Mazhab Frankfurt ialah sebuah nama yang diberikan kepada kelompok filsuf yang memiliki afiliasi dengan Institut Penelitian Sosial di Frankfurt, Jerman, dan pemikir-pemikir lainnya yang dipengaruhi oleh mereka. Tahun yang dianggap sebagai tahun kemulaian Mazhab Frankfurt ini adalah tahun 1930, ketika Max Horkheimer diangkat sebagai direktur lembaga riset sosial tersebut. Beberapa filsuf terkenal yang dianggap sebagai anggota Mazhab Frankfurt ini antara lain Theodor Adorno, Walter Benjamin, dan Jürgen Habermas. Perlu diingat bahwa para pemikir ini tidak pernah mendefinisikan diri mereka sendiri di dalam sebuah kelompok atau 'mazhab', dan bahwa penamaan ini diberikan secara retrospektif. Walaupun kebanyakan dari mereka memiliki sebuah ketertarikan intelektual dengan pemikiran neo-Marxisme dan kritik terhadap budaya (yang di kemudian hari memengaruhi munculnya bidang ilmu Studi Budaya), masing-masing pemikir mengaplikasikan kedua hal ini dengan cara-cara dan terhadap subyek kajian yang berbeda.
Ketertarikan Mazhab Frankfurt terhadap pemikiran Karl Marx disebabkan antara lain oleh ketidakpuasan mereka terhadap penggunaan teori-teori Marxisme oleh kebanyakan orang lain, yang mereka anggap merupakan pandangan sempit terhadap pandangan asli Karl Marx. Menurut mereka, pandangan sempit ini tidak mampu memberikan 'jawaban' terhadap situasi mereka pada saat itu di Jerman. Setelah Perang Dunia Pertama dan meningkatnya kekuatan politik Nazi, Jerman yang ada pada saat itu sangatlah berbeda dengan Jerman yang dialami Karl Marx. Sehingga jelaslah bagi para pemikir Mazhab Frankfurt bahwa Marxisme harus dimodifikasi untuk bisa menjawab tantangan jaman.
Patut dicatat bahwa beberapa pemikir utama Mahzab Frankfurt beragama Yahudi, dan terutama di perioda awal secara langsung menjadi korban Fasisme Nazi. Yang paling tragis ialah kematian Walter Benjamin, yang dicurigai melakukan bunuh diri setelah isi perpustakaannya disita oleh tentara Nazi. Beberapa yang lainnya, seperti Theodor Adorno dan Max Horkheimer terpaksa melarikan diri ke negara lain, terutama Amerika Serikat.
Contoh karya-karya terkenal yang dihasilkan para pemikir Mazhab Frankfurt antara lain Dialectic of Enlightenment, Minima Moralia, Illuminations.
Sejarah Mazhab Frankfurt
Mazhab Frankfurt mengumpulkan para pembangkang Marxis, para kritikus keras kapitalisme yang percaya bahwa beberapa orang yang dianggap sebagai pengikut Marx telah membeo, menirukan beberapa cuplikan sempit dari gagasan-gagasan Marx, biasanya dalam membela partai-partai komunis atau Sosial-Demokrat ortodoks. Mereka khususnya dipengaruhi oleh kegagaln revolusi kaum pekerja di Eropa Barat setelah Perang Dunia I dan oleh bangkitnya Nazisme di negara yang secara ekonomi, teknologi, dan budaya maju (Jerman). Karena itu mereka merasa harus memilih bagian-bagian mana dari pemikiran-pemikiran Marx yang dapat menolong untuk memperjelas kondisi-kondisi yang Marx sendiri tidak pernah lihat. Mereka meminjam dari mazhab-mazhab pemikiran lain yang mengisi apa yang dianggap kurang dari Marx. Max Weber memberikan pengaruh yang besar, seperti halnya juga Sigmund Freud (seperti dalam kasus sintesis Freudo-Marxis oleh Herbert Marcuse dalam karyanya tahun 1954, Eros and Civilization). Penekanan mereka terhadap komponen "Kritis" dari teori sangat banyak meminjam dari upaya mereka untuk mengatasi batas-batas dari positivisme, materialisme yang kasar, dan fenomenologi dengan kembali kepada filsafat kritis Kant dan penerus-penerusnya dalam idealisme Jerman, khususnya filsafat Hegel, dengan penekanannya pada negasi dan kontradiksi sebagai bagian yang inheren dari realitas. Sebuah pengaruh penting juga dating dari penerbitan Manuskrip Ekonomi-Filsafat dan Ideologi Jerman karya Marx tahun 1930-an yang memperlihatkan kesinambungan dengan Hegelianisme yang mendasari pemikiran-pemikiran Marx: Marcuse adalah salah satu orang yang pertama mengartikulasikan signifikansi teoretis dari teks-teks ini.
Fase Pertama
Pengaruh intelektual dan fokus teoretis dari generasi perttama dari para theoretikus Kritis Mazhab Frankfurt muncul dalam diagram berikut:
Institut ini membuat sumbangan-sumbangan penting dalam dua bidang yang terkait dengan kemungkinan-kemungkinan subyek manusia yang rasional, yaitu individu-individu yang dapat bertindak secara rasional untuk bertanggung jawab atas masyarakat dan sejarah mereka sendiri. Yang pertama terdiri atas fenomena sosial yang sebelumnya dianggap dalam Marxisme sebagai bagian dari "superstruktur" atau sebagai ideologi: struktur-struktur kepribadian, keluarga dan otoritas (penerbitan bukunya yang pertama diberi judul Studi tentang Otoritas dan Keluarga), dan ranah estetika dan budaya massa. Studi-studi ini juga melihat kepedulian bersama di sini dalam kemampuan kapitalisme untuk menghancurkan prakondisi-prakondisi Kritis, kesadaran revolusioner. Ini berarti tiba pada kesadaran canggih tentang dimensi kedalaman di mana penindasan sosial mempertahankan dirinya sendiri. Ini juga merupakan awal dari pengakuan teori Kritis terhadap ideologi sebagai bagian dari dasar-dasar struktur sosial. Institut ini dan berbagai pihak yang ikut bekerja sama dengannya mempunyai dampak yang hebat terhadap ilmu sosial (khususnya Amerika) melalui karya mereka The Authoritarian Personality (“Kepribadian yang Otoriter), which melakukan penelitian empirik yang luas, dengan menggunakan kategori-kategori sosiologis dan psikoanalisis, untuk menggambarkan kekuatan-kekuatan yang mendorong individu untuk berafiliasi dengan atau mendukung gerakan-gerakan atau partai-partai fasis.
Para pemikir dan pakar utama Mazhab Frankfurt
• Theodor W. Adorno
• Max Horkheimer
• Walter Benjamin
• Herbert Marcuse
• Alfred Sohn-Rethel
• Leo Löwenthal
• Franz Neumann
• Franz Oppenheimer
• Friedrich Pollock
• Erich Fromm
• Alfred Schmidt
• Jürgen Habermas
• Oskar Negt
• Karl A. Wittfogel
• Susan Buck-Morss
• Axel Honneth
Kritikus terkemuka terhadap Mazhab Frankfurt
• Henryk Grossman
• Georg Lukács
• Umberto Eco
Rujukan
• Martin Jay. The Dialectical Imagination: A History of the Frankfurt School and the Institute for Social Research 1923-1950. Berkeley, University of California Press, 1996. ISBN 0-520-20423-9.
• Rolf Wiggershaus. The Frankfurt School: Its History, Theories and Political Significance. Cambridge, Mass.: The MIT Press, 1995. ISBN 0-262-73113-4.
• Jeremy J. Shapiro, "The Critical Theory of Frankfurt", Times Literary Supplement, Oct. 4, 1974, No. 3,787. (Bahan-bahan untuk penerbitan ini telah digunakan atau diadaptasi untuk artikel ini, dengan izin.)
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan
Minggu, 10 Juli 2011
Mao Zedong
Mao Zedong, seorang tokoh filsuf dan pendiri negara Republik Rakyat TiongkokMao
Zedong (Hanzi: 毛澤東) (Shaoshan, Hunan, 26 Desember 1893 – Beijing, 9 September 1976), dilahirkan di sebuah keluarga petani miskin di Shaoshan, provinsi Hunan, Tiongkok. Sejak kecil ia harus bekerja keras dan banyak prihatin. Setelah beberapa lama keadaan keluarganya memang membaik tetapi kesengsaraan masa kecilnya banyak mempengaruhi kehidupannya kelak.
Masa sekolah
Ketika kecil, Mao juga dikirim untuk belajar di sekolah dasar. Pendidikannya sewaktu kecil juga mencakup ajaran-ajaran klasik Konfusianisme. Tetapi pada usia
13, ayahnya menyuruhnya berhenti bersekolah dan berkerja menolongnya di ladang-ladang. Mao memberontak dan bertekad ingin menyelesaikan pendidikannya. Lalu ia minggat dari rumah dan melanjutkan pendidikannya di tempat lain. Pada tahun 1905 ia ujian negara yang pada saat itu masih berdasarkan paham-paham konfusianisme dihilangkan. Pengaruh-pengaruh baratpun mulai memasuki bidang-bidang pendidikan. Hal ini menandakan permulaan ketidakpastian intelektual di Tiongkok.
Maka pada tahun 1911 Mao terlibat dalam Revolusi Xinhai yang merupakan revolusi
melawan Dinasti Qing yang berakibat kepada runtuhnya kekaisaran Tiongkok yang
sudah berkuasa lebih 2000 tahun sejak tahun 221 SM. Tahun 1912, Republik China
diproklamasikan oleh Sun Yat-sen dan Tiongkok dengan resmi masuk ke zaman republik. Mao lalu melanjutkan sekolahnya dan mempelajari banyak hal antara lain
budaya barat. Pada tahun 1918 ia lulus dan lalu kuliah di Universitas Beijing. Di sana ia akan berjumpa dengan para pendiri PKT yang berhaluan Marxis.
Mao dan Partainya
Partai Mao didirikan pada tahun 1921 dan Mao semakin hari semakin vokal. Antara
tahun 1934 – 1935 ia memegang peran utama dan memimpin Tentara Merah Tiongkok menjalani “Mars Panjang”. Lalu semenjak tahun 1937 ia ikut menolong memerangi Tentara Dai Nippon yang menduduki banyak wilayah Tiongkok. Akhirnya Perang Dunia II berakhir dan perang saudara berkobar lagi. Dalam perang yang melawan kaum nasionalis ini, Mao menjadi pemimpin kaum Merah dan akhirnya ia menangkan pada tahun 1949. Pada tanggal 1 Oktober tahun 1949, Republik Rakyat Tiongkok diproklamasikan dan pemimpin Tiongkok nasionalis; Chiang Kai Shek melarikan diri ke Taiwan.
Mao Zedong di tahun 1936Dalam PKT Mao sendiri sejak tahun 1943 adalah ketua sekretariat partai dan Politbiro tetapi sebenarnya ia mengontrol seluruh partai sampai ia mati pada tahun 1976. Kepemimpinan mungkin tidak kejam secara vulgar seperti Stalin tetapi kekerasan kebijakannya dan kelakuannya yang semau dirinya sendiri membawa rakyat Cina terpuruk ke dalam kehancuran dan kesengsaraan yang luar biasa.
Falsafah Mao
Mao sebenarnya bukan seorang filsuf yang orisinil. Gagasan-gagasannya berdasarkan bapak-bapak sosialisme lainnya seperti Karl Marx, Friedrich Engels, Lenin dan Stalin. Tetapi ia banyak berpikir tentang materialisme dialektik yang menjadi dasar sosialisme dan penerapan gagasan-gagasan ini dalam praktek seperti dikerjakan Mao bisa dikatakan orisinil. Mao bisa pula dikatakan seorang filsuf Tiongkok yang pengaruhnya paling besar dalam Abad ke 20 ini.
Konsep falsafi Mao yang terpenting adalah konflik. Menurutnya: “Konflik bersifat semesta dan absolut, hal ini ada dalam proses perkembangan semua barang dan merasuki semua proses dari mula sampai akhir.” Model sejarah Karl Marx juga berdasarkan prinsip konflik: kelas yang menindas dan kelas yang tertindas, kapital dan pekerjaan berada dalam sebuah konflik kekal. Pada suatu saat hal ini akan menjurus pada sebuah krisis dan kaum pekerja akan menang. Pada akhirnya situasi baru ini akan menjurus kepada sebuah krisis lagi, tetapi secara logis semua proses akhirnya menurut Mao, akan membawa kita kepada sebuah keseimbangan yang stabil dan harmonis. Mao jadi berpendapat bahwa semua konflik bersifat semesta dan absolut, jadi dengan kata lain bersifat abadi. Konsep konflik Mao ini ada kemiripannya dengan konsep falsafi yin-yang. Semuanya terdengar seperti sebuah dogma kepercayaan. Di bawah ini disajikan sebuah cuplikan tentang pemikirannya tentang konflik.
Dalam ilmu pengetahuan semuanya dibagi berdasarkan konflik-konflik tertentu
yang melekat kepada obyek-obyek penelitian masing-masing. Konflik jadi
merupakan dasar daripada sesuatu bentuk disiplin ilmu pengetahuan. Di sini
bisa disajikan beberapa contoh: bilangan negatif dan positif dalam matematika,
aksi dan reaksi dalam ilmu mekanika, aliran listrik positif dan negatifa dalam
ilmu fisika, daya tarik dan daya tolak dalam ilmu kimia, konflik kelas dalam
ilmu sosial, penyerangan dan pertahanan dalam ilmu perang, idealisme dan
materialisme serta perspektif metafisika dan dialektik dalam ilmu filsafat dan
seterusnya. Ini semua obyek penelitian disiplin-disiplin ilmu pengetahuan yang
berbeda-beda karena setiap disiplin memiliki konfliknya yang spesifik dan
esensi atau intisarinya masing-masing.
Contoh-contoh yang diberikan oleh Mao Zedong mengenai 'konflik' dalam disiplin yang berbeda-beda diambilnya dari Lenin. Beberapa analogi memang pas tetapi yang lain-lain tidak. Bilangan-bilangan negatif dan positif merupakan sebuah contoh
yang buruk mengenai dialektika marxisme karena perbedaan mereka tidak dinamis: hanya ada bilangan-bilangan negatif dan positif baru yang bermunculan.
Pendapat Mao menjadi meragukan lagi apabila ia mengatakan bahwa 'konflik'-'konflik' ini merupakan 'intisari' daripada disiplin ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Bilangan negatif dan positif bukanlah intisari ilmu matematika, begitu pula metafisika dan dialektika bukanlah intisari dari filsafat. Mao adalah seseorang yang terpelajar dan pengertian-pengertiannya yang salah bisa diterangkan dari sebab ia sangat terobsesi dengan konsep konflik ini. Obsesi ini juga mempengaruhi keputusan-keputusan politiknya seperti akan dipaparkan di bawah nanti.
Konsep Yin Yang mempengaruhi pandangan falsafi Mao Zedong.Konsep Mao kedua yang penting adalah konsepnya mengenai pengetahuan yang juga ia ambil dari paham Marxisme. Mao berpendapat bahwa pengetahuan merupakan lanjutan dari pengalaman di alam fisik dan bahwa pengalaman itu sama dengan keterlibatan.
Jika engkau mencari pengetahuan maka engkau harus terlibat dengan keadaan situasi yang berubah. Jika kau ingin mengetahui bagaimana sebuah jambu rasanya, maka jambu itu harus diubah dengan cara memakannya. Jika engkau ingin mengetahui sebuah struktur atom, maka engkau harus melakukan eksperimen-eksperimen fisika dan kimia untuk mengubah status atom ini. Jika engkau ingin mengetahui teori dan metoed revolusi, maka engkau harus mengikutinya. Semua pengetahuan sejati muncul dari pengalaman langsung. Hanya setelah seseorang mendapatkan pengalaman, maka ia baru bisa melompat ke depan. Setelah itu pengathuan dipraktekkan kembali yang membuat seseorang mendapatkan pengalaman lagi dan seterusnya. Di sini diperlihatkan bahwa Mao tidak saja mengenal paham Marxisme tetapi juga paham neokonfusianisme seperti dikemukakan oleh Wang Yangmin yang hidup pada abad ke 15 sampai ke abad ke 16.
Mao dan Kebijakan Politiknya
Mao membedakan dua jenis konflik; konflik antagonis dan konflik non-antagonis. Konflik antagonis menurutnya hanya bisa dipecahkan dengan sebuah pertempuran saja sedangkan konflik non-antagonis bisa dipecahkan dengan sebuah diskusi. Menurut Mao konflik antara para buruh dan pekerja dengan kaum kapitalis adalah sebuah konflik antagonis sedangkan konflik antara rakyat Tiongkok dengan Partai adalah sebuah konflik non-antagonis.
Pada tahun 1956 Mao memperkenalkan sebuah kebijakan politik baru di mana kaum intelektual boleh mengeluarkan pendapat mereka sebagai kompromis terhadap Partai yang menekannya karena ingin menghindari penindasan kejam disertai dengan motto:
“Biarkan seratus bunga berkembang dan seratus pikiran yang berbeda-beda bersaing.” Tetapi ironisnya kebijakan politik ini gagal: kaum intelektual merasa tidak puas dan banyak mengeluarkan kritik. Mao sendiri berpendapat bahwa ia telah dikhianati oleh mereka dan ia membalas dendam. Sekitar 700.000 anggota kaum intelektual ditangkapinya dan disuruh bekerja paksa di daerah pedesaan.
Mao percaya akan sebuah revolusi yang kekal sifatnya. Ia juga percaya bahwa setiap revolusi pasti menghasilkan kaum kontra-revolusioner. Oleh karena itu secara teratur ia memberantas dan menangkapi apa yang ia anggap lawan-lawan politiknya dan para pengkhianat atau kaum kontra-revolusioner. Peristiwa yang paling dramatis dan mengenaskan hati ialah peristiwa Revolusi Kebudayaan yang terjadi pada tahun 1966. Pada tahun 1960an para mahasiswa di seluruh dunia memang pada senang-senangnya memberontak terhadap apa yang mereka anggap The Establishment atau kaum yang memerintah. Begitu pula di Tiongkok. Bedanya di Tiongkok mereka didukung oleh para dosen-dosen mereka dan pembesar-pembesar Partai termasuk Mao sendiri. Para mahasiswa dan dosen mendirikan apa yang disebut Garda Merah, yaitu sebuah unit paramiliter. Dibekali dengan Buku Merah Mao, mereka menyerang antek-antek kapitalisme dan pengaruh-pengaruh Barat serta kaum kontra-revolusioner lainnya. Sebagai contoh fanatisme mereka, mereka antara lain menolak berhenti di jalan raya apabila lampu merah menyala karena mereka berpendapat bahwa warna merah, yang merupakan simbol sosialisme tidak mungkin mengartikan sesuatu yang berhenti. Maka para anggota Garda Merah ini pada tahun 1966 sangat membabi buta dalam memberantas kaum kontra revolusioner sehingga negara Tiongkok dalam keadaan amat genting dan hampir hancur; ekonominyapun tak jalan. Akhirnya Mao terpaksa menurunkan Tentara Pembebasan Rakyat untuk menanggulangi mereka dan membendung fanatisme mereka. Hasilnya adalah perang saudara yang baru berakhir pada tahun 1968.
G-30-S PKI dan Keterlibatan Mao
Masa Revolusi Kebudayaan Tiongkok juga bertepatan dengan masa-masa pemberontakan G-30-S PKI di Indonesia di mana beberapa kalangan di Indonesia menuduh orang-orang dari Republik Rakyat Tiongkok sebagai dalangnya. Mao tentu
menyangkalnya dan hubungan antara Indonesia dan RRT yang sebelumnya hangat
menjadi sangat dingin sampai hubungan diplomatik dibuka kembali pada tahun 1990, jauh setelah Mao meninggal dunia. Apakah RRT mendalangi pemberontakan G-30-S PKI ini atau tidak, sampai sekarang hal ini masih diseliputi misteri.
Kegagalan Mao
Pada tahun 1958 Mao meluncurkan apa yang ia sebut Lompatan Jauh ke Depan di mana daerah pedesaan direorganisasi secara total. Di mana-mana didirikan perkumpulan-perkumpulan desa (komune). Secara ekonomis ternyata ini semua gagal. Komune-komune ini menjadi satuan-satuan yang terlalu besar dan tak bisa terurusi. Diperkirakan kurang lebih hampir 20 juta jiwa penduduk Tiongkok kala itu tewas secara sia-sia.
