika manusia cemas menghadapi kematian karena membayangkan sulitnya pengalaman mati, sebenarnya tidak pada tempatnya. Memang dalam al-Quran dan Hadits disebutkan bahwa ada kematian yang sangat menyakitkan, namun perlu diingat juga, ada kematian yang sangat indah dan menyenangkan. Dalam QS Annazi’at 1-2, Alloh SWT berfirman,
Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras.
Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut.
Dalam kedua ayat ini, Alloh menggambarkan dua karakteristik manusia saat dicabut nyawanya, yakni dicabut dengan keras dan dicabut dengan lemah lembut. Dicabut nyawa dengan keras merupakan pengalaman kematian yang menyakitkan. Untuk kondisi ini, rosul mengumpamakan seperti duri yang ada dikapas, lalu duri tersebut ditarik dengan cepat sehingga kapas-kapas terbawa karena kerasnya tarikan. Ini, menjelaskan nyawa dicabut dari badan dengan cepat, keras, paksa dan menyakitkan.
Sementara itu, kondisi dicabut nyawa dengan lemah lembut, adalah proses kematian secara perlahan-lahan. Untuk kasus ini, diibaratkan seseorang yang ngantuk, lalu rebahan, lalu hilang kesadaran sampai ia tertidur lelap dan indah.
Faktor utama yang menentukan apakah manusia mengalami kondisi pertama atau kedua, tidak lain adalah keimanan dan amal sholeh. Saat manusia berlaku jahat, dosa dan maksiat bisa jadi ia akan merasakan kematian yang sakit, dipaksa dan cepat. Sementara bagi orang yang beriman dan beramal sholeh, kematian sebagai hal yang lezat dan indah
Dalam haditnya nabi bersabda, seorang beriman, saat menjelang kematian akan didatangi malaikat yang menyampaikan berita atau visualisasi tempat tinggal dan fasilitas apa yang akan dihadapi nanti. Bisa jadi istana atau bidadari. Maka tidak ada yang paling disenanginya, kecuali segera bertemu dan dicabut nyawanya.Sementara orang kafir, saat mati menjelang ia akan meraskana ketakutan untuk bertemu dengan tuhannya.
Jadi, bagi kita orang yang beriman, janganlah terlalu cemas mengadapi kematian. Yang paling utama adalah melakukan usaha terbaik mengumpulkan bekal menghadapi kematian. Kita siap kapan dan mana pun kematian menjemput. Jadikan kematian sebagai media untuk menumbuhkan semangat pengabdian kepada Alloh, dengannya kita tidak santai-santai untuk beribadah kepada Alloh.
Jadikan dunia sebagai sarana menuju kehidupam akhirat yang sempurna. Sebagaimana Alloh SWT berfirman dalam Attaubah 38.
“…Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.”
Dan terakhir jadikanlah kematian sebagai proses kelahiran kedua. Kematian merupakan proses evolusi menuju kesempurnaan hidup yang hikiki. Perpindahan dari satu negeri ke negeri lain sampai kita menetap di sana selama-lamanya.
Sabtu, 05 Februari 2011
Jagalah Hati…
Diantara ciptaan Alloh SWT yang ada dalam tubuh kita, ada yang namanya qolbu (hati). Dinamai qolbu karena secara bahasa ia bermakna bolak-balik. Dalam keseharian, kita bisa merasakan sendiri keadaan bolak balik ini. Di pagi hari kita merasa bahagia dan semangat beribadah, namun siang menjadi sedih, sore kecewa, dan malam terasa malas. Jadi penamaan kata qolbu (hati) ini bukanlah didasarkan pada bentuk atau wujud lahirnya namun berdasarkan pada esensinya.