Mao Zedong dan PBB
Mao Zedong memproklamasikan Republik Rakyat Tiongkok pada tanggal 1 Oktober 1949.Republik Rakyat Tiongkok semenjak diproklamasikan oleh Mao pada tahun 1949 tidak diakui oleh Amerika Serikat. Amerika Serikat tetap mengakui Republik Nasionalis China yang semenjak tahun 1949 hanya menguasai pulau Formosa atau Taiwan dan sekitarnya. China yang sejak didirikannya PBB pada tahun 1945 sudah menjadi anggota Dewan Keamanan secara tetap bersama dengan Amerika Serikat, Britania Raya, Perancis dan Uni Soviet (Rusia) sebagai pemenang Perang Dunia II, tetap diwakili pula. Cuma yang mewakili adalah pemerintah nasionalis yang sekarang hanya memerintah Taiwan saja. Hal ini menjadi aneh sebab Tiongkok daratan yang kala itu berpenduduk kurang lebih 800 juta jiwa tidak diwakili di PBB; yang mewakili hanya Taiwan saja yang kala itu berpenduduk mungkin tidak lebih dari 10 juta jiwa.
Maka pada akhir tahun 1960-an presiden Amerika Serikat, Richard Nixon, mulai mendekati Republik Rakyat Tiongkok dan akhirnya dengan persetujuan Uni Soviet RRT menjadi anggota Dewan Keamanan PBB mulai tahun 1972 dan menggantikan Taiwan.
Warisan Mao dan Republik Rakyat Tiongkok saat ini
Pada tahun 1976 Mao Zedong meninggal dunia. Setelah itu Republik Rakyat Tiongkok menjadi semakin terbuka. Normalisasi hubungan diplomatik dengan Indonesia juga terwujud pada tahun 1992. Pada saat ini Tiongkok tampil sebagai sebuah raksasa yang baru bangun dari tidurnya dan pertumbuhan ekonomi sangat pesat. Bahkan Tiongkok bisa melampaui Rusia dalam perkembangannya. Hal yang dipertentangkan sekarang ialah apakah ini semua bisa diraih berkat jasa-jasa Mao atau karena pengaruhnya sudah tipis.
Zedong (Hanzi: 毛澤東) (Shaoshan, Hunan, 26 Desember 1893 – Beijing, 9 September 1976), dilahirkan di sebuah keluarga petani miskin di Shaoshan, provinsi Hunan, Tiongkok. Sejak kecil ia harus bekerja keras dan banyak prihatin. Setelah beberapa lama keadaan keluarganya memang membaik tetapi kesengsaraan masa kecilnya banyak mempengaruhi kehidupannya kelak.
Masa sekolah
Ketika kecil, Mao juga dikirim untuk belajar di sekolah dasar. Pendidikannya sewaktu kecil juga mencakup ajaran-ajaran klasik Konfusianisme. Tetapi pada usia
13, ayahnya menyuruhnya berhenti bersekolah dan berkerja menolongnya di ladang-ladang. Mao memberontak dan bertekad ingin menyelesaikan pendidikannya. Lalu ia minggat dari rumah dan melanjutkan pendidikannya di tempat lain. Pada tahun 1905 ia ujian negara yang pada saat itu masih berdasarkan paham-paham konfusianisme dihilangkan. Pengaruh-pengaruh baratpun mulai memasuki bidang-bidang pendidikan. Hal ini menandakan permulaan ketidakpastian intelektual di Tiongkok.
Maka pada tahun 1911 Mao terlibat dalam Revolusi Xinhai yang merupakan revolusi
melawan Dinasti Qing yang berakibat kepada runtuhnya kekaisaran Tiongkok yang
sudah berkuasa lebih 2000 tahun sejak tahun 221 SM. Tahun 1912, Republik China
diproklamasikan oleh Sun Yat-sen dan Tiongkok dengan resmi masuk ke zaman republik. Mao lalu melanjutkan sekolahnya dan mempelajari banyak hal antara lain
budaya barat. Pada tahun 1918 ia lulus dan lalu kuliah di Universitas Beijing. Di sana ia akan berjumpa dengan para pendiri PKT yang berhaluan Marxis.
Mao dan Partainya
Partai Mao didirikan pada tahun 1921 dan Mao semakin hari semakin vokal. Antara
tahun 1934 – 1935 ia memegang peran utama dan memimpin Tentara Merah Tiongkok menjalani “Mars Panjang”. Lalu semenjak tahun 1937 ia ikut menolong memerangi Tentara Dai Nippon yang menduduki banyak wilayah Tiongkok. Akhirnya Perang Dunia II berakhir dan perang saudara berkobar lagi. Dalam perang yang melawan kaum nasionalis ini, Mao menjadi pemimpin kaum Merah dan akhirnya ia menangkan pada tahun 1949. Pada tanggal 1 Oktober tahun 1949, Republik Rakyat Tiongkok diproklamasikan dan pemimpin Tiongkok nasionalis; Chiang Kai Shek melarikan diri ke Taiwan.
Mao Zedong di tahun 1936Dalam PKT Mao sendiri sejak tahun 1943 adalah ketua sekretariat partai dan Politbiro tetapi sebenarnya ia mengontrol seluruh partai sampai ia mati pada tahun 1976. Kepemimpinan mungkin tidak kejam secara vulgar seperti Stalin tetapi kekerasan kebijakannya dan kelakuannya yang semau dirinya sendiri membawa rakyat Cina terpuruk ke dalam kehancuran dan kesengsaraan yang luar biasa.
Falsafah Mao
Mao sebenarnya bukan seorang filsuf yang orisinil. Gagasan-gagasannya berdasarkan bapak-bapak sosialisme lainnya seperti Karl Marx, Friedrich Engels, Lenin dan Stalin. Tetapi ia banyak berpikir tentang materialisme dialektik yang menjadi dasar sosialisme dan penerapan gagasan-gagasan ini dalam praktek seperti dikerjakan Mao bisa dikatakan orisinil. Mao bisa pula dikatakan seorang filsuf Tiongkok yang pengaruhnya paling besar dalam Abad ke 20 ini.
Konsep falsafi Mao yang terpenting adalah konflik. Menurutnya: “Konflik bersifat semesta dan absolut, hal ini ada dalam proses perkembangan semua barang dan merasuki semua proses dari mula sampai akhir.” Model sejarah Karl Marx juga berdasarkan prinsip konflik: kelas yang menindas dan kelas yang tertindas, kapital dan pekerjaan berada dalam sebuah konflik kekal. Pada suatu saat hal ini akan menjurus pada sebuah krisis dan kaum pekerja akan menang. Pada akhirnya situasi baru ini akan menjurus kepada sebuah krisis lagi, tetapi secara logis semua proses akhirnya menurut Mao, akan membawa kita kepada sebuah keseimbangan yang stabil dan harmonis. Mao jadi berpendapat bahwa semua konflik bersifat semesta dan absolut, jadi dengan kata lain bersifat abadi. Konsep konflik Mao ini ada kemiripannya dengan konsep falsafi yin-yang. Semuanya terdengar seperti sebuah dogma kepercayaan. Di bawah ini disajikan sebuah cuplikan tentang pemikirannya tentang konflik.
Dalam ilmu pengetahuan semuanya dibagi berdasarkan konflik-konflik tertentu
yang melekat kepada obyek-obyek penelitian masing-masing. Konflik jadi
merupakan dasar daripada sesuatu bentuk disiplin ilmu pengetahuan. Di sini
bisa disajikan beberapa contoh: bilangan negatif dan positif dalam matematika,
aksi dan reaksi dalam ilmu mekanika, aliran listrik positif dan negatifa dalam
ilmu fisika, daya tarik dan daya tolak dalam ilmu kimia, konflik kelas dalam
ilmu sosial, penyerangan dan pertahanan dalam ilmu perang, idealisme dan
materialisme serta perspektif metafisika dan dialektik dalam ilmu filsafat dan
seterusnya. Ini semua obyek penelitian disiplin-disiplin ilmu pengetahuan yang
berbeda-beda karena setiap disiplin memiliki konfliknya yang spesifik dan
esensi atau intisarinya masing-masing.
Contoh-contoh yang diberikan oleh Mao Zedong mengenai 'konflik' dalam disiplin yang berbeda-beda diambilnya dari Lenin. Beberapa analogi memang pas tetapi yang lain-lain tidak. Bilangan-bilangan negatif dan positif merupakan sebuah contoh
yang buruk mengenai dialektika marxisme karena perbedaan mereka tidak dinamis: hanya ada bilangan-bilangan negatif dan positif baru yang bermunculan.
Pendapat Mao menjadi meragukan lagi apabila ia mengatakan bahwa 'konflik'-'konflik' ini merupakan 'intisari' daripada disiplin ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Bilangan negatif dan positif bukanlah intisari ilmu matematika, begitu pula metafisika dan dialektika bukanlah intisari dari filsafat. Mao adalah seseorang yang terpelajar dan pengertian-pengertiannya yang salah bisa diterangkan dari sebab ia sangat terobsesi dengan konsep konflik ini. Obsesi ini juga mempengaruhi keputusan-keputusan politiknya seperti akan dipaparkan di bawah nanti.
Konsep Yin Yang mempengaruhi pandangan falsafi Mao Zedong.Konsep Mao kedua yang penting adalah konsepnya mengenai pengetahuan yang juga ia ambil dari paham Marxisme. Mao berpendapat bahwa pengetahuan merupakan lanjutan dari pengalaman di alam fisik dan bahwa pengalaman itu sama dengan keterlibatan.
Jika engkau mencari pengetahuan maka engkau harus terlibat dengan keadaan situasi yang berubah. Jika kau ingin mengetahui bagaimana sebuah jambu rasanya, maka jambu itu harus diubah dengan cara memakannya. Jika engkau ingin mengetahui sebuah struktur atom, maka engkau harus melakukan eksperimen-eksperimen fisika dan kimia untuk mengubah status atom ini. Jika engkau ingin mengetahui teori dan metoed revolusi, maka engkau harus mengikutinya. Semua pengetahuan sejati muncul dari pengalaman langsung. Hanya setelah seseorang mendapatkan pengalaman, maka ia baru bisa melompat ke depan. Setelah itu pengathuan dipraktekkan kembali yang membuat seseorang mendapatkan pengalaman lagi dan seterusnya. Di sini diperlihatkan bahwa Mao tidak saja mengenal paham Marxisme tetapi juga paham neokonfusianisme seperti dikemukakan oleh Wang Yangmin yang hidup pada abad ke 15 sampai ke abad ke 16.
Mao dan Kebijakan Politiknya
Mao membedakan dua jenis konflik; konflik antagonis dan konflik non-antagonis. Konflik antagonis menurutnya hanya bisa dipecahkan dengan sebuah pertempuran saja sedangkan konflik non-antagonis bisa dipecahkan dengan sebuah diskusi. Menurut Mao konflik antara para buruh dan pekerja dengan kaum kapitalis adalah sebuah konflik antagonis sedangkan konflik antara rakyat Tiongkok dengan Partai adalah sebuah konflik non-antagonis.
Pada tahun 1956 Mao memperkenalkan sebuah kebijakan politik baru di mana kaum intelektual boleh mengeluarkan pendapat mereka sebagai kompromis terhadap Partai yang menekannya karena ingin menghindari penindasan kejam disertai dengan motto:
“Biarkan seratus bunga berkembang dan seratus pikiran yang berbeda-beda bersaing.” Tetapi ironisnya kebijakan politik ini gagal: kaum intelektual merasa tidak puas dan banyak mengeluarkan kritik. Mao sendiri berpendapat bahwa ia telah dikhianati oleh mereka dan ia membalas dendam. Sekitar 700.000 anggota kaum intelektual ditangkapinya dan disuruh bekerja paksa di daerah pedesaan.
Mao percaya akan sebuah revolusi yang kekal sifatnya. Ia juga percaya bahwa setiap revolusi pasti menghasilkan kaum kontra-revolusioner. Oleh karena itu secara teratur ia memberantas dan menangkapi apa yang ia anggap lawan-lawan politiknya dan para pengkhianat atau kaum kontra-revolusioner. Peristiwa yang paling dramatis dan mengenaskan hati ialah peristiwa Revolusi Kebudayaan yang terjadi pada tahun 1966. Pada tahun 1960an para mahasiswa di seluruh dunia memang pada senang-senangnya memberontak terhadap apa yang mereka anggap The Establishment atau kaum yang memerintah. Begitu pula di Tiongkok. Bedanya di Tiongkok mereka didukung oleh para dosen-dosen mereka dan pembesar-pembesar Partai termasuk Mao sendiri. Para mahasiswa dan dosen mendirikan apa yang disebut Garda Merah, yaitu sebuah unit paramiliter. Dibekali dengan Buku Merah Mao, mereka menyerang antek-antek kapitalisme dan pengaruh-pengaruh Barat serta kaum kontra-revolusioner lainnya. Sebagai contoh fanatisme mereka, mereka antara lain menolak berhenti di jalan raya apabila lampu merah menyala karena mereka berpendapat bahwa warna merah, yang merupakan simbol sosialisme tidak mungkin mengartikan sesuatu yang berhenti. Maka para anggota Garda Merah ini pada tahun 1966 sangat membabi buta dalam memberantas kaum kontra revolusioner sehingga negara Tiongkok dalam keadaan amat genting dan hampir hancur; ekonominyapun tak jalan. Akhirnya Mao terpaksa menurunkan Tentara Pembebasan Rakyat untuk menanggulangi mereka dan membendung fanatisme mereka. Hasilnya adalah perang saudara yang baru berakhir pada tahun 1968.
G-30-S PKI dan Keterlibatan Mao
Masa Revolusi Kebudayaan Tiongkok juga bertepatan dengan masa-masa pemberontakan G-30-S PKI di Indonesia di mana beberapa kalangan di Indonesia menuduh orang-orang dari Republik Rakyat Tiongkok sebagai dalangnya. Mao tentu
menyangkalnya dan hubungan antara Indonesia dan RRT yang sebelumnya hangat
menjadi sangat dingin sampai hubungan diplomatik dibuka kembali pada tahun 1990, jauh setelah Mao meninggal dunia. Apakah RRT mendalangi pemberontakan G-30-S PKI ini atau tidak, sampai sekarang hal ini masih diseliputi misteri.
Kegagalan Mao
Pada tahun 1958 Mao meluncurkan apa yang ia sebut Lompatan Jauh ke Depan di mana daerah pedesaan direorganisasi secara total. Di mana-mana didirikan perkumpulan-perkumpulan desa (komune). Secara ekonomis ternyata ini semua gagal. Komune-komune ini menjadi satuan-satuan yang terlalu besar dan tak bisa terurusi. Diperkirakan kurang lebih hampir 20 juta jiwa penduduk Tiongkok kala itu tewas secara sia-sia.
Mao Zedong dan PBB
Mao Zedong memproklamasikan Republik Rakyat Tiongkok pada tanggal 1 Oktober 1949.Republik Rakyat Tiongkok semenjak diproklamasikan oleh Mao pada tahun 1949 tidak diakui oleh Amerika Serikat. Amerika Serikat tetap mengakui Republik Nasionalis China yang semenjak tahun 1949 hanya menguasai pulau Formosa atau Taiwan dan sekitarnya. China yang sejak didirikannya PBB pada tahun 1945 sudah menjadi anggota Dewan Keamanan secara tetap bersama dengan Amerika Serikat, Britania Raya, Perancis dan Uni Soviet (Rusia) sebagai pemenang Perang Dunia II, tetap diwakili pula. Cuma yang mewakili adalah pemerintah nasionalis yang sekarang hanya memerintah Taiwan saja. Hal ini menjadi aneh sebab Tiongkok daratan yang kala itu berpenduduk kurang lebih 800 juta jiwa tidak diwakili di PBB; yang mewakili hanya Taiwan saja yang kala itu berpenduduk mungkin tidak lebih dari 10 juta jiwa.
Maka pada akhir tahun 1960-an presiden Amerika Serikat, Richard Nixon, mulai mendekati Republik Rakyat Tiongkok dan akhirnya dengan persetujuan Uni Soviet RRT menjadi anggota Dewan Keamanan PBB mulai tahun 1972 dan menggantikan Taiwan.
Warisan Mao dan Republik Rakyat Tiongkok saat ini
Pada tahun 1976 Mao Zedong meninggal dunia. Setelah itu Republik Rakyat Tiongkok menjadi semakin terbuka. Normalisasi hubungan diplomatik dengan Indonesia juga terwujud pada tahun 1992. Pada saat ini Tiongkok tampil sebagai sebuah raksasa yang baru bangun dari tidurnya dan pertumbuhan ekonomi sangat pesat. Bahkan Tiongkok bisa melampaui Rusia dalam perkembangannya. Hal yang dipertentangkan sekarang ialah apakah ini semua bisa diraih berkat jasa-jasa Mao atau karena pengaruhnya sudah tipis.
Karl Marx
Karl MarxKarl Heinrich Marx (Trier, Jerman, 5 Mei 1818 – London, 14 Maret 1883)
adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia. Walaupun Marx menulis tentang banyak hal semasa hidupnya, ia paling terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas, yang dapat diringkas sebagai "Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas", sebagaimana yang tertulis dalam kalimat pembuka dari Manifesto Komunis.
Biodata
Kehidupan awal
Karl Marx lahir dalam keluarga Yahudi progresif di Trier, Prusia, (sekarang di Jerman). Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, meskipun cenderung
seorang deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal, untuk menjadi pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich. Saudara Herschel, Samuel — seperti juga leluhurnya— adalah rabi kepala di Trier. Keluarga Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa awal Karl.
Pendidikan
Pada tahun 1835, Marx mendaftar di Universitas Bonn untuk belajar hukum, dan di sana ia bergabung dengan Trier Tavern Club, dan sempat menjadi presiden Klub, sehingga prestasi sekolahnya buruk. Setahun kemudian, ayah Marx mendesaknya
untuk pindah ke Universitas Friedrich-Wilhelms di Berlin, agar dapat lebih serius belajar. Di sini, Marx banyak menulis puisi dan esai tentang kehidupan, dengan menggunakan bahasa teologis yang diperolehnya dari ayahnya yang deis. Pada saat itulah ia mengenal filsafat atheis yang dianut kelompok Hegelian-kiri. Marx memperolehi doktorat pada tahun 1841 dengan tesis yang bertajuk "Perbedaan Filsafat Alam Demokritos dan Epikurus", tetapi beliau harus menyerahkan tesisnya kepada Universiti Jena kerana beliau diamarankan bahawa reputasinya di antara faculti sebagai seorang Hegelian-kiri akan menyebabkan penerimaan yang buruk di Berlin.
Marx dan Pemuda Hegelian
Di Berlin, minat Marx beralih ke filsafat, dan bergabung ke lingkaran mahasiswa dan dosen muda yang dikenal sebagai Pemuda Hegelian. Sebagian dari mereka, yang disebut juga sebagai Hegelian-kiri, menggunakan metode dialektika Hegel, yang dipisahkan dari isi teologisnya, sebagai alat yang ampuh untuk melakukan kritik terhadap politik dan agama mapan saat itu.
adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia. Walaupun Marx menulis tentang banyak hal semasa hidupnya, ia paling terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas, yang dapat diringkas sebagai "Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas", sebagaimana yang tertulis dalam kalimat pembuka dari Manifesto Komunis.
Biodata
Kehidupan awal
Karl Marx lahir dalam keluarga Yahudi progresif di Trier, Prusia, (sekarang di Jerman). Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, meskipun cenderung
seorang deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal, untuk menjadi pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich. Saudara Herschel, Samuel — seperti juga leluhurnya— adalah rabi kepala di Trier. Keluarga Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa awal Karl.
Pendidikan
Pada tahun 1835, Marx mendaftar di Universitas Bonn untuk belajar hukum, dan di sana ia bergabung dengan Trier Tavern Club, dan sempat menjadi presiden Klub, sehingga prestasi sekolahnya buruk. Setahun kemudian, ayah Marx mendesaknya
untuk pindah ke Universitas Friedrich-Wilhelms di Berlin, agar dapat lebih serius belajar. Di sini, Marx banyak menulis puisi dan esai tentang kehidupan, dengan menggunakan bahasa teologis yang diperolehnya dari ayahnya yang deis. Pada saat itulah ia mengenal filsafat atheis yang dianut kelompok Hegelian-kiri. Marx memperolehi doktorat pada tahun 1841 dengan tesis yang bertajuk "Perbedaan Filsafat Alam Demokritos dan Epikurus", tetapi beliau harus menyerahkan tesisnya kepada Universiti Jena kerana beliau diamarankan bahawa reputasinya di antara faculti sebagai seorang Hegelian-kiri akan menyebabkan penerimaan yang buruk di Berlin.
Marx dan Pemuda Hegelian
Di Berlin, minat Marx beralih ke filsafat, dan bergabung ke lingkaran mahasiswa dan dosen muda yang dikenal sebagai Pemuda Hegelian. Sebagian dari mereka, yang disebut juga sebagai Hegelian-kiri, menggunakan metode dialektika Hegel, yang dipisahkan dari isi teologisnya, sebagai alat yang ampuh untuk melakukan kritik terhadap politik dan agama mapan saat itu.
Jean-Paul Sartre
Jean-Paul Sartre (Paris, 21 Juni 1905 – id. 15 April 1980) adalah seorang filsuf dan penulis Perancis. Ialah yang dianggap mengembangkan aliran eksistensialisme.Sartre menyatakan, eksistensi lebih dulu ada dibanding esensi (L'existence précède l'essence). Manusia tidak memiliki apa-apa saat dilahirkan dan selama hidupnya ia tidak lebih hasil kalkulasi dari komitmen-komitmennya di masa lalu. Karena itu, menurut Sartre selanjutnya, satu-satunya landasan nilai adalah kebebasan manusia (L'homme est condamné à être libre).
Pada tahun 1964 ia diberi Hadiah Nobel Sastra, namun Jean-Paul Sartre menolak. Ia meninggal dunia pada 15 April 1980 di sebuah rumah sakit di Broussais (Paris). Upacara pemakamannya dihadiri kurang lebih 50.000 orang.
Pasangannya adalah seorang filsuf wanita bernama Simone de Beauvoir. Sartre banyak meninggalkan karya penulisan diantaranya berjudul Being and Nothingness atau Ada dan Ketiadaan.
Bibliografi
• 1936 - L'Imagination
• 1937 - La Transcendance de l'Ego
• 1938 - La Nausée
• 1939 - Le Mur
• 1940 - L'Imaginaire
• 1943 - Les Mouches
• 1943 - L'être et le néant: Essai d'ontologie phenomenologique
• 1945 - Huis-clos
• 1946 - Morts sans sépulture
• 1946 - La Putain respectueuse
• 1947 - Baudelaire
• 1947 - Les Jeux sont faits
• 1948 - Les Mains sales
• 1960 - Critique de la raison dialectique
• 1964 - Les Mots
• 1947-1976 - Situations (I - X)
• 1971-1973 - L'Idiot de la famille
• 1983 - Cahiers pour une morale (anumerta)
Kutipan
• "L'existence précède l'essence." ("Eksistensi mendahului esensi(intisari)") (Dari L'existentialisme est un humanisme)
• "L'homme est condamné à être libre." ("Manusia dihukum untuk menjadi bebas") (Dari L'existentialisme est un humanisme)
• "L'enfer, c'est les autres." ("Neraka adalah orang lain.") (Dari Huis-clos)
Pada tahun 1964 ia diberi Hadiah Nobel Sastra, namun Jean-Paul Sartre menolak. Ia meninggal dunia pada 15 April 1980 di sebuah rumah sakit di Broussais (Paris). Upacara pemakamannya dihadiri kurang lebih 50.000 orang.
Pasangannya adalah seorang filsuf wanita bernama Simone de Beauvoir. Sartre banyak meninggalkan karya penulisan diantaranya berjudul Being and Nothingness atau Ada dan Ketiadaan.
Bibliografi
• 1936 - L'Imagination
• 1937 - La Transcendance de l'Ego
• 1938 - La Nausée
• 1939 - Le Mur
• 1940 - L'Imaginaire
• 1943 - Les Mouches
• 1943 - L'être et le néant: Essai d'ontologie phenomenologique
• 1945 - Huis-clos
• 1946 - Morts sans sépulture
• 1946 - La Putain respectueuse
• 1947 - Baudelaire
• 1947 - Les Jeux sont faits
• 1948 - Les Mains sales
• 1960 - Critique de la raison dialectique
• 1964 - Les Mots
• 1947-1976 - Situations (I - X)
• 1971-1973 - L'Idiot de la famille
• 1983 - Cahiers pour une morale (anumerta)
Kutipan
• "L'existence précède l'essence." ("Eksistensi mendahului esensi(intisari)") (Dari L'existentialisme est un humanisme)
• "L'homme est condamné à être libre." ("Manusia dihukum untuk menjadi bebas") (Dari L'existentialisme est un humanisme)
• "L'enfer, c'est les autres." ("Neraka adalah orang lain.") (Dari Huis-clos)
Plato
Plato (bahasa Yunani: Πλάτων) (sekitar 427 SM - sekitar 347 SM) filsuf Yunani Klasik yang sangat berpengaruh, murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani: Πολιτεία atau Politeia, "negeri") yang dia menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama.
Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di dunia ideal semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".
Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang di gua.
Ada yang berpendapat bahwa Plato adalah filsuf terbesar dalam sejarah manusia. Semua karya falsafi yang ditulis setelah Plato, hanya merupakan "catatan kaki" karya-karyanya saja.
Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di dunia ideal semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".
Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang di gua.
Ada yang berpendapat bahwa Plato adalah filsuf terbesar dalam sejarah manusia. Semua karya falsafi yang ditulis setelah Plato, hanya merupakan "catatan kaki" karya-karyanya saja.
Rene Descartes
René Descartes (La Haye, Perancis, 31 Maret 1596 – Stockholm, Swedia, 11 Februari 1650), juga dikenal sebagai Cartesius, merupakan seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Karyanya yang terpenting ialah Discours de la méthode (1637) dan Meditationes de prima Philosophia (1641).
Descartes, kadang dipanggil "Penemu Filsafat Modern" dan "Bapak Matematika Modern", adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam sejarah barat modern. Dia menginspirasi generasi filsuf kontemporer dan setelahnya, membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang kita kenal sebagai rasionalisme kontinental, sebuah posisi filosofikal pada Eropa abad ke-17 dan 18.
Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir.
Dalam bahasa Latin kalimat ini adalah: cogito ergo sum sedangkan dalam bahasa Perancis adalah: Je pense donc je suis. Keduanya artinya adalah:
"Aku berpikir maka aku ada". (Ing: I think, therefore I am)
Meski paling dikenal karena karya-karya filosofinya, dia juga telah terkenal sebagai pencipta sistem koordinat Kartesius, yang mempengaruhi perkembangan kalkulus modern.
Descartes, kadang dipanggil "Penemu Filsafat Modern" dan "Bapak Matematika Modern", adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam sejarah barat modern. Dia menginspirasi generasi filsuf kontemporer dan setelahnya, membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang kita kenal sebagai rasionalisme kontinental, sebuah posisi filosofikal pada Eropa abad ke-17 dan 18.
Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir.
Dalam bahasa Latin kalimat ini adalah: cogito ergo sum sedangkan dalam bahasa Perancis adalah: Je pense donc je suis. Keduanya artinya adalah:
"Aku berpikir maka aku ada". (Ing: I think, therefore I am)
Meski paling dikenal karena karya-karya filosofinya, dia juga telah terkenal sebagai pencipta sistem koordinat Kartesius, yang mempengaruhi perkembangan kalkulus modern.
Socrates
Socrates (Bahasa Yunani Σωκράτης, Sǒcratēs) (470 SM - 399 SM) adalah
filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur tradisi filosofis
Barat yang paling penting. Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi
pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan
Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga
mengajar Aristoteles.
Pengajaran
Socrates diperkirakan berprofesi sebagai seorang ahli bangunan (stone mason) untuk mencukupi hidupnya. Penampilan fisiknya pendek dan tidak tampan, akan tetapi karena pesona, karakter dan kepandaiannya ia dapat membuat para aristokrat muda Athena saat itu untuk membentuk kelompok yang belajar epadanya.
Metode pembelajaran Socrates bukanlah dengan cara menjelaskan, melainkan dengan cara mengajukan pertanyaan, menunjukkan kesalahan logika dari jawaban, serta dengan menanyakan lebih jauh lagi, sehingga para siswanya terlatih untuk mampu memperjelas ide-ide mereka sendiri dan dapat mendefinisikan konsep-konsep yang mereka maksud dengan mendetail.
Socrates sediri tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Kebanyakan yang kita ketahui mengenai buah pikiran Socrates berasal dari catatan oleh Plato, Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya.
Filosofi
Salah satu catatan Plato yang terkenal adalah Dialogue, yang isinya berupa percakapan antara dua orang pria tentang berbagai topik filsafat. Socrates percaya bahwa manusia ada untuk suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar memainkan eranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya. Sebagai seorang pengajar, Socrates dikenang karena keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya. Socrates percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada dasarnya adalah jujur, dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Pepatahnya yang terkenal: "Kenalilah dirimu".
Socrates percaya bahwa pemerintahan yang ideal harus melibatkan orang-orang yang bijak, yang dipersiapkan dengan baik, dan mengatur kebaikan-kebaikan untuk
masyarakat. Ia juga dikenang karena menjelaskan gagasan sistematis bagi pembelajaran mengenai keseimbangan alami lingkungan, yang kemudian akan mengarah pada perkembangan metode ilmu pengetahuan.
Kematian
Dengan demikian, Socrates memiliki pandangan yang bertentangan dengan kepercayaan umum masyarakat Yunani saat itu, yaitu kepercayaan pada kuil (oracle) dari dewa-dewa. Socrates percaya akan gagasan mengenai gaya tunggal dan transenden yang ada di balik pergerakan alam ini.
Pandangan yang ia bawa tersebut akhirnya membuatnya dipenjara dengan tuduhan
merusak ahlak pemuda-pemuda Athena. Pengadilan dan cobaan yang dialaminya
digambarkan dalam catatan Apology oleh Plato, sedangkan serangkaian percakapannya dengan para siswanya ketika ia dipenjara digambarkan dalam Phaedo, juga oleh Plato. Bagaimanapun, Socrates dinyatakan bersalah dan ia ditawarkan untuk bunuh diri dengan meminum racun. Penawaran tersebut diterimanya dengan tenang, meskipun para siswanya telah berulangkali membujuknya untuk melarikan diri. Menurut Phaedo, Socrates meninggal dengan tenang dengan dikelilingi oleh kawan-kawan dan siswanya.
Pengaruh
Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.
Referensi
1. Ferguson, Wallace K., and Geoffrey Bruun. A Survey of European Civilization
2. (4th Ed), pg. 38-39. Houghton Mifflin Company / Boston, 1969, USA.
3. Yenne, Bill. 100 Pria Pengukir Sejarah Dunia (hal 32-33). Alih bahasa: Didik
4. Djunaedi. PT. Pustaka Delapratasa, 2002, Jakarta.
filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur tradisi filosofis
Barat yang paling penting. Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi
pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan
Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga
mengajar Aristoteles.
Pengajaran
Socrates diperkirakan berprofesi sebagai seorang ahli bangunan (stone mason) untuk mencukupi hidupnya. Penampilan fisiknya pendek dan tidak tampan, akan tetapi karena pesona, karakter dan kepandaiannya ia dapat membuat para aristokrat muda Athena saat itu untuk membentuk kelompok yang belajar epadanya.
Metode pembelajaran Socrates bukanlah dengan cara menjelaskan, melainkan dengan cara mengajukan pertanyaan, menunjukkan kesalahan logika dari jawaban, serta dengan menanyakan lebih jauh lagi, sehingga para siswanya terlatih untuk mampu memperjelas ide-ide mereka sendiri dan dapat mendefinisikan konsep-konsep yang mereka maksud dengan mendetail.
Socrates sediri tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Kebanyakan yang kita ketahui mengenai buah pikiran Socrates berasal dari catatan oleh Plato, Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya.
Filosofi
Salah satu catatan Plato yang terkenal adalah Dialogue, yang isinya berupa percakapan antara dua orang pria tentang berbagai topik filsafat. Socrates percaya bahwa manusia ada untuk suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar memainkan eranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya. Sebagai seorang pengajar, Socrates dikenang karena keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya. Socrates percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada dasarnya adalah jujur, dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Pepatahnya yang terkenal: "Kenalilah dirimu".
Socrates percaya bahwa pemerintahan yang ideal harus melibatkan orang-orang yang bijak, yang dipersiapkan dengan baik, dan mengatur kebaikan-kebaikan untuk
masyarakat. Ia juga dikenang karena menjelaskan gagasan sistematis bagi pembelajaran mengenai keseimbangan alami lingkungan, yang kemudian akan mengarah pada perkembangan metode ilmu pengetahuan.
Kematian
Dengan demikian, Socrates memiliki pandangan yang bertentangan dengan kepercayaan umum masyarakat Yunani saat itu, yaitu kepercayaan pada kuil (oracle) dari dewa-dewa. Socrates percaya akan gagasan mengenai gaya tunggal dan transenden yang ada di balik pergerakan alam ini.
Pandangan yang ia bawa tersebut akhirnya membuatnya dipenjara dengan tuduhan
merusak ahlak pemuda-pemuda Athena. Pengadilan dan cobaan yang dialaminya
digambarkan dalam catatan Apology oleh Plato, sedangkan serangkaian percakapannya dengan para siswanya ketika ia dipenjara digambarkan dalam Phaedo, juga oleh Plato. Bagaimanapun, Socrates dinyatakan bersalah dan ia ditawarkan untuk bunuh diri dengan meminum racun. Penawaran tersebut diterimanya dengan tenang, meskipun para siswanya telah berulangkali membujuknya untuk melarikan diri. Menurut Phaedo, Socrates meninggal dengan tenang dengan dikelilingi oleh kawan-kawan dan siswanya.
Pengaruh
Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.
Referensi
1. Ferguson, Wallace K., and Geoffrey Bruun. A Survey of European Civilization
2. (4th Ed), pg. 38-39. Houghton Mifflin Company / Boston, 1969, USA.
3. Yenne, Bill. 100 Pria Pengukir Sejarah Dunia (hal 32-33). Alih bahasa: Didik
4. Djunaedi. PT. Pustaka Delapratasa, 2002, Jakarta.
Ibnu Tufail
Ibnu Tufail (sekitar1105–1185) nama lengkap; Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Tufail al-Qaisi al-Andalusi أبو بكر محمد بن عبد الملك بن محمد
بن طفيل القيسي الأندلسي (nama Latin Abubacer) ialah filsuf, dokter, dan pejabat
pengadilan Arab Muslim dari Andalusia. Lahir di Guadix dekat Granada, ia dididik oleh Ibnu Bajjah (Avempace). Ia menjabat sekretaris untuk penguasa Granada, dan kemudian sebagai vizier dan dokter untuk Abu Yaqub Yusuf, penguasa Spanyol Islam (Al-Andalus) di bawah pemerintahan Almohad, pada yang mana ia menganjurkan Ibnu Rushd sebagai penggantinya sendiri saat ia beristirahat pada 1182. Ia meninggal di Maroko.
Di zamannya nama baiknya sebagai pemikir & pelajar telah membuatnya dipuji sebagai Maecenas. Ibnu Tufail juga merupakan pengarang Hayy ibn Yaqthan حي بن
يقظان (Hidup, Putra Kesadaran) roman filsafat, dan kisah alegori lelaki yang hidup sendiri di sebuah pulau dan dan yang tanpa hubungan dengan manusia lainnya menemukan kebenaran dengan pemikiran yang masuk akal, dan kemudian keterkejutannya pada kontak dengan masyarakat manusia untuk dogmatisme, dan
penyakit lainnya.
Karya
teks Hayy bin Yaqthan di PDF
Referensi
P. Brönnle, The Awakening of the Soul (London, 1905)
بن طفيل القيسي الأندلسي (nama Latin Abubacer) ialah filsuf, dokter, dan pejabat
pengadilan Arab Muslim dari Andalusia. Lahir di Guadix dekat Granada, ia dididik oleh Ibnu Bajjah (Avempace). Ia menjabat sekretaris untuk penguasa Granada, dan kemudian sebagai vizier dan dokter untuk Abu Yaqub Yusuf, penguasa Spanyol Islam (Al-Andalus) di bawah pemerintahan Almohad, pada yang mana ia menganjurkan Ibnu Rushd sebagai penggantinya sendiri saat ia beristirahat pada 1182. Ia meninggal di Maroko.
Di zamannya nama baiknya sebagai pemikir & pelajar telah membuatnya dipuji sebagai Maecenas. Ibnu Tufail juga merupakan pengarang Hayy ibn Yaqthan حي بن
يقظان (Hidup, Putra Kesadaran) roman filsafat, dan kisah alegori lelaki yang hidup sendiri di sebuah pulau dan dan yang tanpa hubungan dengan manusia lainnya menemukan kebenaran dengan pemikiran yang masuk akal, dan kemudian keterkejutannya pada kontak dengan masyarakat manusia untuk dogmatisme, dan
penyakit lainnya.
Karya
teks Hayy bin Yaqthan di PDF
Referensi
P. Brönnle, The Awakening of the Soul (London, 1905)
Friedrich Nietzsche
Friedrich Wilhelm Nietzsche (Röcken dekat Lützen, 15 Oktober 1844 – Weimar, 25 Agustus 1900), adalah seorang filsuf Jerman dan seorang ahli ilmu filologi yang meneliti teks-teks kuno.
Kehidupan
Friedrich Nietzsche dilahirkan di kota Röcken, di wilayah Sachsen. Orang tuanya adalah pendeta Lutheran Carl Ludwig Nietzsche (1813-1849) dan istrinya Franziska, nama lajang Oehler (1826-1897). Ia diberi nama untuk menghormati kaisar Prusia Friedrich Wilhelm IV yang memiliki tanggal lahir yang sama. Adik perempuannya Elisabeth dilahirkan pada 1846. Setelah kematian ayahnya pada 1849 dan adik laki-lakinya Ludwig Joseph (1848-1850) keluarga ini pindah ke Naumburg dekat Saale.
Filosofi
Filsafat Nietzsche adalah filsafat cara memandang 'kebenaran' atau dikenal dengan istilah filsafat perspektivisme. Nietzsche juga dikenal sebagai "sang pembunuh Tuhan" (dalam Also sprach Zarathustra). Ia memprovokasi dan mengkritik kebudayaan Barat di zaman-nya (dengan peninjauan ulang semua nilai dan tradisi atau Umwertung aller Werten) yang sebagian besar dipengaruhi oleh pemikiran Plato dan tradisi kekristenan (keduanya mengacu kepada paradigma kehidupan setelah kematian, sehingga menurutnya anti dan pesimis terhadap kehidupan). Walaupun demikian dengan kematian Tuhan berikut paradigma kehidupan setelah kematian tersebut, filosofi Nietzsche tidak menjadi sebuah filosofi nihilisme. Justru sebaliknya yaitu sebuah filosofi untuk menaklukan nihilisme [1] (Überwindung der Nihilismus) dengan mencintai utuh kehidupan (Lebensbejahung), dan memposisikan manusia sebagai manusia purna Übermensch dengan kehendak untuk berkuasa (der Wille zur Macht).
Selain itu Nietzsche dikenal sebagai filsuf seniman (Künstlerphilosoph) dan banyak mengilhami pelukis moderen Eropa di awal abad ke-20, seperti Franz Marc, Francis Bacon,dan Giorgio de Chirico, juga para penulis seperti Robert Musil, dan Thomas Mann. Menurut Nietzsche kegiatan seni adalah kegiatan metafisik yang memiliki kemampuan untuk me-transformasi-kan tragedi hidup.
Kutipan
• "Saya bukan seorang manusia, saya adalah sebuah dinamit!"