Perubahan-perubahan yang cenderung ke hal negatif biasanya karena hati sedang tidak khusyu, mengalami ujian hidup atau lupa tentang tujuan hidup. Sehingga yang paling dominan dalam menjaga atau mengobati hati bukanlah orang lain tetapi diri kita sendiri. Kalau hati diibaratkan sebagai tanaman, maka ia harus sering disiram dan dipupuk. Dan kalau hati diibaratkan sebagai aki, maka ia harus sering di-charge. Nabi saw mewariskan suatu do’a terkait dengan usaha menjaga hati yaitu, “Allohumma inni a’udubika min qolbin la yahsa..” yang artinya, “Ya Tuhanku, aku memohon dipelihara dari hati yang tidak khusyu“.
Gerakan tubuh kita misalnya berbicara, menggerakkan tangan, berjalan, berdikir, dan lain-lain pada dasarnya digerakkan oleh hati. Rosululloh berkata, “Kalau hati beres, maka organ tubuh yang lain akan merefleksikan gerakan yang baik. Namun sebaliknya jika hati tidak beres, maka seluruh tubuh akan tidak baik”.
Maka sering-seringlah kita menjaga hati tetap khusyu, agar output yang dihasilkan oleh tubuh kita pun hasilnya baik. Kita bisa tersenyum dengan tulus dan ikhlas kepada orang lain, bertutur kata santun, tidak menyakitkan serta terhindar dari tindakan negatif misalnya berpikir negatif, iri, menyalahkan orang lain, kebencian, marah, permusuhan, rival, dan lain-lain.
Dalam sebuah hadits, nabi berkata, “Ilmu pertama yang akan diangkat dari bumi adalah ilmu khusyu hati”, Sehingga sering-seringlah berdoa agar kita mendapatkan Qolbun Salim, hati yang yang bersih dengan iman, taqwa, syukur dan sabar sebagaimana tercantum dalam QS Al-Imran 8, “Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan, sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami Rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah maha pemberi”.
Perubahan-perubahan yang cenderung ke hal negatif biasanya karena hati sedang tidak khusyu, mengalami ujian hidup atau lupa tentang tujuan hidup. Sehingga yang paling dominan dalam menjaga atau mengobati hati bukanlah orang lain tetapi diri kita sendiri. Kalau hati diibaratkan sebagai tanaman, maka ia harus sering disiram dan dipupuk. Dan kalau hati diibaratkan sebagai aki, maka ia harus sering di-charge. Nabi saw mewariskan suatu do’a terkait dengan usaha menjaga hati yaitu, “Allohumma inni a’udubika min qolbin la yahsa..” yang artinya, “Ya Tuhanku, aku memohon dipelihara dari hati yang tidak khusyu“.
Gerakan tubuh kita misalnya berbicara, menggerakkan tangan, berjalan, berdikir, dan lain-lain pada dasarnya digerakkan oleh hati. Rosululloh berkata, “Kalau hati beres, maka organ tubuh yang lain akan merefleksikan gerakan yang baik. Namun sebaliknya jika hati tidak beres, maka seluruh tubuh akan tidak baik”.
Maka sering-seringlah kita menjaga hati tetap khusyu, agar output yang dihasilkan oleh tubuh kita pun hasilnya baik. Kita bisa tersenyum dengan tulus dan ikhlas kepada orang lain, bertutur kata santun, tidak menyakitkan serta terhindar dari tindakan negatif misalnya berpikir negatif, iri, menyalahkan orang lain, kebencian, marah, permusuhan, rival, dan lain-lain.
Dalam sebuah hadits, nabi berkata, “Ilmu pertama yang akan diangkat dari bumi adalah ilmu khusyu hati”, Sehingga sering-seringlah berdoa agar kita mendapatkan Qolbun Salim, hati yang yang bersih dengan iman, taqwa, syukur dan sabar sebagaimana tercantum dalam QS Al-Imran 8, “Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan, sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami Rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah maha pemberi”.
Hartamu, Tanggung Jawabmu
Dalam ajaran islam seseorang dengan apa yang dimilikinya akan dipertanyakan Alloh SWT di akhirat kelak. Manusia tidak akan bergeser dari tempatnya di hari qiamat sampai ia ditanya 4 perkara. Salah satu perkara yang ditanyakan itu ialah dari mana harta diperoleh dan ke mana harta itu digunakan.