• "Yang penting bukanlah kehidupan kekal (das ewige Leben), melainkan kekal-nya 'yang menghidupkan' (die ewige Lebendigkeit)! "
• "Tuhan sudah mati"
Karya
Karya-karya Nietszche yang terpenting adalah:
• 1872 - Die Geburt der Tragödie (Kelahiran tragedi)
• 1873-1876 - Unzeitgemässe Betrachtungen (Pandangan non-kontemporer)
• 1878-1880 - Menschliches, Allzumenschliches (Manusiawi, terlalu manusiawi)
• 1881 - Morgenröthe (Merahnya pagi)
• 1882 - Die fröhliche Wissenschaft (Ilmu yang gembira)
• 1883-1885 - Also sprach Zarathustra (Maka berbicaralah Zarathustra)
• 1886 - Jenseits von Gut und Böse (Melampaui kebajikan dan kejahatan)
• 1887 - Zur Genealogie der Moral (Mengenai silsilah moral)
• 1888 - Der Fall Wagner (Hal perihal Wagner)
• 1889 - Götzen-Dämmerung (Menutupi berhala)
• 1889 - Der Antichrist (Sang Antikristus)
• 1889 - Ecce Homo (Lihat sang Manusia)
• 1889 - Dionysos-Dithyramben
• 1889 - Nietzsche contra Wagner
Catatan kaki
1. nihilisme di sini juga dipahami sebagai 'kedatangan kekal yang sama (atau dalam terminologi Nietzsche : 'die Ewige Wiederkehr des Gleichen') yang merupakan siklus berulang-ulang dalam kehidupan tanpa makna berarti di baliknya seperti datang dan perginya kegembiraan, duka, harapan, kenikmatan, kesakitan, ke-khilafan, dan seterusnya...
Kehidupan
Friedrich Nietzsche dilahirkan di kota Röcken, di wilayah Sachsen. Orang tuanya adalah pendeta Lutheran Carl Ludwig Nietzsche (1813-1849) dan istrinya Franziska, nama lajang Oehler (1826-1897). Ia diberi nama untuk menghormati kaisar Prusia Friedrich Wilhelm IV yang memiliki tanggal lahir yang sama. Adik perempuannya Elisabeth dilahirkan pada 1846. Setelah kematian ayahnya pada 1849 dan adik laki-lakinya Ludwig Joseph (1848-1850) keluarga ini pindah ke Naumburg dekat Saale.
Filosofi
Filsafat Nietzsche adalah filsafat cara memandang 'kebenaran' atau dikenal dengan istilah filsafat perspektivisme. Nietzsche juga dikenal sebagai "sang pembunuh Tuhan" (dalam Also sprach Zarathustra). Ia memprovokasi dan mengkritik kebudayaan Barat di zaman-nya (dengan peninjauan ulang semua nilai dan tradisi atau Umwertung aller Werten) yang sebagian besar dipengaruhi oleh pemikiran Plato dan tradisi kekristenan (keduanya mengacu kepada paradigma kehidupan setelah kematian, sehingga menurutnya anti dan pesimis terhadap kehidupan). Walaupun demikian dengan kematian Tuhan berikut paradigma kehidupan setelah kematian tersebut, filosofi Nietzsche tidak menjadi sebuah filosofi nihilisme. Justru sebaliknya yaitu sebuah filosofi untuk menaklukan nihilisme [1] (Überwindung der Nihilismus) dengan mencintai utuh kehidupan (Lebensbejahung), dan memposisikan manusia sebagai manusia purna Übermensch dengan kehendak untuk berkuasa (der Wille zur Macht).
Selain itu Nietzsche dikenal sebagai filsuf seniman (Künstlerphilosoph) dan banyak mengilhami pelukis moderen Eropa di awal abad ke-20, seperti Franz Marc, Francis Bacon,dan Giorgio de Chirico, juga para penulis seperti Robert Musil, dan Thomas Mann. Menurut Nietzsche kegiatan seni adalah kegiatan metafisik yang memiliki kemampuan untuk me-transformasi-kan tragedi hidup.
Kutipan
• "Saya bukan seorang manusia, saya adalah sebuah dinamit!"
• "Yang penting bukanlah kehidupan kekal (das ewige Leben), melainkan kekal-nya 'yang menghidupkan' (die ewige Lebendigkeit)! "
• "Tuhan sudah mati"
Karya
Karya-karya Nietszche yang terpenting adalah:
• 1872 - Die Geburt der Tragödie (Kelahiran tragedi)
• 1873-1876 - Unzeitgemässe Betrachtungen (Pandangan non-kontemporer)
• 1878-1880 - Menschliches, Allzumenschliches (Manusiawi, terlalu manusiawi)
• 1881 - Morgenröthe (Merahnya pagi)
• 1882 - Die fröhliche Wissenschaft (Ilmu yang gembira)
• 1883-1885 - Also sprach Zarathustra (Maka berbicaralah Zarathustra)
• 1886 - Jenseits von Gut und Böse (Melampaui kebajikan dan kejahatan)
• 1887 - Zur Genealogie der Moral (Mengenai silsilah moral)
• 1888 - Der Fall Wagner (Hal perihal Wagner)
• 1889 - Götzen-Dämmerung (Menutupi berhala)
• 1889 - Der Antichrist (Sang Antikristus)
• 1889 - Ecce Homo (Lihat sang Manusia)
• 1889 - Dionysos-Dithyramben
• 1889 - Nietzsche contra Wagner
Catatan kaki
1. nihilisme di sini juga dipahami sebagai 'kedatangan kekal yang sama (atau dalam terminologi Nietzsche : 'die Ewige Wiederkehr des Gleichen') yang merupakan siklus berulang-ulang dalam kehidupan tanpa makna berarti di baliknya seperti datang dan perginya kegembiraan, duka, harapan, kenikmatan, kesakitan, ke-khilafan, dan seterusnya...
Aristoteles
Aristoteles (Bahasa Yunani: ‘Aριστοτέλης), (384 SM – 7 Maret, 322 SM) adalah filsuf Yunani. Bersama dengan Socrates dan Plato, dia sering dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat.
Masa muda
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah). Pada usia 17 tahun, Aristoteles bergabung menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Pada masa itu, ia sempat pula menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, tetapi ketika Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM.
Kontribusi dan karya
Filsafat Aristoteles berkembang pada waktu ia memimpin Lyceum, yang mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang metafisika, fisika, etika, politik, kedokteran dan ilmu alam.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam. Plato menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, sedangkan Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Selanjutnya ia menyatakan bahwa bentuk materi yang sempurna, murni atau bentuk akhir, adalah apa yang dinyatakannya sebagai theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki.
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti fisika, astronomi, biologi, psikologi, metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Pengaruh
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation), banyak teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut karena dianggap masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru.
Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master of those who know", sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri.
Referensi
• Ferguson, Wallace K., and Geoffrey Bruun. A Survey of European Civilization (4th Ed), pg. 39. Houghton Mifflin Company / Boston, 1969, USA.
• Yenne, Bill. 100 Pria Pengukir Sejarah Dunia (hal 38-39). Alih bahasa: Didik Djunaedi. PT. Pustaka Delapratasa, 2002, Jakarta.
Masa muda
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah). Pada usia 17 tahun, Aristoteles bergabung menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Pada masa itu, ia sempat pula menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, tetapi ketika Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM.
Kontribusi dan karya
Filsafat Aristoteles berkembang pada waktu ia memimpin Lyceum, yang mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang metafisika, fisika, etika, politik, kedokteran dan ilmu alam.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam. Plato menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, sedangkan Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Selanjutnya ia menyatakan bahwa bentuk materi yang sempurna, murni atau bentuk akhir, adalah apa yang dinyatakannya sebagai theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki.
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti fisika, astronomi, biologi, psikologi, metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Pengaruh
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation), banyak teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut karena dianggap masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru.
Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master of those who know", sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri.
Referensi
• Ferguson, Wallace K., and Geoffrey Bruun. A Survey of European Civilization (4th Ed), pg. 39. Houghton Mifflin Company / Boston, 1969, USA.
• Yenne, Bill. 100 Pria Pengukir Sejarah Dunia (hal 38-39). Alih bahasa: Didik Djunaedi. PT. Pustaka Delapratasa, 2002, Jakarta.
Sabtu, 09 Juli 2011
Immanuel Kant
Immanuel Kant (Königsberg, 22 April 1724 - Königsberg, 12 Februari 1804) adalah seorang filsuf Jerman. Karya Kant yang terpenting adalah Kritik der Reinen Vernunft, 1781. Dalam bukunya ini ia “membatasi pengetahuan manusia”. Atau dengan kata lain “apa yang bisa diketahui manusia.” Ia menyatakan ini dengan memberikan tiga pertanyaan:
• Apakah yang bisa kuketahui?
• Apakah yang harus kulakukan?
• Apakah yang bisa kuharapkan?
Pertanyaan ini dijawab sebagai berikut:
• Apa-apa yang bisa diketahui manusia hanyalah yang dipersepsi dengan panca indria. Lain daripada itu merupakan “ilusi” saja, hanyalah ide.
• Semua yang harus dilakukan manusia harus bisa diangkat menjadi sebuah peraturan umum. Hal ini disebut dengan istilah “imperatif kategoris”. Contoh: orang sebaiknya jangan mencuri, sebab apabila hal ini diangkat menjadi peraturan umum, maka apabila semua orang mencuri, masyarakat tidak akan jalan.
• Yang bisa diharapkan manusia ditentukan oleh akal budinya. Inilah yang memutuskan pengharapan manusia.
Ketiga pertanyaan di atas ini bisa digabung dan ditambahkan menjadi pertanyaan keempat: “Apakah itu manusia?”
Daftar karya
• 1755: Allgemeine Naturgeschichte und Theorie des Himmels
• 1755: meditationum quaerandam de igne saccincta delinetatio
• 1755: Neue Erhellung der ersten Grundsätze metaphysischer Erkenntnisse
• 1756: Physische Monadologie
• 1756: Neue Anmerkungen zur Erläuterung der Theorie der Winde
• 1762: Die falsche Spitzfindigkeit der vier syllogistischen Figuren
• 1763: Versuch, den Begriff der negativen Größen in der Weltweisheit einzuführen
• 1763: Untersuchung über die Deutlichkeit der Grundsätze der natürlichen Theologie und Moral
• 1763: Der einzige mögliche Beweisgrund zu einer Demonstration für das Dasein Gottes
• 1764: Beobachtungen über das Gefühl des Schönen und Erhabenen
• 1764: Über die Krankheit des Kopfes
• 1766: Träume eines Geistersehers erläutert durch Träume der Metaphysik. (Über Emanuel Swedenborg)
• 1770: Über die Form und die Prinzipien der sinnlichen und intelligiblen Welt. (De mundi sensibilis atque intelligibillis forma et principiis.)
• 1775: Über die verschiedenen Rassen der Menschen
• 1781: 1. Auflage der Kritik der reinen Vernunft
• 1783: Prolegomena zu einer jeden künftigen Metaphysik, die als Wissenschaft wird auftreten können
• 1784: Idee zu einer allgemeinen Geschichte in weltbürgerlicher Absicht
• 1784: Beantwortung der Frage: Was ist Aufklärung
• 1785: Grundlegung der Metaphysik der Sitten
• 1786: Metaphysische Anfangsgründe der Naturwissenschaft
• 1786: Mutmaßlicher Anfang der Menschengeschichte
• 1787: Kritik der reinen Vernunft 2., stark erweiterte Auflage
• 1788: Kritik der praktischen Vernunft
• 1790: Kritik der Urteilskraft
• 1793: Die Religion innerhalb der Grenzen der bloßen Vernunft
• 1793: Über den Gemeinspruch: Das mag in der Theorie richtig sein, taugt aber nicht für die Praxis
• 1794: Das Ende aller Dinge
• 1795: Zum ewigen Frieden
• 1797: Die Metaphysik der Sitten
• 1798: Der Streit der Fakultäten
• 1798: Anthropologie in pragmatischer Hinsicht abgefasst
• Apakah yang bisa kuketahui?
• Apakah yang harus kulakukan?
• Apakah yang bisa kuharapkan?
Pertanyaan ini dijawab sebagai berikut:
• Apa-apa yang bisa diketahui manusia hanyalah yang dipersepsi dengan panca indria. Lain daripada itu merupakan “ilusi” saja, hanyalah ide.
• Semua yang harus dilakukan manusia harus bisa diangkat menjadi sebuah peraturan umum. Hal ini disebut dengan istilah “imperatif kategoris”. Contoh: orang sebaiknya jangan mencuri, sebab apabila hal ini diangkat menjadi peraturan umum, maka apabila semua orang mencuri, masyarakat tidak akan jalan.
• Yang bisa diharapkan manusia ditentukan oleh akal budinya. Inilah yang memutuskan pengharapan manusia.
Ketiga pertanyaan di atas ini bisa digabung dan ditambahkan menjadi pertanyaan keempat: “Apakah itu manusia?”
Daftar karya
• 1755: Allgemeine Naturgeschichte und Theorie des Himmels
• 1755: meditationum quaerandam de igne saccincta delinetatio
• 1755: Neue Erhellung der ersten Grundsätze metaphysischer Erkenntnisse
• 1756: Physische Monadologie
• 1756: Neue Anmerkungen zur Erläuterung der Theorie der Winde
• 1762: Die falsche Spitzfindigkeit der vier syllogistischen Figuren
• 1763: Versuch, den Begriff der negativen Größen in der Weltweisheit einzuführen
• 1763: Untersuchung über die Deutlichkeit der Grundsätze der natürlichen Theologie und Moral
• 1763: Der einzige mögliche Beweisgrund zu einer Demonstration für das Dasein Gottes
• 1764: Beobachtungen über das Gefühl des Schönen und Erhabenen
• 1764: Über die Krankheit des Kopfes
• 1766: Träume eines Geistersehers erläutert durch Träume der Metaphysik. (Über Emanuel Swedenborg)
• 1770: Über die Form und die Prinzipien der sinnlichen und intelligiblen Welt. (De mundi sensibilis atque intelligibillis forma et principiis.)
• 1775: Über die verschiedenen Rassen der Menschen
• 1781: 1. Auflage der Kritik der reinen Vernunft
• 1783: Prolegomena zu einer jeden künftigen Metaphysik, die als Wissenschaft wird auftreten können
• 1784: Idee zu einer allgemeinen Geschichte in weltbürgerlicher Absicht
• 1784: Beantwortung der Frage: Was ist Aufklärung
• 1785: Grundlegung der Metaphysik der Sitten
• 1786: Metaphysische Anfangsgründe der Naturwissenschaft
• 1786: Mutmaßlicher Anfang der Menschengeschichte
• 1787: Kritik der reinen Vernunft 2., stark erweiterte Auflage
• 1788: Kritik der praktischen Vernunft
• 1790: Kritik der Urteilskraft
• 1793: Die Religion innerhalb der Grenzen der bloßen Vernunft
• 1793: Über den Gemeinspruch: Das mag in der Theorie richtig sein, taugt aber nicht für die Praxis
• 1794: Das Ende aller Dinge
• 1795: Zum ewigen Frieden
• 1797: Die Metaphysik der Sitten
• 1798: Der Streit der Fakultäten
• 1798: Anthropologie in pragmatischer Hinsicht abgefasst
Minggu, 03 Juli 2011
Siddhartha Gautama
Gautama Buddha dilahirkan dengan nama Siddhārtha Gautama (- Sansekerta, Siddhattha Gotama Pali: keturunan Gotama yang tujuannya tercapai), dia kemudian menjadi sang Buddha (secara harafiah: orang yang telah mencapai Penerangan Sempurna). Dia juga dikenal sebagai Shakyamuni atau Sakyamuni ('orang bijak dari kaum Sakya') dan sebagai sang Tathagata.
Riwayat Hidup Siddharta Gautama
Orang tua
Ayah dari Pangeran Siddharta adalah Sri Baginda Raja Suddhodana dari Suku Sakya dan ibunya adalah Sri Ratu Mahä Mäyä Dewi. Ibunda Ratu meninggal dunia tujuh hari setelah melahirkan Sang Pangeran. Setelah meninggal, beliau terlahir di alam Tusita, yaitu alam sorga luhur. Sejak itu maka yang merawat Pangeran Siddharta adalah Mahä Pajäpati, bibinya yang juga menjadi isteri Raja Suddhodana.
Kelahiran
Pangeran Siddharta dilahirkan pada tahun 623 SM di Taman Lumbini. Oleh para pertapa di bawah pimpinan Asita Kaladewala diramalkan bahwa Pangeran Siddharta kelak akan menjadi Maharaja Diraja atau akan menjadi Seorang Buddha. Hanya pertapa Kondañña yang dengan pasti meramalkan bahwa Sang Pangeran kelak akan menjadi Buddha. Mendengar ramalan tersebut Sri Baginda menjadi cemas, karena apabila Sang Pangeran menjadi Buddha, tidak ada yang akan mewarisi tahta kerajaannya. Oleh pertanyaan Sang Raja, para pertapa itu menjelaskan agar Sang Pangeran jangan sampai melihat empat macam peristiwa, atau ia akan menjadi pertapa dan menjadi Buddha. Empat macam peristiwa itu adalah:
• Orang tua,
• Orang sakit,
• Orang mati,
• Seorang pertapa.
Masa kecil
Sejak kecil sudah terlihat bahwa Sang Pangeran adalah seorang anak yang cerdas dan sangat pandai, selalu dilayani oleh pelayan-pelayan dan dayang-dayang yang masih muda dan cantik rupawan di istana yang megah dan indah. Dalam usia 16 tahun Pangeran Siddharta menikah dengan Puteri Yasodhara yang dipersuntingnya setelah memenangkan berbagai sayembara. Ternyata akhirnya Sang Pangeran melihat empat peristiwa yang selalu diusahakan agar tidak berada di dalam penglihatannya, setelah itu Pangeran Siddharta tampak murung dan kecewa melihat kenyataan hidup yang penuh dengan derita ini. Dalam Usia 7 tahun Pangeran Siddharta telah mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Tetapi Pangeran Siddharta kurang berminat dengan pelajaran tersebut. Pangeran Siddharta mendiami tiga istana, yaitu istana musim semi, musim hujan dan pancaroba.
Masa dewasa
Ketika beliau berusia 29 tahun, putera pertamanya lahir dan diberi nama Rahula. Setelah itu Pangeran Siddharta meninggalkan istana, keluarga, kemewahan, untuk pergi berguru mencari ilmu sejati yang dapat membebaskan manusia dari usia tua, sakit dan mati. Pertapa Siddharta berguru kepada Alära Käläma dan kemudian kepada Uddaka Ramäputra, tetapi tidak merasa puas karena tidak memperoleh yang diharapkannya. Kemudian beliau bertapa menyiksa diri dengan ditemani lima orang pertapa. Akhirnya beliau juga meninggalkan cara yang ekstrim itu dan bermeditasi di bawah pohon Bodhi untuk mendapatkan Penerangan Agung.
Kata-kata pertapa Asita membuat Baginda tidak tenang siang dan malam, karena khawatir kalau putra tunggalnya akan meninggalkan istana dan menjadi pertapa, mengembara tanpa tempat tinggal. Untuk itu Baginda memilih banyak pelayan untuk merawat Pangeran Siddharta, agar putra tunggalnya menikmati hidup keduniawian. Segala bentuk penderitaan berusaha disingkirkan dari kehidupan Pangeran Siddharta, seperti sakit, umur tua, dan kematian. Sehingga Pangeran hanya mengetahui kenikmatan duniawi.
Suatu hari Pangeran Siddharta meminta ijin untuk berjalan di luar istana, dimana pada kesempatan yang berbeda dilihatnya Empat Kondisi yang sangat berarti, yaitu orang tua, orang sakit, orang mati dan orang suci. Sehingga Pangeran Siddharta bersedih dan menanyakan kepada dirinya sendiri, " Apa arti kehidupan ini, kalau semuanya akan menderita sakit, umur tua dan kematian. Lebih-lebih mereka yang minta pertolongan kepada orang yang tidak mengerti, yang sama-sama tidak tahu dan terikat dengan segala sesuatu yang sifatnya sementara ini ! ". Pangeran Siddharta berpikir bahwa hanya kehidupan suci yang akan memberikan semua jawaban tersebut.
Selama 10 tahun lamanya Pangeran Siddharta hidup dalam kesenangan duniawi.
Pergolakan batin Pangeran Siddharta berjalan terus sampai berusia 29 tahun, tepat pada saat putra tunggalnya Rahula lahir. Pada suatu malam, Pangeran Siddharta memutuskan untuk meninggalkan istananya dan dengan ditemani oleh kusirnya Canna. Tekadnya telah bulat untuk melakukan Pelepasan Agung dengan menjalani hidup sebagai pertapa.
Didalam pengembaraannya, pertapa Gautama mempelajari latihan pertapaan dari pertapa Bhagava dan kemudian memperdalam cara bertapa dari dua pertapa lainnya, yaitu pertapa Alara Kalama dan pertapa Udraka Ramputra. Namun setelah mempelajari cara bertapa dari kedua gurunya tersebut, tetap belum ditemukan jawaban yang diinginkannya . Sehingga sadarlah pertapa Gautama bahwa dengan cara bertapa seperti itu tidak akan mencapai Pencerahan Sempurna.
Kemudian pertapa Gautama meninggalkan kedua gurunya dan pergi ke Magada untuk melaksanakan bertapa menyiksa diri di hutan Uruwela, di tepi sungai Nairanjana yang mengalir dekat hutan Gaya. Walaupun telah melakukan bertapa menyiksa diri selama enam tahun di hutan Uruwela, tetap pertapa Gautama belum juga dapat memahami hakekat dan tujuan dari hasil pertapaan yang dilakukan tersebut.
Pada suatu hari pertapa Gautama dalam pertapaannya mendengar seorang tua sedang menasehati anaknya di atas perahu yang melintasi sungai Nairanjana dengan mengatakan, " Bila senar kecapi ini dikencangkan, suaranya akan semakin tinggi. Kalau terlalu dikencangkan, putuslah senar kecapi ini, dan lenyaplah suara kecapi itu. Bila senar kecapi ini dikendorkan, suaranya akan semakin merendah. Kalau terlalu dikendorkan, maka lenyaplah suara kecapi itu."
Nasehat tersebut sangat berarti bagi pertapa Gautama yang akhirnya memutuskan untuk menghentikan tapanya lalu pergi ke sungai untuk mandi. Badannya yang telah tinggal tulang hampir tidak sanggup untuk menopang tubuh pertapa Gautama. Seorang wanita bernama Sujata memberi pertapa Gautama semangkuk susu. Badannya dirasakannya sangat lemah dan maut hampir saja merenggut jiwanya, namun dengan kemauan yang keras membaja, pertapa Gautama melanjutkan samadhinya di bawah pohon Bodhi (Asetta) di hutan Gaya, sambil berprasetya, "Meskipun darahku mengering, dagingku membusuk, tulang belulang jatuh berserakan , tetapi aku tidak akan meninggalkan tempat ini sampai aku mencapai Pencerahan Sempurna." Perasaan bimbang dan ragu melanda diri pertapa Gautama, hampir saja Beliau putus asa menghadapi godaan Mara, setan penggoda yang dahsyat itu. Dengan kemauan yang keras membaja dan dengan iman yang teguh kukuh, akhirnya godaan Mara dapat dilawan dan ditaklukkannya. Hal ini terjadi ketika bintang pagi memperlihatkan dirinya di ufuk timur.
Sekarang pertapa Gautama menjadi terang dan jernih, secerah sinar fajar yang menyingsing di ufuk timur. Pertapa Gautama telah mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha [Sammasam-Buddha], tepat pada saat bulan Purnama Raya di bulan Waisak ketika Beliau berusia 35 tahun (menurut versi Buddhisme Mahayana, 531 SM pada hari ke-8 bulan ke-12, menurut kalender Lunar. Versi WFB, pada bulan Mei tahun 588 SM). Pada saat mencapai Pencerahan Sempurna, dari tubuh Beliau memancarkan enam sinar Buddha [Buddharasmi] dengan warna warni Biru yang berarti bhakti; Kuning mengandung arti kebijaksanaan dan pengetahuan; Merah yang berarti kasih sayang dan welas-asih; Putih mengandung arti suci; Jingga berarti giat; dan campuran ke-lima sinar tersebut.
Penyebaran ajaran Buddha
Setelah mencapai Pencerahan Sempurna, pertapa Gautama mendapat gelar kesempurnaan yang antara lain : Buddha Gautama, Buddha Shakyamuni, Tathagata ('Ia Yang Telah Datang', Ia Yang Telah Pergi'), Sugata ('Yang Maha Tahu'), Bhagava ('Yang Agung') dan sebagainya. Lima pertapa yang mendampingi Beliau di hutan Uruwela merupakan murid pertama Sang Buddha yang mendengarkan khotbah pertama [Dharmacakra Pravartana/Dhammacakka Pavattana], dimana Beliau menjelaskan mengenai Jalan Tengah yang ditemukanNya, yaitu Delapan Ruas Jalan Kemuliaan termasuk awal khotbahNya yang menjelaskan Empat Kebenaran Mulia.
Buddha Gautama berkelana menyebarkan Dharma selama empat puluh lima tahun lamanya kepada umat manusia dengan penuh cinta kasih dan kasih sayang, hingga akhirnya mencapai usia 80 tahun, dimana Beliau mengetahui bahwa tiga bulan lagi Beliau akan Parinibbana.
Sang Buddha dalam keadaan sakit terbaring di antara dua pohon Sala di Kusinagara, memberikan khotbah Dharma terakhir kepada siswa-siswaNya, lalu Parinibbana (versi Buddhisme Mahayana, 486 SM pada hari ke-15 bulan ke-2 kalender Lunar. Versi WFB pada bulan Mei, 543 SM). Khotbah Buddha Gautama terakhir mengandung arti yang sangat dalam bagi siswa-siswaNya, yang antara lain :
• Percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan Ajaran Sang Buddha.
• Jadikanlah Ajaran Sang Buddha (Dharma) sebagai pencerahan hidup.
• Segala sesuatu tidak ada yang kekal abadi.
• Tujuan dari Ajaran Sang Buddha (Dharma) ialah untuk mengendalikan pikiran.
• Pikiran dapat menjadikan seseorang menjadi Buddha, namun pikiran dapat pula menjadikan seseorang menjadi binatang.
• Hendaknya saling menghormati satu dengan yang lain dan dapat menghindarkan diri dari segala macam perselisihan.
• Bilamana melalaikan Ajaran Sang Buddha, dapat berarti belum pernah berjumpa dengan Sang Buddha.
• Mara (setan) dan keinginan nafsu duniawi senantiasa mencari kesempatan untuk menipu umat manusia.
• Kematian hanyalah musnahnya badan jasmani.
• Buddha yang sejati bukan badan jasmani manusia, tetapi Pencerahan Sempurna.
• Kebijaksanaan Sempurna yang lahir dari Pencerahan Sempurna akan hidup selamanya di dalam Kebenaran.
• Hanya mereka yang mengerti, yang menghayati dan mengamalkan Dharma yang akan melihat Sang Buddha.
• Ajaran yang diberikan oleh Sang Buddha tidak ada yang dirahasiakan, ditutup-tutupi ataupun diselubungi.
Sang Buddha bersabda, "Dengarkan baik baik, wahai para bhikkhu, Aku sampaikan padamu: Akan membusuklah semua benda benda yang terbentuk, berjuanglah dengan penuh kesadaran!" (Digha Nikaya II, 156)
Sifat Agung Sang Buddha
Seorang Buddha memiliki sifat Cinta Kasih [maitri/metta] dan Kasih Sayang [karuna] yang diwujudkan oleh sabda Buddha Gautama, " Penderitaanmu adalah penderitaanku, dan kegembiraanmu adalah kegembiraanku." Manusia adalah pancaran dari semangat Cinta Kasih dan Kasih Sayang yang dapat menuntunnya kepada Pencerahan Sempurna.
Cinta Kasih dan Kasih Sayang seorang Buddha tidak terbatas oleh waktu dan selalu abadi, dimana telah ada dan memancar sejak manusia pertama kalinya terlahir dalam lingkaran hidup roda samsara yang disebabkan oleh ketidaktahuan atau kebodohan-batinnya. Jalan untuk mencapai Kebuddhaan ialah dengan melenyapkan ketidaktahuan atau kebodohan batin yang dimiliki oleh manusia. Pada waktu Pangeran Siddharta meninggalkan kehidupan duniawi, Beliau telah mengikrarkan Empat Prasetya yang berdasarkan Cinta Kasih dan Kasih Sayang yang tidak terbatas, yaitu :
1. Berusaha menolong semua makhluk.
2. Menolak semua keinginan nafsu keduniawian.
3. Mempelajari, menghayati dan mengamalkan Dharma.
4. Berusaha mencapai Pencerahan Sempurna.
Buddha Gautama pertama melatih diri untuk melaksanakan amal kebajikan kepada semua makhluk dengan menghindarkan diri dari sepuluh tindakan yang diakibatkan oleh tubuh, ucapan dan pikiran, yaitu
• Tubuh [kaya] : pembunuhan, pencurian, perbuatan jinah.
• Ucapan [vak] : penipuan, pembicaraan fitnah, pengucapan kasar, percakapan tiada manfaat.
• Pikiran [citta] : kemelekatan, niat buruk dan kepercayaan yang salah.
Cinta Kasih dan Kasih Sayang seorang Buddha adalah cinta kasih untuk kebahagiaan semua makhluk seperti orang tua mencintai anak-anaknya, dan mengharapkan berkah tertinggi terlimpah kepada mereka. Bagaikan hujan yang jatuh tanpa membeda-bedakan, demikianlah Cinta Kasih seorang Buddha. Akan tetapi terhadap mereka yang menderita sangat berat atau dalam keadaan batin gelap, Sang Buddha akan memberikan perhatian khusus. Dengan Kasih SayangNya, Sang Buddha menganjurkan supaya mereka berjalan di atas jalan yang benar dan mereka akan dibimbing dalam melawan kejahatan, hingga tercapai Pencerahan Sempurna. Sang Buddha adalah ayah dalam kasih sayang dan ibu dalam cinta kasih.
Sebagai Buddha yang abadi, Beliau telah mengenal semua orang dan dengan menggunakan berbagai cara Beliau telah berusaha untuk meringankan penderitaan semua makhluk. Buddha Gautama mengetahui sepenuhnya hakekat dunia, namun Beliau tidak pernah mau mengatakan bahwa dunia ini asli atau palsu, baik atau buruk. Beliau hanya menunjukkan tentang keadaan dunia sebagaimana adanya. Buddha Gautama mengajarkan agar setiap orang memelihara akar kebijaksanaan sesuai dengan watak, perbuatan dan kepercayaan masing-masing. Beliau tidak saja mengajarkan melalui ucapan, akan tetapi juga melalui perbuatan. Meskipun bentuk fisik tubuhNya tidak ada akhirnya, namun dalam mengajar umat manusia yang mendambakan hidup abadi, Beliau menggunakan jalan pembebasan dari kelahiran dan kematian untuk membangunkan perhatian mereka. Seorang Buddha memiliki sifat luhur antara lain :
1. Bertingkah laku baik;
2. Berpandangan hidup luhur;
3. Memiliki kebijaksanaan sempurna;
4. Memiliki kepandaian mengajar yang tiada bandingnya;
5. Memiliki cara menuntun dan membimbing manusia dalam mengamalkan Dharma.
Buddha Gautama memelihara semangatNya yang selalu tenang dan damai dengan melaksanakan meditasi. Sang Buddha membersihkan pikiran mereka dari kekotoran bathin dan menganugerahkan mereka kegembiraan dengan semangat tunggal yang sempurna. Jangkauan pikiran Sang Buddha melampaui jangkauan pikiran manusia biasa. Dengan kebijaksanaan yang sempurna, Buddha Gautama dapat menghindarkan diri dari sikap-sikap ekstrim dan prasangka, serta memiliki kesederhanaan. Oleh karena itu Beliau dapat mengetahui dan mengerti pikiran dan perasaan semua orang dan dapat melihat yang ada dan yang terjadi di dunia dalam sekejap, sehingga mendapatkan julukan seorang yang telah Mencapai Pencerahan Sempurna [Sammasam-Buddha] dan Yang Maha Tahu [Sugata].
Pengabdian Buddha Gautama telah membuat diriNya mampu mengatasi berbagai masalah didalam berbagai kesempatan yang pada hakekatnya adalah Dharma-kaya, yang merupakan keadaan sebenarnya dari hakekat yang hakiki dari seorang Buddha. Sang Buddha adalah pelambang dari kesucian, yang tersuci dari semua yang suci. Karena itu, Sang Buddha adalah Raja Dharma yang agung. Beliau dapat berkhotbah kepada semua orang, kapanpun dikehendakiNya. Sang Buddha mengkhotbahkan Dharma, akan tetapi sering terdapat telinga orang yang bodoh karena keserakahannya dan kebenciannya, tidak mau memperhatikan dan mendengarkan khotbahNya. Bagi mereka yang mendengarkan khotbahNya, yang dapat mengerti dan menghayati serta mengamalkan Sifat Agung Sang Buddha akan terbebas dari penderitaan hidup. Mereka tidak akan dapat tertolong hanya karena mengandalkan kepintarannya sendiri.
Buddha Gautama bersabda, " Hanya dengan jalan melalui kepercayaan, keyakinanlah, mereka akan dapat mengikuti ajaranKu. Karena itu setiap orang hendaknya mau mendengarkan ajaranKu, kemudian menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari."
Wujud dan Kehadiran Buddha
Buddha tidak hanya dapat diketahui dengan hanya melihat wujud dan sifatNya semata-mata, karena wujud dan sifat luar tersebut bukanlah Buddha yang sejati. Jalan yang benar untuk mengetahui Buddha adalah dengan jalan mencapai Pencerahan Sempurna. Buddha sejati tidak dapat dilihat oleh mata manusia biasa, sehingga Sifat Agung seorang Buddha tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Namun Buddha dapat mewujudkan diriNya dalam segala bentuk dengan sifat yang serba luhur. Apabila seseorang dapat melihat jelas wujudNya atau mengerti Sifat Agung Buddha, namun tidak tertarik kepada wujudNya atau sifatNya, dialah yang sesungguhnya yang telah mempunyai kebijaksanaan untuk melihat dan mengetahui Buddha dengan benar.
Riwayat Hidup Siddharta Gautama
Orang tua
Ayah dari Pangeran Siddharta adalah Sri Baginda Raja Suddhodana dari Suku Sakya dan ibunya adalah Sri Ratu Mahä Mäyä Dewi. Ibunda Ratu meninggal dunia tujuh hari setelah melahirkan Sang Pangeran. Setelah meninggal, beliau terlahir di alam Tusita, yaitu alam sorga luhur. Sejak itu maka yang merawat Pangeran Siddharta adalah Mahä Pajäpati, bibinya yang juga menjadi isteri Raja Suddhodana.
Kelahiran
Pangeran Siddharta dilahirkan pada tahun 623 SM di Taman Lumbini. Oleh para pertapa di bawah pimpinan Asita Kaladewala diramalkan bahwa Pangeran Siddharta kelak akan menjadi Maharaja Diraja atau akan menjadi Seorang Buddha. Hanya pertapa Kondañña yang dengan pasti meramalkan bahwa Sang Pangeran kelak akan menjadi Buddha. Mendengar ramalan tersebut Sri Baginda menjadi cemas, karena apabila Sang Pangeran menjadi Buddha, tidak ada yang akan mewarisi tahta kerajaannya. Oleh pertanyaan Sang Raja, para pertapa itu menjelaskan agar Sang Pangeran jangan sampai melihat empat macam peristiwa, atau ia akan menjadi pertapa dan menjadi Buddha. Empat macam peristiwa itu adalah:
• Orang tua,
• Orang sakit,
• Orang mati,
• Seorang pertapa.
Masa kecil
Sejak kecil sudah terlihat bahwa Sang Pangeran adalah seorang anak yang cerdas dan sangat pandai, selalu dilayani oleh pelayan-pelayan dan dayang-dayang yang masih muda dan cantik rupawan di istana yang megah dan indah. Dalam usia 16 tahun Pangeran Siddharta menikah dengan Puteri Yasodhara yang dipersuntingnya setelah memenangkan berbagai sayembara. Ternyata akhirnya Sang Pangeran melihat empat peristiwa yang selalu diusahakan agar tidak berada di dalam penglihatannya, setelah itu Pangeran Siddharta tampak murung dan kecewa melihat kenyataan hidup yang penuh dengan derita ini. Dalam Usia 7 tahun Pangeran Siddharta telah mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Tetapi Pangeran Siddharta kurang berminat dengan pelajaran tersebut. Pangeran Siddharta mendiami tiga istana, yaitu istana musim semi, musim hujan dan pancaroba.
Masa dewasa
Ketika beliau berusia 29 tahun, putera pertamanya lahir dan diberi nama Rahula. Setelah itu Pangeran Siddharta meninggalkan istana, keluarga, kemewahan, untuk pergi berguru mencari ilmu sejati yang dapat membebaskan manusia dari usia tua, sakit dan mati. Pertapa Siddharta berguru kepada Alära Käläma dan kemudian kepada Uddaka Ramäputra, tetapi tidak merasa puas karena tidak memperoleh yang diharapkannya. Kemudian beliau bertapa menyiksa diri dengan ditemani lima orang pertapa. Akhirnya beliau juga meninggalkan cara yang ekstrim itu dan bermeditasi di bawah pohon Bodhi untuk mendapatkan Penerangan Agung.
Kata-kata pertapa Asita membuat Baginda tidak tenang siang dan malam, karena khawatir kalau putra tunggalnya akan meninggalkan istana dan menjadi pertapa, mengembara tanpa tempat tinggal. Untuk itu Baginda memilih banyak pelayan untuk merawat Pangeran Siddharta, agar putra tunggalnya menikmati hidup keduniawian. Segala bentuk penderitaan berusaha disingkirkan dari kehidupan Pangeran Siddharta, seperti sakit, umur tua, dan kematian. Sehingga Pangeran hanya mengetahui kenikmatan duniawi.
Suatu hari Pangeran Siddharta meminta ijin untuk berjalan di luar istana, dimana pada kesempatan yang berbeda dilihatnya Empat Kondisi yang sangat berarti, yaitu orang tua, orang sakit, orang mati dan orang suci. Sehingga Pangeran Siddharta bersedih dan menanyakan kepada dirinya sendiri, " Apa arti kehidupan ini, kalau semuanya akan menderita sakit, umur tua dan kematian. Lebih-lebih mereka yang minta pertolongan kepada orang yang tidak mengerti, yang sama-sama tidak tahu dan terikat dengan segala sesuatu yang sifatnya sementara ini ! ". Pangeran Siddharta berpikir bahwa hanya kehidupan suci yang akan memberikan semua jawaban tersebut.
Selama 10 tahun lamanya Pangeran Siddharta hidup dalam kesenangan duniawi.
Pergolakan batin Pangeran Siddharta berjalan terus sampai berusia 29 tahun, tepat pada saat putra tunggalnya Rahula lahir. Pada suatu malam, Pangeran Siddharta memutuskan untuk meninggalkan istananya dan dengan ditemani oleh kusirnya Canna. Tekadnya telah bulat untuk melakukan Pelepasan Agung dengan menjalani hidup sebagai pertapa.
Didalam pengembaraannya, pertapa Gautama mempelajari latihan pertapaan dari pertapa Bhagava dan kemudian memperdalam cara bertapa dari dua pertapa lainnya, yaitu pertapa Alara Kalama dan pertapa Udraka Ramputra. Namun setelah mempelajari cara bertapa dari kedua gurunya tersebut, tetap belum ditemukan jawaban yang diinginkannya . Sehingga sadarlah pertapa Gautama bahwa dengan cara bertapa seperti itu tidak akan mencapai Pencerahan Sempurna.
Kemudian pertapa Gautama meninggalkan kedua gurunya dan pergi ke Magada untuk melaksanakan bertapa menyiksa diri di hutan Uruwela, di tepi sungai Nairanjana yang mengalir dekat hutan Gaya. Walaupun telah melakukan bertapa menyiksa diri selama enam tahun di hutan Uruwela, tetap pertapa Gautama belum juga dapat memahami hakekat dan tujuan dari hasil pertapaan yang dilakukan tersebut.
Pada suatu hari pertapa Gautama dalam pertapaannya mendengar seorang tua sedang menasehati anaknya di atas perahu yang melintasi sungai Nairanjana dengan mengatakan, " Bila senar kecapi ini dikencangkan, suaranya akan semakin tinggi. Kalau terlalu dikencangkan, putuslah senar kecapi ini, dan lenyaplah suara kecapi itu. Bila senar kecapi ini dikendorkan, suaranya akan semakin merendah. Kalau terlalu dikendorkan, maka lenyaplah suara kecapi itu."