Kita haruslah waspada terhadap harta yang tidak jelas asal usulnya (haram). Harta yang haram akan menjadi darah dan daging yang tumbuh dalam tubuh kita, dan neraka lebih pantas untuknya. Islam dengan tegas melarang mengambil, merampok dan mencuri harta yang bukan haknya walaupun harta itu kepunyaan orang kafir. Orang lain boleh jadi tidak mengetahui apa yang kita kerjakan dalam memperoleh harta, namun Alloh SWT maha mengetahui. Tidak ada sejengkal tanah atau ruangpun yang ada di langit dan bumi langit tanpa liputan ilmu Alloh SWT.
Saat perang Khaibar, nabi berkeinginan untuk menaklukkan daerah Khaibar dengan ucapan “Aku akan berikan kepemimpian perang kepada orang yang cinta kepada Alloh, dan Alloh cinta kepada orang itu”. Setelah perang usai, ada salah seorang pasukan Islam yang gugur, sebut saja namanya si Fulan. Pasukan yang lain menghadap dan berkata kepada rosul, “Fulan sahid, Fulan sahid…”. Mendengar perkataan sahabat, nabi berkata, “Sesungguhnya si Fulan tidak syahid”. Para sahabat terkejut dengan jawaban nabi tersebut, kenapa nabi mengatakan si fulan tidak sahid, padahal dia benar-benar menyaksikan si Fulan meninggal saat perang Khaibar.
Penasaran dengan jawaban nabi ini, para sahabat mengecek apa yang dilakukan si Fulan itu saat berperang. Usut punya usut, ternyata sahabat menemukan bahwa si Fulan itu telah mengambil sesuatu harta rampasan perang(ghonimah) sebelum secara sah dibagikan. Walaupun sesungguhnya harta rampasan perang itu akan menjadi miliknya setelah proses pembagian dengan sah.
Kisah ini menegasakan bahwa kesyahidan seseorang akan gugur dikarenakan sebagian kecil harta yang bukan haknya, yang diperoleh bukan dengan jalan yang halal. Untuk itu, berhati-hatilah dengan harta yang diperoleh dengan tidak halal.
Saat kita telah berhati-hati mencari harta sehingga seluruh harta dijamin kehalalannya, kehati-hatian kita tidaklah berhenti di sini. Ada satu proses lagi yang perlu menjadi perhatian yakni, dibelanjakan buat apa harta itu. Apakah kita telah menunaikan hak-hak orang miskin yang ada dalam harta kita melalui zakat, infaq dan shodaqoh.
Proses mencari harta dan membelanjakan harta kedua-duanya sama akan diminta pertanggungjawaban oleh Alloh SWT kelak di akhirat. Untuk itu marilah kita berhati-hati dalam hal ini.
Karena hartamu adalah Tanggungjawabmu….
Kita haruslah waspada terhadap harta yang tidak jelas asal usulnya (haram). Harta yang haram akan menjadi darah dan daging yang tumbuh dalam tubuh kita, dan neraka lebih pantas untuknya. Islam dengan tegas melarang mengambil, merampok dan mencuri harta yang bukan haknya walaupun harta itu kepunyaan orang kafir. Orang lain boleh jadi tidak mengetahui apa yang kita kerjakan dalam memperoleh harta, namun Alloh SWT maha mengetahui. Tidak ada sejengkal tanah atau ruangpun yang ada di langit dan bumi langit tanpa liputan ilmu Alloh SWT.
Saat perang Khaibar, nabi berkeinginan untuk menaklukkan daerah Khaibar dengan ucapan “Aku akan berikan kepemimpian perang kepada orang yang cinta kepada Alloh, dan Alloh cinta kepada orang itu”. Setelah perang usai, ada salah seorang pasukan Islam yang gugur, sebut saja namanya si Fulan. Pasukan yang lain menghadap dan berkata kepada rosul, “Fulan sahid, Fulan sahid…”. Mendengar perkataan sahabat, nabi berkata, “Sesungguhnya si Fulan tidak syahid”. Para sahabat terkejut dengan jawaban nabi tersebut, kenapa nabi mengatakan si fulan tidak sahid, padahal dia benar-benar menyaksikan si Fulan meninggal saat perang Khaibar.