Nasehat tersebut sangat berarti bagi pertapa Gautama yang akhirnya memutuskan untuk menghentikan tapanya lalu pergi ke sungai untuk mandi. Badannya yang telah tinggal tulang hampir tidak sanggup untuk menopang tubuh pertapa Gautama. Seorang wanita bernama Sujata memberi pertapa Gautama semangkuk susu. Badannya dirasakannya sangat lemah dan maut hampir saja merenggut jiwanya, namun dengan kemauan yang keras membaja, pertapa Gautama melanjutkan samadhinya di bawah pohon Bodhi (Asetta) di hutan Gaya, sambil berprasetya, "Meskipun darahku mengering, dagingku membusuk, tulang belulang jatuh berserakan , tetapi aku tidak akan meninggalkan tempat ini sampai aku mencapai Pencerahan Sempurna." Perasaan bimbang dan ragu melanda diri pertapa Gautama, hampir saja Beliau putus asa menghadapi godaan Mara, setan penggoda yang dahsyat itu. Dengan kemauan yang keras membaja dan dengan iman yang teguh kukuh, akhirnya godaan Mara dapat dilawan dan ditaklukkannya. Hal ini terjadi ketika bintang pagi memperlihatkan dirinya di ufuk timur.
Sekarang pertapa Gautama menjadi terang dan jernih, secerah sinar fajar yang menyingsing di ufuk timur. Pertapa Gautama telah mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha [Sammasam-Buddha], tepat pada saat bulan Purnama Raya di bulan Waisak ketika Beliau berusia 35 tahun (menurut versi Buddhisme Mahayana, 531 SM pada hari ke-8 bulan ke-12, menurut kalender Lunar. Versi WFB, pada bulan Mei tahun 588 SM). Pada saat mencapai Pencerahan Sempurna, dari tubuh Beliau memancarkan enam sinar Buddha [Buddharasmi] dengan warna warni Biru yang berarti bhakti; Kuning mengandung arti kebijaksanaan dan pengetahuan; Merah yang berarti kasih sayang dan welas-asih; Putih mengandung arti suci; Jingga berarti giat; dan campuran ke-lima sinar tersebut.
Penyebaran ajaran Buddha
Setelah mencapai Pencerahan Sempurna, pertapa Gautama mendapat gelar kesempurnaan yang antara lain : Buddha Gautama, Buddha Shakyamuni, Tathagata ('Ia Yang Telah Datang', Ia Yang Telah Pergi'), Sugata ('Yang Maha Tahu'), Bhagava ('Yang Agung') dan sebagainya. Lima pertapa yang mendampingi Beliau di hutan Uruwela merupakan murid pertama Sang Buddha yang mendengarkan khotbah pertama [Dharmacakra Pravartana/Dhammacakka Pavattana], dimana Beliau menjelaskan mengenai Jalan Tengah yang ditemukanNya, yaitu Delapan Ruas Jalan Kemuliaan termasuk awal khotbahNya yang menjelaskan Empat Kebenaran Mulia.
Buddha Gautama berkelana menyebarkan Dharma selama empat puluh lima tahun lamanya kepada umat manusia dengan penuh cinta kasih dan kasih sayang, hingga akhirnya mencapai usia 80 tahun, dimana Beliau mengetahui bahwa tiga bulan lagi Beliau akan Parinibbana.
Sang Buddha dalam keadaan sakit terbaring di antara dua pohon Sala di Kusinagara, memberikan khotbah Dharma terakhir kepada siswa-siswaNya, lalu Parinibbana (versi Buddhisme Mahayana, 486 SM pada hari ke-15 bulan ke-2 kalender Lunar. Versi WFB pada bulan Mei, 543 SM). Khotbah Buddha Gautama terakhir mengandung arti yang sangat dalam bagi siswa-siswaNya, yang antara lain :
• Percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan Ajaran Sang Buddha.
• Jadikanlah Ajaran Sang Buddha (Dharma) sebagai pencerahan hidup.
• Segala sesuatu tidak ada yang kekal abadi.
• Tujuan dari Ajaran Sang Buddha (Dharma) ialah untuk mengendalikan pikiran.
• Pikiran dapat menjadikan seseorang menjadi Buddha, namun pikiran dapat pula menjadikan seseorang menjadi binatang.
• Hendaknya saling menghormati satu dengan yang lain dan dapat menghindarkan diri dari segala macam perselisihan.
• Bilamana melalaikan Ajaran Sang Buddha, dapat berarti belum pernah berjumpa dengan Sang Buddha.
• Mara (setan) dan keinginan nafsu duniawi senantiasa mencari kesempatan untuk menipu umat manusia.
• Kematian hanyalah musnahnya badan jasmani.
• Buddha yang sejati bukan badan jasmani manusia, tetapi Pencerahan Sempurna.
• Kebijaksanaan Sempurna yang lahir dari Pencerahan Sempurna akan hidup selamanya di dalam Kebenaran.
• Hanya mereka yang mengerti, yang menghayati dan mengamalkan Dharma yang akan melihat Sang Buddha.
• Ajaran yang diberikan oleh Sang Buddha tidak ada yang dirahasiakan, ditutup-tutupi ataupun diselubungi.
Sang Buddha bersabda, "Dengarkan baik baik, wahai para bhikkhu, Aku sampaikan padamu: Akan membusuklah semua benda benda yang terbentuk, berjuanglah dengan penuh kesadaran!" (Digha Nikaya II, 156)
Sifat Agung Sang Buddha
Seorang Buddha memiliki sifat Cinta Kasih [maitri/metta] dan Kasih Sayang [karuna] yang diwujudkan oleh sabda Buddha Gautama, " Penderitaanmu adalah penderitaanku, dan kegembiraanmu adalah kegembiraanku." Manusia adalah pancaran dari semangat Cinta Kasih dan Kasih Sayang yang dapat menuntunnya kepada Pencerahan Sempurna.
Cinta Kasih dan Kasih Sayang seorang Buddha tidak terbatas oleh waktu dan selalu abadi, dimana telah ada dan memancar sejak manusia pertama kalinya terlahir dalam lingkaran hidup roda samsara yang disebabkan oleh ketidaktahuan atau kebodohan-batinnya. Jalan untuk mencapai Kebuddhaan ialah dengan melenyapkan ketidaktahuan atau kebodohan batin yang dimiliki oleh manusia. Pada waktu Pangeran Siddharta meninggalkan kehidupan duniawi, Beliau telah mengikrarkan Empat Prasetya yang berdasarkan Cinta Kasih dan Kasih Sayang yang tidak terbatas, yaitu :
1. Berusaha menolong semua makhluk.
2. Menolak semua keinginan nafsu keduniawian.
3. Mempelajari, menghayati dan mengamalkan Dharma.
4. Berusaha mencapai Pencerahan Sempurna.
Buddha Gautama pertama melatih diri untuk melaksanakan amal kebajikan kepada semua makhluk dengan menghindarkan diri dari sepuluh tindakan yang diakibatkan oleh tubuh, ucapan dan pikiran, yaitu
• Tubuh [kaya] : pembunuhan, pencurian, perbuatan jinah.
• Ucapan [vak] : penipuan, pembicaraan fitnah, pengucapan kasar, percakapan tiada manfaat.
• Pikiran [citta] : kemelekatan, niat buruk dan kepercayaan yang salah.
Cinta Kasih dan Kasih Sayang seorang Buddha adalah cinta kasih untuk kebahagiaan semua makhluk seperti orang tua mencintai anak-anaknya, dan mengharapkan berkah tertinggi terlimpah kepada mereka. Bagaikan hujan yang jatuh tanpa membeda-bedakan, demikianlah Cinta Kasih seorang Buddha. Akan tetapi terhadap mereka yang menderita sangat berat atau dalam keadaan batin gelap, Sang Buddha akan memberikan perhatian khusus. Dengan Kasih SayangNya, Sang Buddha menganjurkan supaya mereka berjalan di atas jalan yang benar dan mereka akan dibimbing dalam melawan kejahatan, hingga tercapai Pencerahan Sempurna. Sang Buddha adalah ayah dalam kasih sayang dan ibu dalam cinta kasih.
Sebagai Buddha yang abadi, Beliau telah mengenal semua orang dan dengan menggunakan berbagai cara Beliau telah berusaha untuk meringankan penderitaan semua makhluk. Buddha Gautama mengetahui sepenuhnya hakekat dunia, namun Beliau tidak pernah mau mengatakan bahwa dunia ini asli atau palsu, baik atau buruk. Beliau hanya menunjukkan tentang keadaan dunia sebagaimana adanya. Buddha Gautama mengajarkan agar setiap orang memelihara akar kebijaksanaan sesuai dengan watak, perbuatan dan kepercayaan masing-masing. Beliau tidak saja mengajarkan melalui ucapan, akan tetapi juga melalui perbuatan. Meskipun bentuk fisik tubuhNya tidak ada akhirnya, namun dalam mengajar umat manusia yang mendambakan hidup abadi, Beliau menggunakan jalan pembebasan dari kelahiran dan kematian untuk membangunkan perhatian mereka. Seorang Buddha memiliki sifat luhur antara lain :
1. Bertingkah laku baik;
2. Berpandangan hidup luhur;
3. Memiliki kebijaksanaan sempurna;
4. Memiliki kepandaian mengajar yang tiada bandingnya;
5. Memiliki cara menuntun dan membimbing manusia dalam mengamalkan Dharma.
Buddha Gautama memelihara semangatNya yang selalu tenang dan damai dengan melaksanakan meditasi. Sang Buddha membersihkan pikiran mereka dari kekotoran bathin dan menganugerahkan mereka kegembiraan dengan semangat tunggal yang sempurna. Jangkauan pikiran Sang Buddha melampaui jangkauan pikiran manusia biasa. Dengan kebijaksanaan yang sempurna, Buddha Gautama dapat menghindarkan diri dari sikap-sikap ekstrim dan prasangka, serta memiliki kesederhanaan. Oleh karena itu Beliau dapat mengetahui dan mengerti pikiran dan perasaan semua orang dan dapat melihat yang ada dan yang terjadi di dunia dalam sekejap, sehingga mendapatkan julukan seorang yang telah Mencapai Pencerahan Sempurna [Sammasam-Buddha] dan Yang Maha Tahu [Sugata].
Pengabdian Buddha Gautama telah membuat diriNya mampu mengatasi berbagai masalah didalam berbagai kesempatan yang pada hakekatnya adalah Dharma-kaya, yang merupakan keadaan sebenarnya dari hakekat yang hakiki dari seorang Buddha. Sang Buddha adalah pelambang dari kesucian, yang tersuci dari semua yang suci. Karena itu, Sang Buddha adalah Raja Dharma yang agung. Beliau dapat berkhotbah kepada semua orang, kapanpun dikehendakiNya. Sang Buddha mengkhotbahkan Dharma, akan tetapi sering terdapat telinga orang yang bodoh karena keserakahannya dan kebenciannya, tidak mau memperhatikan dan mendengarkan khotbahNya. Bagi mereka yang mendengarkan khotbahNya, yang dapat mengerti dan menghayati serta mengamalkan Sifat Agung Sang Buddha akan terbebas dari penderitaan hidup. Mereka tidak akan dapat tertolong hanya karena mengandalkan kepintarannya sendiri.
Buddha Gautama bersabda, " Hanya dengan jalan melalui kepercayaan, keyakinanlah, mereka akan dapat mengikuti ajaranKu. Karena itu setiap orang hendaknya mau mendengarkan ajaranKu, kemudian menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari."
Wujud dan Kehadiran Buddha
Buddha tidak hanya dapat diketahui dengan hanya melihat wujud dan sifatNya semata-mata, karena wujud dan sifat luar tersebut bukanlah Buddha yang sejati. Jalan yang benar untuk mengetahui Buddha adalah dengan jalan mencapai Pencerahan Sempurna. Buddha sejati tidak dapat dilihat oleh mata manusia biasa, sehingga Sifat Agung seorang Buddha tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Namun Buddha dapat mewujudkan diriNya dalam segala bentuk dengan sifat yang serba luhur. Apabila seseorang dapat melihat jelas wujudNya atau mengerti Sifat Agung Buddha, namun tidak tertarik kepada wujudNya atau sifatNya, dialah yang sesungguhnya yang telah mempunyai kebijaksanaan untuk melihat dan mengetahui Buddha dengan benar.
Jumat, 01 Juli 2011
Søren Kierkegaard
Nama: Søren Aabye Kierkegaard
Lahir: 5 Mei 1813 (Kopenhagen, Denmark)
Meninggal: 11 November 1855 (Kopenhagen, Denmark)
Aliran/tradisi: Filsafat Eropa,[1][2] Zaman Keemasan Tradisi Sastra dan Seni, pendahulu dari Eksistensialisme, Pasca-modernisme, Pasca-strukturalisme, Psikologi eksistensial, Neo ortodoksi, dan masih banyak lagi
Minat utama: Agama, Metafisika, Epistemologi, Estetika, Etika, Psikologi
Gagasan penting: Dianggap sebagai Bapak Eksistensialisme, kecemasan, keputusasaan eksistensial, Tiga ranah keberadaan manusia, Ksatria iman, Subyektivitas adalah Kebenaran
Dipengaruhi: Hegel, Abraham, Luther, Kant, Hamann, Lessing, Socrates (melalui Plato, Xenophon, Aristophanes)
Mempengaruhi: Jaspers, Wittgenstein, Heidegger, Sartre, Marcel, Buber, Tillich, Barth, Auden, Camus, Kafka, de Beauvoir, May, Updike, dan masih banyak lagi
Søren Aabye Kierkegaard (5 Mei 1813-11 November 1855) adalah seorang filsuf dan teolog abad ke-19 yang berasal dari Denmark. Kierkegaard sendiri melihat dirinya sebagai seseorang yang religius dan seorang anti-filsuf, tetapi sekarang ia dianggap sebagai bapaknya filsafat eksistensialisme. Kierkegaard menjembatani jurang yang ada antara filsafat Hegelian dan apa yang kemudian menjadi Eksistensialisme. Kierkegaard terutama adalah seorang kritikus Hegel pada masanya dan apa yang dilihatnya sebagai formalitas hampa dari Gereja Denmark. Filsafatnya merupakan sebuah reaksi terhadap dialektik Hegel.
Banyak dari karya-karya Kierkegaard membahas masalah-masalah agama seperti misalnya hakikat iman, lembaga Gereja Kristen, etika dan teologi Kristen, dan emosi serta perasaan individu ketika diperhadapkan dengan pilihan-pilihan eksistensial. Karena itu, karya Kierkegaard kadang-kadang digambarkan sebagai eksistensialisme Kristen dan psikologi eksistensial. Karena ia menulis kebanyakan karya awalnya dengan menggunakan berbagai nama samaran, yang seringkali mengomentari dan mengkritik karya-karyanya yang lain yang ditulis dengan menggunakan nama samaran lain, sangatlah sulit untuk membedakan antara apa yang benar-benar diyakini oleh Kierkegaard dengan apa yang dikemukakannya sebagai argumen dari posisi seorang pseudo-pengarang. Ludwig Wittgenstein berpendapat bahwa Kierkegaard "sejauh ini, adalah pemikir yang paling mendalam dari abad ke-19".[3][4]
Kehidupan
Tahun-tahun awal (1813–1841)
Søren Kierkegaard dilahirkan dalam sebuah keluarga kaya di Kopenhagen, ibukota Denmark. Ayahnya, Michael Pedersen Kierkegaard, adalah seseorang yang sangat saleh. Ia yakin bahwa ia telah dikutuk Tuhan, dan karena itu ia percaya bahwa tak satupun dari anak-anaknya akan mencapai umumr melebihi usia Yesus Kristus, yaitu 33 tahun. Ia percaya bahwa dosa-dosa pribadinya, seperti misalnya mengutuki nama Allah di masa mudanya dan kemungkinan juga menghamili ibu Kierkegaard di luar nikah, menyebabkan ia layak menerima hukuman ini. Meskipun banyak dari ketujuh anaknya meninggal dalam usia muda, ramalannya tidak terbukti ketika dua dari mereka melewati usia ini. Perkenalan dengan pemahaman tentang dosa di masa mudanya, dan hubungannya dari ayah dan anak meletakkan dasar bagi banyak karya Kierkegaard (khususnya Takut dan Gentar). Ibunda Kierkegaard, Anne Sørensdatter Lund Kierkegaard, tidak secara langsung dirujuk dalam buku-bukunya, meskipun ia pun mempengaruhi tulisan-tulisannya di kemudian hari. Meskipun sifat ayahnya kadang-kadang melankolis dari segi keagamaan, Kierkegaard mempunyai hubungan yang erat dengan ayahnya. Ia belajar untuk memanfaatkan ranah imajinasinya melalui serangkaian latihan dan permainan yang mereka mainkan bersama.
Ayah Kierkegaard meninggal dunia pada 9 Agustus 1838 pada usia 82 tahun. Sebelum meninggal dunia, ia meminta Søren agar menjadi pendeta. Søren sangat terpengaruh oleh pengalaman keagamaan dan kehiudpan ayahnya dan merasa terbeban untuk memenuhi kehendaknya. Dua hari kemudian, pada 11 Agustus, Kierkegaard menulis: "Ayah meninggal dunia hari Rabu. Saya sungguh berharap bahwa ia dapat hidup beberapa tahun lebih lama lagi, dan saya menganggap kematiannya sebagai penghorbanan terakhir yang dibuatnya karena cinta kasihnya kepada saya; ... ia meninggal karena saya agar, bila mungkin, saya masih dapat menjadi sesuatu. Dari semua yang telah saya warisi daripadanya, kenangan akan dia, potretnya dalam keadaan yang sangat berbeda (transfigured) ... sungguh berharga bagi saya, dan saya akan berusaha untuk melestarikan (kenangannya) agar aman tersembunyi dari dunia."[5]
Kierkegaard masuk ke Sekolah Kebajikan Warga, memperoleh nilai yang sangat baik dalam bahasa Latin dan sejarah. Ia melanjutkan pelajarannya dalam bidang teologi di Universitas Kopenhagen, namun sementara di sana ia semakin tertarik akan filsafat dan literatur. Di universitas, Kierkegaard menulis disertasinya, Tentang Konsep Ironi dengan Rujukan Terus-Menerus kepada Socrates, yang oleh panel universitas dianggap sebagai karya yang penting dan dipikirkan dengan baik, namun agak terlalu berbunga-bunga dan bersifat sastrawi untuk menjadi sebuah tesis filsafat.[6] Kierkegaard lulus pada 20 Oktober 1841 dengan gelar Magistri Artium, yang kini setara dengan Ph.D. Dengan warisan keluarganya, Kierkegaard dapat membiayai pendidikannya, ongkos hidupnya dan beberapa penerbitan karyanya.
Regine Olsen (1837–1841)
Regine Olsen, cintanya dalam hidupnya, dan bahan-bahan tulisannya.
Sebuah aspek penting dari kehidupan Kierkegaard (biasanya dianggap mempunyai pengaruh besar dalam karyanya) adalah pertunangannya yang putus dengan Regine Olsen (1822 - 1904). Kierkegaard berjumpa dengan Regine pada 8 Mei 1837 dan segera tertarik kepadanya. Begitu pula dengan Regine. Dalam jurnal-jurnalnya, Kierkegaard menulis tentang cintanya kepada Regine:
Engkau ratu hatiku yang tersimpan di lubuk hatiku yang terdalam, dalam kepenuhan pikiranku, di sana ... ilahi yang tak dikenal! Oh, dapatkah aku sungguh-sungguh mempercayai dongeng-dongeng si penyair, bahwa ketika seseorang melihat sebuah obyek cintanya, ia membayangkan bahwa ia sudah pernah melihatnya dahulu kala, bahwa semua cinta seperti halnya semua pengetahuan adalah kenangan semata, bahwa cinta pun mempunyai nubuat-nubuatnya di dalam diri pribadi. ... tampaknya bagiku bahwa aku harus memiliki kecantikan dari semua gadis agar dapat menandingi kecantikanmu; bahwa aku harus mengelilingi dunia untuk menemukan tempat yang tidak kumiliki dan yang merupakan misteri terdalam dari keseluruhan keberadaanku yang mengarah ke depan, dan pada saat berikutnya engkau begitu dekat kepadaku, mengisi jiwaku dengan begitu dahsyat sehingga aku berubah (transfigured) bagi diriku sendiri, dan merasakan sungguh nikmat berada di sini.
—Søren Kierkegaard, Journals[5] (2 Februari 1839)
Pada 8 September 1840, Kierkegaard resmi meminang Regine. Namun, Kierkegaard segera merasa kecewa dan melankolis tentang pernikahan. Kurang dari setahun setelah pinangannya, ia memutuskannya pada 11 Agustus 1841. Dalam jurnal-jurnalnya, Kierkegaard menyebutkan keyakinannya bahwa sifat "melankolis"nya membuatnya tidak cocok untuk menikah; tetapi motif sebenarnya untuk memutuskan pertunangannya itu tetap tidak jelas. Biasanya diyakini bahwa keduanya memang sangat saling mencintai, barangkali bahkan juga setelah Regine menikah dengan Johan Frederik Schlegel (1817–1896), seorang pegawai negeri terkemuka (jangan dikacaukan dengan filsuf Jerman Friedrich von Schlegel, (1772-1829) ). Pada umumnya hubungan mereka terbatas pada pertemuan-pertemuan kebetulan di jalan-jalan di Kopenhagen. Namun, beberapa tahun kemudian, Kierkegaard bahkan sampai meminta izin suami Regine untuk berbicara dengan Regine, namun Schlegel menolak.
Tak lama kemudian, pasangan itu berangkat meninggalkan Denmark, karena Schlegel telah diangkat menjadi Gubernur di Hindia Barat Denmark. Pada saat Regine kembali ke Denmark, Kierkegaard telah meninggal dunia. Regine Schlegel hidup hingga 1904, dan pada saat kematiannya, ia dikuburkan dekat Kierkegaard di Pemakaman Assistens di Kopenhagen.
Pengaruh dan penerimaan
Patung Søren Kierkegaard di Kopenhagen.
Karya-karya Kierkegaard baru tersedia luas beberapa dasawarsa setelah kematiannya. Pada tahun-tahun segera setelah meninggalnya, Gereja Negara Denmark, sebuah institusi penting di Denmark pada saat itu, menjauhi karya-karyanya dan menganjurkan orang-orang Denmark lainnya untuk melakukan hal yang sama. Selain itu, kurang dikenalnya bahasa Denmark, dibandingkan dengan bahasa Jerman, Perancis, dan Inggris, membuat hampir tidak mungkin bagi Kierkegaard untuk mendapatkan pembaca-pembaca non-Denmark.
Akademikus pertama yang mengarahkan perhatian kepada Kierkegaard adalah sesama orang Denmark Georg Brandes, yang menerbitkan dalam bahasa Jerman maupun Denmark. Brandes menyampaikan kuliah resminya yang pertama tentang Kierkegaard dan menolong memperkenalkan Kierkegaard ke seluruh Eropa.[7] Pada 1877, Brandes juga menerbitkan buku pertama tentang filsafat dan kehidupan Kierkegaard. Dramatis Henrik Ibsen menjadi tertarik terhadap Kierkegaard dan memperkenalkan karyanya ke seluruh Skandinavia. Sementara terjemahan-terjemahan independen dalam bahasa Jerman dari beberapa karya Kierkegaard mulai muncul pada 1870-an,[8] terjemahan-terjemahan akademis dalam bahasa Jerman dari seluruh karya Kierkegaard harus menunggu hingga 1910-an. Terjemahan-terjemahan ini dimungkinkan karena pengaruh Kierkegaard terhadap para pemikir dan penulis Jerman, Perancis, dan Inggris abad ke-20 mulai terasa.
Pada 1930-an, terjemahan akademis pertama dalam bahasa Inggris[9], oleh Alexander Dru, David F. Swenson, Douglas V. Steere, dan Walter Lowrie muncul, di bawah usaha editorial dari editor Oxford University Press, Charles Williams.[2] Terjemahan akademis yang kedua dalam bahasa Inggris dan yang terdapat luas diterbitkan oleh Princeton University Press pada 1970-an, 1980-an, 1990-an, di bawah pengawasan Howard V. Hong dan Edna H. Hong. Terjemahan resmi ketiga, di bawah pengawasan Pusat Penelitian Søren Kierkegaard, akan mencapai 55 jilid dan diharapkan akan selesai setelah 2009.[10]
Banyak filsuf abad ke-20, baik yang teistik maupun yang ateistik, meminjam banyak konsep dari Kierkegaard, termasuk pemahaman tentang angst (kecemasan), keputusasaan, serta pentingnya individu. Sebagai seorang filsuf ia menjadi sangat termasyhur pada tahun 1930-an, sebagian besar karena naik daunnya gerakan eksistensialis yang menunjuk kepadanya sebagai seorang pendahulu, meskipun kini ia sendiri dipandang sebagai seorang pemikir yang sangat penting dan berpengaruh.[11] Para filsuf dan teolog yang dipengaruhi oleh Kierkegaard termasuk Karl Barth, Simone de Beauvoir, Martin Buber, Rudolf Bultmann, Albert Camus, Martin Heidegger, Abraham Joshua Heschel, Karl Jaspers, Gabriel Marcel, Maurice Merleau-Ponty, Franz Rosenzweig, Jean-Paul Sartre, Joseph Soloveitchik, Paul Tillich, Miguel de Unamuno, Hans Urs von Balthasar. Anarkisme ilmiah Paul Feyerabend diilhami oleh gagasan Kierkegaard tentang subyektivitas sebagai kebenaran. Ludwig Wittgenstein sangat dipengaruhi dan harus mengakui keunggulan Kierkegaard,[4] dan mengklaim bahwa "Betapapun juga, Kierkegaard jauh terlalu dalam bagi saya. .[4] Karl Popper merujuk kepada Kierkegaard sebagai "pembaharu besar dalam etika Kristen, yang memaparkan moralitas Kristen yang resmi pada zamannya sebagai kemnafikan yang anti-Kristen dan anti-kemanusiaan".[12]
Para filsuf kontemporer seperti Emmanuel Lévinas, Hans-Georg Gadamer, Jacques Derrida, Jürgen Habermas, Alasdair MacIntyre, dan Richard Rorty, meskipun kadang-kadang sangat kritis, juga telah mengadaptasi beberapa pemikiran Kierkegaard.[13][14][15] Jerry Fodor pernah menulis bahwa Kierkegaard adalah "seorang empu dan jauh berada di luar liga tempat kami semua [para filsuf] bermain".[16]
Kierkegaard banyak sekali mempengaruhi literatur abad ke-20. Tokoh-tokoh yang sangat dipengaruhi oleh karya-karyanya termasuk Walker Percy, W.H. Auden, Franz Kafka,[17] David Lodge, dan John Updike.[18]
Kierkegaard juga sangat berpengaruh terhadap psikologi dan ia daapt dianggap sebagai pendiri psikologi Kristen[19] dan psikologi dan terapi eksistensial.[20] Para psikolog dan terapis eksistensialis (seringkalid isebut "humanistik") termasuk Ludwig Binswanger, Victor Frankl, Erich Fromm, Carl Rogers, dan Rollo May. May mendasarkan bukunya The Meaning of Anxiety (Makna Kecemasan) pada karya Kierkegaard Konsep tentang Kecemasan. Karya sosiologis Kierkegaard Dua Zaman: Zaman Revolusi dan Masa Kini memberikan kritik yang menarik terhadap modernitas.[21] Kierkegaard juga dilihat sebagai pendahulu penting dari pasca-modernisme.[13]
Kierkegaard meramalkan bahwa setelah kematiannya ia akan terkenal, dan membayangkan bahwa karyanya akan dipelajari dan diteliti dengan intensif. Dalam jurnal-jurnalnya, ia menulis:
Apa yang dibutuhkan zaman ini bukanlah seorang jenius sebab jenius sudah cukup banyak. Yang dibutuhkan adalah martir, yang rela taat hingga mati untuk mengajarkan manusia agar taat hingga mati. Apa yang dibutuhkan zaman ini adalah kebangkitan. Dan karena itu suatu hari kelak, bukan hanya tulisan-tulisan saya tetapi juga seluruh hidup saya, seluruh misteri yang membangkitkan tanda tanya tentang mesin ini akan dipelajari dan dipelajari terus. Saya tidak akan pernah melupakan bagaimana Tuhan menolong saya dan karena itu adalah harapan saya terakhir bahwa segala sesuatunya adalah untuk kemuliaan-Nya
—Søren Kierkegaard, Journals[5] (20 November 1847)
Bibliografi terpilih
Takut dan Gentar, salah satu karya Kierkegaard yang paling terkenal
Untuk daftar lengkap bibliografinya, lihat Daftar karya Søren Kierkegaard
• (1841) Konsep Ironi (Om Begrebet Ironi med stadigt Hensyn til Socrates)
• (1843) Ini/Itu (Enten - Eller)
• (1843) Takut dan Gentar (Frygt og Bæven)
• (1843) Repetisi (Gjentagelsen)
• (1844) Fragmen Filsafat (Philosophiske Smuler)
• (1844) Konsep tentang Kecemasan (Begrebet Angest)
• (1845) Tahap-tahap Jalan Kehidupan (Stadier paa Livets Vei)
• (1846) Menyimpulkan Catatan Penutup yang Tidak Ilmiah bagi Fragmen-fragmen Filsafat (Afsluttende uvidenskabelig Efterskrift)
• (1847) Wacana Membangun dalam Berbagai Roh (Opbyggelige Taler i forskjellig Aand)
• (1847) Karya Cinta Kasih (Kjerlighedens Gjerninger)
• (1848) Wacana Kristen (Christelige Taler)
• (1849) Nestapa Hingga Mati (Sygdommen til Døden)
• (1850) Praktik dalam Kekristenan (Indøvelse i Christendom)
Catatan dan rujukan
Rujukan
• Garff, Joakim, 2005. Søren Kierkegaard: A Biography, Princeton University Press. ISBN 069109165X
• Hannay, Alastair, 2003. Kierkegaard: A Biography (edisi baru). Cambridge University Press. ISBN 0521531810
• Hong, Howard V. dan Edna H., 2000. The Essential Kierkegaard. Princeton University Press. ISBN 0691033099
• MacDonald, William. Stanford Encyclopedia of Philosophy: Søren Kierkegaard.
• Storm, D. Anthony. "Commentary on Kierkegaard."
Catatan
1. Klasifikasi ini anakronistik; Kierkegaard adalah pemikir yang luar biasa unik dan karya-karyanya tidak cocok dengan aliran atau tradisi filsafat manapun. Ia sendiri pun tidak mengidentifikasikan dirinya dengan aliran manapun. Namun, karya-karyanya dianggap sebagai pendahulu dari banyak aliran pemikiran yang berkembang pada abad ke-20 dan ke-21. Lihat 20th century receptions dalam Cambridge Companion to Kierkegaard.
2. 2,0 2,1 Hannay, Alastair dan Gordon Marino (ed). The Cambridge Companion to Kierkegaard, Cambridge University Press 1997, ISBN 0521477190
3. Lippit, John dan Daniel Hutto. Making Sense of Nonsense: Kierkegaard and Wittgenstein. University of Hertfordshire. URL diakses pada April 23 2006.
4. 4,0 4,1 4,2 Creegan, Charles. Wittgenstein and Kierkegaard. Routledge. URL diakses pada 23 April 2006.
5. 5,0 5,1 5,2 Dru, Alexander. The Journals of Søren Kierkegaard, Oxford University Press, 1938.
6. Kierkegaard, Søren. The Concept of Irony with Continual Reference to Socrates, Princeton University Press 1989, ISBN 0691073546
7. Georg Brandes. Books and Writers. URL diakses pada 24 April 2006.
8. Cappelorn, Niels J. Written Images, Princeton University Press, 2003, ISBN 0691115559
9. Namun, sebuah terjemahan yang independen dalam bahasa Inggris dari cuplikan-cuplikan tulisan Kierkegaard dihasilkan pada 1923 oleh Lee Hollander, dan diterbitkan oleh Universitas Texas di Austin.
10. Søren Kierkegaard Forskningscenteret. University of Copenhagen. URL diakses pada 21 Agustus 2006.
11. Weston, Michael. Kierkegaard and Modern Continental Philosophy. Routledge, 1994, ISBN 0415101204
12. Popper, Sir Karl R. The Open Society and Its Enemies Vol 2: Hegel and Marx. Routledge, 2002, ISBN 0415290635
13. 13,0 13,1 Matustik, Martin Joseph dan Merold Westphal (ed.). Kierkegaard in Post/Modernity, Indiana University Press, 1995, ISBN 0253209676
14. MacIntyre, Alasdair. "Once More on Kierkegaard" dalam Kierkegaard after MacIntyre. Open Court Publishing, 2001, ISBN 081269452X
15. Rorty, Richard. Contingency, Irony, and Solidarity. Cambridge University Press, 1989, ISBN 0521367816
16. Fodor, Jerry. Water's water everywhere. London Review of Books. URL diakses pada 23 April 2006.
17. McGee, Kyle. Fear and Trembling in the Penal Colony. Kafka Project. URL diakses pada 24 April 2006.
18. Kierkegaard, Søren dengan Pengantar oleh John Updike. The Seducer's Diary, Princeton University Press, 1997, ISBN 0691017379
19. Society for Christian Psychology. Christian Psychology. URL diakses pada 24 April 2006
Lahir: 5 Mei 1813 (Kopenhagen, Denmark)
Meninggal: 11 November 1855 (Kopenhagen, Denmark)
Aliran/tradisi: Filsafat Eropa,[1][2] Zaman Keemasan Tradisi Sastra dan Seni, pendahulu dari Eksistensialisme, Pasca-modernisme, Pasca-strukturalisme, Psikologi eksistensial, Neo ortodoksi, dan masih banyak lagi
Minat utama: Agama, Metafisika, Epistemologi, Estetika, Etika, Psikologi
Gagasan penting: Dianggap sebagai Bapak Eksistensialisme, kecemasan, keputusasaan eksistensial, Tiga ranah keberadaan manusia, Ksatria iman, Subyektivitas adalah Kebenaran
Dipengaruhi: Hegel, Abraham, Luther, Kant, Hamann, Lessing, Socrates (melalui Plato, Xenophon, Aristophanes)
Mempengaruhi: Jaspers, Wittgenstein, Heidegger, Sartre, Marcel, Buber, Tillich, Barth, Auden, Camus, Kafka, de Beauvoir, May, Updike, dan masih banyak lagi
Søren Aabye Kierkegaard (5 Mei 1813-11 November 1855) adalah seorang filsuf dan teolog abad ke-19 yang berasal dari Denmark. Kierkegaard sendiri melihat dirinya sebagai seseorang yang religius dan seorang anti-filsuf, tetapi sekarang ia dianggap sebagai bapaknya filsafat eksistensialisme. Kierkegaard menjembatani jurang yang ada antara filsafat Hegelian dan apa yang kemudian menjadi Eksistensialisme. Kierkegaard terutama adalah seorang kritikus Hegel pada masanya dan apa yang dilihatnya sebagai formalitas hampa dari Gereja Denmark. Filsafatnya merupakan sebuah reaksi terhadap dialektik Hegel.
Banyak dari karya-karya Kierkegaard membahas masalah-masalah agama seperti misalnya hakikat iman, lembaga Gereja Kristen, etika dan teologi Kristen, dan emosi serta perasaan individu ketika diperhadapkan dengan pilihan-pilihan eksistensial. Karena itu, karya Kierkegaard kadang-kadang digambarkan sebagai eksistensialisme Kristen dan psikologi eksistensial. Karena ia menulis kebanyakan karya awalnya dengan menggunakan berbagai nama samaran, yang seringkali mengomentari dan mengkritik karya-karyanya yang lain yang ditulis dengan menggunakan nama samaran lain, sangatlah sulit untuk membedakan antara apa yang benar-benar diyakini oleh Kierkegaard dengan apa yang dikemukakannya sebagai argumen dari posisi seorang pseudo-pengarang. Ludwig Wittgenstein berpendapat bahwa Kierkegaard "sejauh ini, adalah pemikir yang paling mendalam dari abad ke-19".[3][4]
Kehidupan
Tahun-tahun awal (1813–1841)
Søren Kierkegaard dilahirkan dalam sebuah keluarga kaya di Kopenhagen, ibukota Denmark. Ayahnya, Michael Pedersen Kierkegaard, adalah seseorang yang sangat saleh. Ia yakin bahwa ia telah dikutuk Tuhan, dan karena itu ia percaya bahwa tak satupun dari anak-anaknya akan mencapai umumr melebihi usia Yesus Kristus, yaitu 33 tahun. Ia percaya bahwa dosa-dosa pribadinya, seperti misalnya mengutuki nama Allah di masa mudanya dan kemungkinan juga menghamili ibu Kierkegaard di luar nikah, menyebabkan ia layak menerima hukuman ini. Meskipun banyak dari ketujuh anaknya meninggal dalam usia muda, ramalannya tidak terbukti ketika dua dari mereka melewati usia ini. Perkenalan dengan pemahaman tentang dosa di masa mudanya, dan hubungannya dari ayah dan anak meletakkan dasar bagi banyak karya Kierkegaard (khususnya Takut dan Gentar). Ibunda Kierkegaard, Anne Sørensdatter Lund Kierkegaard, tidak secara langsung dirujuk dalam buku-bukunya, meskipun ia pun mempengaruhi tulisan-tulisannya di kemudian hari. Meskipun sifat ayahnya kadang-kadang melankolis dari segi keagamaan, Kierkegaard mempunyai hubungan yang erat dengan ayahnya. Ia belajar untuk memanfaatkan ranah imajinasinya melalui serangkaian latihan dan permainan yang mereka mainkan bersama.
Ayah Kierkegaard meninggal dunia pada 9 Agustus 1838 pada usia 82 tahun. Sebelum meninggal dunia, ia meminta Søren agar menjadi pendeta. Søren sangat terpengaruh oleh pengalaman keagamaan dan kehiudpan ayahnya dan merasa terbeban untuk memenuhi kehendaknya. Dua hari kemudian, pada 11 Agustus, Kierkegaard menulis: "Ayah meninggal dunia hari Rabu. Saya sungguh berharap bahwa ia dapat hidup beberapa tahun lebih lama lagi, dan saya menganggap kematiannya sebagai penghorbanan terakhir yang dibuatnya karena cinta kasihnya kepada saya; ... ia meninggal karena saya agar, bila mungkin, saya masih dapat menjadi sesuatu. Dari semua yang telah saya warisi daripadanya, kenangan akan dia, potretnya dalam keadaan yang sangat berbeda (transfigured) ... sungguh berharga bagi saya, dan saya akan berusaha untuk melestarikan (kenangannya) agar aman tersembunyi dari dunia."[5]
Kierkegaard masuk ke Sekolah Kebajikan Warga, memperoleh nilai yang sangat baik dalam bahasa Latin dan sejarah. Ia melanjutkan pelajarannya dalam bidang teologi di Universitas Kopenhagen, namun sementara di sana ia semakin tertarik akan filsafat dan literatur. Di universitas, Kierkegaard menulis disertasinya, Tentang Konsep Ironi dengan Rujukan Terus-Menerus kepada Socrates, yang oleh panel universitas dianggap sebagai karya yang penting dan dipikirkan dengan baik, namun agak terlalu berbunga-bunga dan bersifat sastrawi untuk menjadi sebuah tesis filsafat.[6] Kierkegaard lulus pada 20 Oktober 1841 dengan gelar Magistri Artium, yang kini setara dengan Ph.D. Dengan warisan keluarganya, Kierkegaard dapat membiayai pendidikannya, ongkos hidupnya dan beberapa penerbitan karyanya.
Regine Olsen (1837–1841)
Regine Olsen, cintanya dalam hidupnya, dan bahan-bahan tulisannya.
Sebuah aspek penting dari kehidupan Kierkegaard (biasanya dianggap mempunyai pengaruh besar dalam karyanya) adalah pertunangannya yang putus dengan Regine Olsen (1822 - 1904). Kierkegaard berjumpa dengan Regine pada 8 Mei 1837 dan segera tertarik kepadanya. Begitu pula dengan Regine. Dalam jurnal-jurnalnya, Kierkegaard menulis tentang cintanya kepada Regine:
Engkau ratu hatiku yang tersimpan di lubuk hatiku yang terdalam, dalam kepenuhan pikiranku, di sana ... ilahi yang tak dikenal! Oh, dapatkah aku sungguh-sungguh mempercayai dongeng-dongeng si penyair, bahwa ketika seseorang melihat sebuah obyek cintanya, ia membayangkan bahwa ia sudah pernah melihatnya dahulu kala, bahwa semua cinta seperti halnya semua pengetahuan adalah kenangan semata, bahwa cinta pun mempunyai nubuat-nubuatnya di dalam diri pribadi. ... tampaknya bagiku bahwa aku harus memiliki kecantikan dari semua gadis agar dapat menandingi kecantikanmu; bahwa aku harus mengelilingi dunia untuk menemukan tempat yang tidak kumiliki dan yang merupakan misteri terdalam dari keseluruhan keberadaanku yang mengarah ke depan, dan pada saat berikutnya engkau begitu dekat kepadaku, mengisi jiwaku dengan begitu dahsyat sehingga aku berubah (transfigured) bagi diriku sendiri, dan merasakan sungguh nikmat berada di sini.