Penasaran dengan jawaban nabi ini, para sahabat mengecek apa yang dilakukan si Fulan itu saat berperang. Usut punya usut, ternyata sahabat menemukan bahwa si Fulan itu telah mengambil sesuatu harta rampasan perang(ghonimah) sebelum secara sah dibagikan. Walaupun sesungguhnya harta rampasan perang itu akan menjadi miliknya setelah proses pembagian dengan sah.
Kisah ini menegasakan bahwa kesyahidan seseorang akan gugur dikarenakan sebagian kecil harta yang bukan haknya, yang diperoleh bukan dengan jalan yang halal. Untuk itu, berhati-hatilah dengan harta yang diperoleh dengan tidak halal.
Saat kita telah berhati-hati mencari harta sehingga seluruh harta dijamin kehalalannya, kehati-hatian kita tidaklah berhenti di sini. Ada satu proses lagi yang perlu menjadi perhatian yakni, dibelanjakan buat apa harta itu. Apakah kita telah menunaikan hak-hak orang miskin yang ada dalam harta kita melalui zakat, infaq dan shodaqoh.
Proses mencari harta dan membelanjakan harta kedua-duanya sama akan diminta pertanggungjawaban oleh Alloh SWT kelak di akhirat. Untuk itu marilah kita berhati-hati dalam hal ini.
Karena hartamu adalah Tanggungjawabmu….
Rabu, 02 Februari 2011
Cerita Orang Serakah
Diceritakan dalam suatu riwayat di zaman nabi Isa as, ada tiga orang laki-laki memperoleh peta petunjuk harta karun. Ketiga laki-laki ini sangatlah berambisi untuk mendapatkan harta karun, agar menjadi orang kaya. Lokasi harta karun sangatlah jauh dari tempat tinggal mereka, harus ditempuh melewati lembah, gunung, dan sungai. Dengan niat yang kuat, ketiga orang ini bertekad bahu membahu agar bisa mendapatkan harta karun tersebut. Setelah melakukan persiapan dan mempelajari peta dengan seksama, berangkatlah ketiga orang ini menuju lokasi sesuai petunjuk peta. Mereka saling memberi semangat melewati tantangan demi tantangan. Tatkala salah seorang dari mereka kecapaian, yang lainnya membesarkan hati agar bersabar karena sebentar lagi akan sampai di lokasi harta karun.
Sesampainya di tempat tujuan, mereka bertiga membongkar tanah dan ternyata memang benar harta karun emas yang diidam-idamkan, ada didepan mata. Mereka sangat gembira karena sebentar lagi akan menjadi orang kaya.
Selanjutnya merekapun beristirahat dan menyusun strategi untuk mengambil dan membawa harta karun dengan aman, dan terhindar dari perampok selama perjalanan. Mereka memutuskan untuk berjalan di malam hari tanpa henti sampai desa tempat tinggal. Untuk itu, mereka perlu mempersiapkan bekal makanan yang cukup agar tidak kelaparan selama di perjalanan. Setelah diskusi cukup panjang, mereka saling berbagi tugas, dua orang menjaga lokasi harta karun dan satu orang lagi mencari perbekalan makanan.
Pergilah satu orang yang bertugas mencari makanan ke kampung terdekat. Saat membeli makanan, hatinya berkata, “Sayang sekali kalau harta karun itu dibagi tiga, coba kalau saya saja yang mendapatkannya, pasti saya akan menjadi orang terkaya”. Tanpa berpikir panjang, orang ini mencampurkan racun pada makanan yang akan dikasih ke dua temannya. Harapannya dua temannya akan mati, sehingga otomatis dia sendiri yang mendapatkan harta karun itu.
Sementara itu, dua orang yang menunggu di lokasi harta karun, juga berembug dan tergoda. Mereka bicara “Sayang kalau harta ini kalau dibagi tiga. Seandainya dibagi dua, maka kita berdua akan menjadi terkaya di desa”. Mereka memutuskan untuk membunuh teman yang membawa makanan dengan memukulkan batang pohon.
Kedua orang ini selanjutnya bersembunyi di balik pohon menunggu teman yang membawa makanan tiba. Dan ketika yang ditunggu tiba, langsung saja mereka pukul dengan batang pohon sampai akhirnya mati.
Sungguh bahagia kedua orang ini, karena hanya mereka berdualah yang akan memperolah harta karun itu. Singkat cerita, mereka pun lantas makan makanan yang sudah dibawa temannya. Namun apa dikata, karena makanan itu sudah beracun, kedua orang ini pun akhirnya mati juga…sungguh ironis…
Itulah penggalan cerita yang menggambarkan sifat keserakahan manusia atas harta atau materi. Sifat nafsu dan serakah pada akhirnya membawa kepada sifat permusuhan dan kerugian. Harta karun yang harusnya bisa dibawa dan dibagi sama rata bertiga, akhirnya tidak bisa dinikmati, malah kematian yang didapat.
Sesampainya di tempat tujuan, mereka bertiga membongkar tanah dan ternyata memang benar harta karun emas yang diidam-idamkan, ada didepan mata. Mereka sangat gembira karena sebentar lagi akan menjadi orang kaya.
Selanjutnya merekapun beristirahat dan menyusun strategi untuk mengambil dan membawa harta karun dengan aman, dan terhindar dari perampok selama perjalanan. Mereka memutuskan untuk berjalan di malam hari tanpa henti sampai desa tempat tinggal. Untuk itu, mereka perlu mempersiapkan bekal makanan yang cukup agar tidak kelaparan selama di perjalanan. Setelah diskusi cukup panjang, mereka saling berbagi tugas, dua orang menjaga lokasi harta karun dan satu orang lagi mencari perbekalan makanan.
Pergilah satu orang yang bertugas mencari makanan ke kampung terdekat. Saat membeli makanan, hatinya berkata, “Sayang sekali kalau harta karun itu dibagi tiga, coba kalau saya saja yang mendapatkannya, pasti saya akan menjadi orang terkaya”. Tanpa berpikir panjang, orang ini mencampurkan racun pada makanan yang akan dikasih ke dua temannya. Harapannya dua temannya akan mati, sehingga otomatis dia sendiri yang mendapatkan harta karun itu.
Sementara itu, dua orang yang menunggu di lokasi harta karun, juga berembug dan tergoda. Mereka bicara “Sayang kalau harta ini kalau dibagi tiga. Seandainya dibagi dua, maka kita berdua akan menjadi terkaya di desa”. Mereka memutuskan untuk membunuh teman yang membawa makanan dengan memukulkan batang pohon.
Kedua orang ini selanjutnya bersembunyi di balik pohon menunggu teman yang membawa makanan tiba. Dan ketika yang ditunggu tiba, langsung saja mereka pukul dengan batang pohon sampai akhirnya mati.
Sungguh bahagia kedua orang ini, karena hanya mereka berdualah yang akan memperolah harta karun itu. Singkat cerita, mereka pun lantas makan makanan yang sudah dibawa temannya. Namun apa dikata, karena makanan itu sudah beracun, kedua orang ini pun akhirnya mati juga…sungguh ironis…
Itulah penggalan cerita yang menggambarkan sifat keserakahan manusia atas harta atau materi. Sifat nafsu dan serakah pada akhirnya membawa kepada sifat permusuhan dan kerugian. Harta karun yang harusnya bisa dibawa dan dibagi sama rata bertiga, akhirnya tidak bisa dinikmati, malah kematian yang didapat.
Langganan:
Postingan (Atom)