—Søren Kierkegaard, Journals[5] (2 Februari 1839)
Pada 8 September 1840, Kierkegaard resmi meminang Regine. Namun, Kierkegaard segera merasa kecewa dan melankolis tentang pernikahan. Kurang dari setahun setelah pinangannya, ia memutuskannya pada 11 Agustus 1841. Dalam jurnal-jurnalnya, Kierkegaard menyebutkan keyakinannya bahwa sifat "melankolis"nya membuatnya tidak cocok untuk menikah; tetapi motif sebenarnya untuk memutuskan pertunangannya itu tetap tidak jelas. Biasanya diyakini bahwa keduanya memang sangat saling mencintai, barangkali bahkan juga setelah Regine menikah dengan Johan Frederik Schlegel (1817–1896), seorang pegawai negeri terkemuka (jangan dikacaukan dengan filsuf Jerman Friedrich von Schlegel, (1772-1829) ). Pada umumnya hubungan mereka terbatas pada pertemuan-pertemuan kebetulan di jalan-jalan di Kopenhagen. Namun, beberapa tahun kemudian, Kierkegaard bahkan sampai meminta izin suami Regine untuk berbicara dengan Regine, namun Schlegel menolak.
Tak lama kemudian, pasangan itu berangkat meninggalkan Denmark, karena Schlegel telah diangkat menjadi Gubernur di Hindia Barat Denmark. Pada saat Regine kembali ke Denmark, Kierkegaard telah meninggal dunia. Regine Schlegel hidup hingga 1904, dan pada saat kematiannya, ia dikuburkan dekat Kierkegaard di Pemakaman Assistens di Kopenhagen.
Pengaruh dan penerimaan
Patung Søren Kierkegaard di Kopenhagen.
Karya-karya Kierkegaard baru tersedia luas beberapa dasawarsa setelah kematiannya. Pada tahun-tahun segera setelah meninggalnya, Gereja Negara Denmark, sebuah institusi penting di Denmark pada saat itu, menjauhi karya-karyanya dan menganjurkan orang-orang Denmark lainnya untuk melakukan hal yang sama. Selain itu, kurang dikenalnya bahasa Denmark, dibandingkan dengan bahasa Jerman, Perancis, dan Inggris, membuat hampir tidak mungkin bagi Kierkegaard untuk mendapatkan pembaca-pembaca non-Denmark.
Akademikus pertama yang mengarahkan perhatian kepada Kierkegaard adalah sesama orang Denmark Georg Brandes, yang menerbitkan dalam bahasa Jerman maupun Denmark. Brandes menyampaikan kuliah resminya yang pertama tentang Kierkegaard dan menolong memperkenalkan Kierkegaard ke seluruh Eropa.[7] Pada 1877, Brandes juga menerbitkan buku pertama tentang filsafat dan kehidupan Kierkegaard. Dramatis Henrik Ibsen menjadi tertarik terhadap Kierkegaard dan memperkenalkan karyanya ke seluruh Skandinavia. Sementara terjemahan-terjemahan independen dalam bahasa Jerman dari beberapa karya Kierkegaard mulai muncul pada 1870-an,[8] terjemahan-terjemahan akademis dalam bahasa Jerman dari seluruh karya Kierkegaard harus menunggu hingga 1910-an. Terjemahan-terjemahan ini dimungkinkan karena pengaruh Kierkegaard terhadap para pemikir dan penulis Jerman, Perancis, dan Inggris abad ke-20 mulai terasa.
Pada 1930-an, terjemahan akademis pertama dalam bahasa Inggris[9], oleh Alexander Dru, David F. Swenson, Douglas V. Steere, dan Walter Lowrie muncul, di bawah usaha editorial dari editor Oxford University Press, Charles Williams.[2] Terjemahan akademis yang kedua dalam bahasa Inggris dan yang terdapat luas diterbitkan oleh Princeton University Press pada 1970-an, 1980-an, 1990-an, di bawah pengawasan Howard V. Hong dan Edna H. Hong. Terjemahan resmi ketiga, di bawah pengawasan Pusat Penelitian Søren Kierkegaard, akan mencapai 55 jilid dan diharapkan akan selesai setelah 2009.[10]
Banyak filsuf abad ke-20, baik yang teistik maupun yang ateistik, meminjam banyak konsep dari Kierkegaard, termasuk pemahaman tentang angst (kecemasan), keputusasaan, serta pentingnya individu. Sebagai seorang filsuf ia menjadi sangat termasyhur pada tahun 1930-an, sebagian besar karena naik daunnya gerakan eksistensialis yang menunjuk kepadanya sebagai seorang pendahulu, meskipun kini ia sendiri dipandang sebagai seorang pemikir yang sangat penting dan berpengaruh.[11] Para filsuf dan teolog yang dipengaruhi oleh Kierkegaard termasuk Karl Barth, Simone de Beauvoir, Martin Buber, Rudolf Bultmann, Albert Camus, Martin Heidegger, Abraham Joshua Heschel, Karl Jaspers, Gabriel Marcel, Maurice Merleau-Ponty, Franz Rosenzweig, Jean-Paul Sartre, Joseph Soloveitchik, Paul Tillich, Miguel de Unamuno, Hans Urs von Balthasar. Anarkisme ilmiah Paul Feyerabend diilhami oleh gagasan Kierkegaard tentang subyektivitas sebagai kebenaran. Ludwig Wittgenstein sangat dipengaruhi dan harus mengakui keunggulan Kierkegaard,[4] dan mengklaim bahwa "Betapapun juga, Kierkegaard jauh terlalu dalam bagi saya. .[4] Karl Popper merujuk kepada Kierkegaard sebagai "pembaharu besar dalam etika Kristen, yang memaparkan moralitas Kristen yang resmi pada zamannya sebagai kemnafikan yang anti-Kristen dan anti-kemanusiaan".[12]
Para filsuf kontemporer seperti Emmanuel Lévinas, Hans-Georg Gadamer, Jacques Derrida, Jürgen Habermas, Alasdair MacIntyre, dan Richard Rorty, meskipun kadang-kadang sangat kritis, juga telah mengadaptasi beberapa pemikiran Kierkegaard.[13][14][15] Jerry Fodor pernah menulis bahwa Kierkegaard adalah "seorang empu dan jauh berada di luar liga tempat kami semua [para filsuf] bermain".[16]
Kierkegaard banyak sekali mempengaruhi literatur abad ke-20. Tokoh-tokoh yang sangat dipengaruhi oleh karya-karyanya termasuk Walker Percy, W.H. Auden, Franz Kafka,[17] David Lodge, dan John Updike.[18]
Kierkegaard juga sangat berpengaruh terhadap psikologi dan ia daapt dianggap sebagai pendiri psikologi Kristen[19] dan psikologi dan terapi eksistensial.[20] Para psikolog dan terapis eksistensialis (seringkalid isebut "humanistik") termasuk Ludwig Binswanger, Victor Frankl, Erich Fromm, Carl Rogers, dan Rollo May. May mendasarkan bukunya The Meaning of Anxiety (Makna Kecemasan) pada karya Kierkegaard Konsep tentang Kecemasan. Karya sosiologis Kierkegaard Dua Zaman: Zaman Revolusi dan Masa Kini memberikan kritik yang menarik terhadap modernitas.[21] Kierkegaard juga dilihat sebagai pendahulu penting dari pasca-modernisme.[13]
Kierkegaard meramalkan bahwa setelah kematiannya ia akan terkenal, dan membayangkan bahwa karyanya akan dipelajari dan diteliti dengan intensif. Dalam jurnal-jurnalnya, ia menulis:
Apa yang dibutuhkan zaman ini bukanlah seorang jenius sebab jenius sudah cukup banyak. Yang dibutuhkan adalah martir, yang rela taat hingga mati untuk mengajarkan manusia agar taat hingga mati. Apa yang dibutuhkan zaman ini adalah kebangkitan. Dan karena itu suatu hari kelak, bukan hanya tulisan-tulisan saya tetapi juga seluruh hidup saya, seluruh misteri yang membangkitkan tanda tanya tentang mesin ini akan dipelajari dan dipelajari terus. Saya tidak akan pernah melupakan bagaimana Tuhan menolong saya dan karena itu adalah harapan saya terakhir bahwa segala sesuatunya adalah untuk kemuliaan-Nya
—Søren Kierkegaard, Journals[5] (20 November 1847)
Bibliografi terpilih
Takut dan Gentar, salah satu karya Kierkegaard yang paling terkenal
Untuk daftar lengkap bibliografinya, lihat Daftar karya Søren Kierkegaard
• (1841) Konsep Ironi (Om Begrebet Ironi med stadigt Hensyn til Socrates)
• (1843) Ini/Itu (Enten - Eller)
• (1843) Takut dan Gentar (Frygt og Bæven)
• (1843) Repetisi (Gjentagelsen)
• (1844) Fragmen Filsafat (Philosophiske Smuler)
• (1844) Konsep tentang Kecemasan (Begrebet Angest)
• (1845) Tahap-tahap Jalan Kehidupan (Stadier paa Livets Vei)
• (1846) Menyimpulkan Catatan Penutup yang Tidak Ilmiah bagi Fragmen-fragmen Filsafat (Afsluttende uvidenskabelig Efterskrift)
• (1847) Wacana Membangun dalam Berbagai Roh (Opbyggelige Taler i forskjellig Aand)
• (1847) Karya Cinta Kasih (Kjerlighedens Gjerninger)
• (1848) Wacana Kristen (Christelige Taler)
• (1849) Nestapa Hingga Mati (Sygdommen til Døden)
• (1850) Praktik dalam Kekristenan (Indøvelse i Christendom)
Catatan dan rujukan
Rujukan
• Garff, Joakim, 2005. Søren Kierkegaard: A Biography, Princeton University Press. ISBN 069109165X
• Hannay, Alastair, 2003. Kierkegaard: A Biography (edisi baru). Cambridge University Press. ISBN 0521531810
• Hong, Howard V. dan Edna H., 2000. The Essential Kierkegaard. Princeton University Press. ISBN 0691033099
• MacDonald, William. Stanford Encyclopedia of Philosophy: Søren Kierkegaard.
• Storm, D. Anthony. "Commentary on Kierkegaard."
Catatan
1. Klasifikasi ini anakronistik; Kierkegaard adalah pemikir yang luar biasa unik dan karya-karyanya tidak cocok dengan aliran atau tradisi filsafat manapun. Ia sendiri pun tidak mengidentifikasikan dirinya dengan aliran manapun. Namun, karya-karyanya dianggap sebagai pendahulu dari banyak aliran pemikiran yang berkembang pada abad ke-20 dan ke-21. Lihat 20th century receptions dalam Cambridge Companion to Kierkegaard.
2. 2,0 2,1 Hannay, Alastair dan Gordon Marino (ed). The Cambridge Companion to Kierkegaard, Cambridge University Press 1997, ISBN 0521477190
3. Lippit, John dan Daniel Hutto. Making Sense of Nonsense: Kierkegaard and Wittgenstein. University of Hertfordshire. URL diakses pada April 23 2006.
4. 4,0 4,1 4,2 Creegan, Charles. Wittgenstein and Kierkegaard. Routledge. URL diakses pada 23 April 2006.
5. 5,0 5,1 5,2 Dru, Alexander. The Journals of Søren Kierkegaard, Oxford University Press, 1938.
6. Kierkegaard, Søren. The Concept of Irony with Continual Reference to Socrates, Princeton University Press 1989, ISBN 0691073546
7. Georg Brandes. Books and Writers. URL diakses pada 24 April 2006.
8. Cappelorn, Niels J. Written Images, Princeton University Press, 2003, ISBN 0691115559
9. Namun, sebuah terjemahan yang independen dalam bahasa Inggris dari cuplikan-cuplikan tulisan Kierkegaard dihasilkan pada 1923 oleh Lee Hollander, dan diterbitkan oleh Universitas Texas di Austin.
10. Søren Kierkegaard Forskningscenteret. University of Copenhagen. URL diakses pada 21 Agustus 2006.
11. Weston, Michael. Kierkegaard and Modern Continental Philosophy. Routledge, 1994, ISBN 0415101204
12. Popper, Sir Karl R. The Open Society and Its Enemies Vol 2: Hegel and Marx. Routledge, 2002, ISBN 0415290635
13. 13,0 13,1 Matustik, Martin Joseph dan Merold Westphal (ed.). Kierkegaard in Post/Modernity, Indiana University Press, 1995, ISBN 0253209676
14. MacIntyre, Alasdair. "Once More on Kierkegaard" dalam Kierkegaard after MacIntyre. Open Court Publishing, 2001, ISBN 081269452X
15. Rorty, Richard. Contingency, Irony, and Solidarity. Cambridge University Press, 1989, ISBN 0521367816
16. Fodor, Jerry. Water's water everywhere. London Review of Books. URL diakses pada 23 April 2006.
17. McGee, Kyle. Fear and Trembling in the Penal Colony. Kafka Project. URL diakses pada 24 April 2006.
18. Kierkegaard, Søren dengan Pengantar oleh John Updike. The Seducer's Diary, Princeton University Press, 1997, ISBN 0691017379
19. Society for Christian Psychology. Christian Psychology. URL diakses pada 24 April 2006
Rabu, 08 Juni 2011
Martin Heidegger
Martin Heidegger (Messkirch, 26 September 1889–26 Mei 1976) adalah seorang filsuf asal Jerman. Ia belajar di Universitas Freiburg di bawah Edmund Husserl,
penggagas fenomenologi, dan kemudian menjadi profesor di sana 1928. Ia mempengaruhi banyak filsuf lainnya, dan murid-muridnya termasuk Hans-Georg Gadamer, Hans Jonas, Emmanuel Levinas, Hannah Arendt, Leo Strauss, Xavier Zubiri dan Karl Löwith. Maurice Merleau-Ponty, Jean-Paul Sartre, Jacques Derrida,
Michel Foucault, Jean-Luc Nancy, dan Philippe Lacoue-Labarthe juga mempelajari tulisan-tulisannya dengan mendalam. Selain hubungannya dengan fenomenologi, Heidegger dianggap mempunyai pengaruh yang besar atau tidak dapat diabaikan
terhadap eksistentialisme, dekonstruksi, hermeneutika dan pasca-modernisme. Ia
berusaha mengalihkan filsafat Barat dari pertanyaan-pertanyaan metafisis dan
epistemologis ke arah pertanyaan-pertanyaan ontologis, artinya, pertanyaan-pertanyaan menyangkut makna keberadaan, atau apa artinya bagi manusia untuk berada. Heidegger juga merupakan anggota akademik yang penting dari Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei.
Masa kecil dan pendidikan
Heidegger dilahirkan di sebuah keluarga desa di Meßkirch, Jerman, dan diharapkan
kelak menjadi seorang pendeta. Di masa remajanya, ia dipengaruhi oleh Aristoteles yang dikenalnya lewat teologi Kristen. Konsep tentang "mengada", dalam pengertian tradisional ini, yang berasal dari Plato, adalah perkenalan pertamanya dengan sebuah gagasan yang kelak ditanamkannya pada pusaat karyanya yang paling terkenal, Being and Time (bahasa Jerman: Sein und Zeit) (1927). Keluarganya tidak cukup kaya untuk mengirimnya ke universitas, dan ia membutuhkan bea siswa. Untuk maksud tersebut, ia harus belajar agama. Heidegger juga tertarik akan matematika. Ketika ia belajar sebagai mahasiswa, ia
meninggalkan teologi dan beralih kepada filsafat, ketika ia menemukan sumber
pendanaan lain untuk studinya. Ia menulis disertasi doktoralnya berdasarkan sebuah teks yang saat itu dianggap sebagai karya Duns Scotus, seorang pemikir etika dan keagamaan abad ke-14, namun belakangan orang menduga itu adalah karya Thomas dari Erfurt.
Heidegger mulanya adalah seorang fenomenolog. Secara sederhana, kaum fenomenolog menghampiri filsafat dengan berusaha memahami pengalaman tanpa diperantarai oleh pengetahuan sebelumnya dan asumsi-asumsi teoretis abstrak. Husserl adalah pendiri dan tokoh utama aliran ini, sementara Heidegger adalah mahasiswa Husserl dan hal inilah yang meyakinkan Heidegger untuk menjadi seorang fenomenolog. Heidegger menjadi tertarik akan pertanyaan tentang "mengada" (atau apa artinya untuk berada). Karyanya yang terkenal Being and Time (Keberadaan dan Waktu) dicirikan sebagai sebuah ontologi fenomenologis. Gagasan tentang mengada berasal dari Parmenides dan secara tradisional merupakan salah satu pemikiran utama dari filsafat Barat. Persoalan tentang mengada dihidupkan kembali oleh Heidegger setelah memudar karena pengaruh tradisi metafisika dari Plato hingga Descartes, dan belakangan ini pada Masa Pencerahan. Heidegger berusaha mendasarkan keberadaan di dalam waktu, dan dengan demikian menemukan hakikatnya atau maknanya yang sesungguhnya, artinya, kemampuannya untuk kita pahami. Demikianlah Heidegger memulai di mana "mengada" itu dimulai, yakni di dalam pemikiran Yunani kuno, membangkitkan kembali suatu masalah yang telah lenyap dan yang kuarng dihargai dalam filsafat masa kini. Upaya besar Heidegger adalah menangani kembali Plato dengan serius, dan pada saat yang sama menggoyahkan seluruh dunia Platonis dengan menantang isipati Platonisme - memperlakukan keberadaan bukan sebagai sesuatu yang nirwaktu dan transenden, melainkan sebagai yang imanen (selalu hadir) dalam waktu dan sejarah.
Karya
1. Sein und Zeit (1927)
2. "The most thought-provoking thing in our thought-provoking time is that we are still not thinking."
3. -What is Called Thinking?
penggagas fenomenologi, dan kemudian menjadi profesor di sana 1928. Ia mempengaruhi banyak filsuf lainnya, dan murid-muridnya termasuk Hans-Georg Gadamer, Hans Jonas, Emmanuel Levinas, Hannah Arendt, Leo Strauss, Xavier Zubiri dan Karl Löwith. Maurice Merleau-Ponty, Jean-Paul Sartre, Jacques Derrida,
Michel Foucault, Jean-Luc Nancy, dan Philippe Lacoue-Labarthe juga mempelajari tulisan-tulisannya dengan mendalam. Selain hubungannya dengan fenomenologi, Heidegger dianggap mempunyai pengaruh yang besar atau tidak dapat diabaikan
terhadap eksistentialisme, dekonstruksi, hermeneutika dan pasca-modernisme. Ia
berusaha mengalihkan filsafat Barat dari pertanyaan-pertanyaan metafisis dan
epistemologis ke arah pertanyaan-pertanyaan ontologis, artinya, pertanyaan-pertanyaan menyangkut makna keberadaan, atau apa artinya bagi manusia untuk berada. Heidegger juga merupakan anggota akademik yang penting dari Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei.
Masa kecil dan pendidikan
Heidegger dilahirkan di sebuah keluarga desa di Meßkirch, Jerman, dan diharapkan
kelak menjadi seorang pendeta. Di masa remajanya, ia dipengaruhi oleh Aristoteles yang dikenalnya lewat teologi Kristen. Konsep tentang "mengada", dalam pengertian tradisional ini, yang berasal dari Plato, adalah perkenalan pertamanya dengan sebuah gagasan yang kelak ditanamkannya pada pusaat karyanya yang paling terkenal, Being and Time (bahasa Jerman: Sein und Zeit) (1927). Keluarganya tidak cukup kaya untuk mengirimnya ke universitas, dan ia membutuhkan bea siswa. Untuk maksud tersebut, ia harus belajar agama. Heidegger juga tertarik akan matematika. Ketika ia belajar sebagai mahasiswa, ia
meninggalkan teologi dan beralih kepada filsafat, ketika ia menemukan sumber
pendanaan lain untuk studinya. Ia menulis disertasi doktoralnya berdasarkan sebuah teks yang saat itu dianggap sebagai karya Duns Scotus, seorang pemikir etika dan keagamaan abad ke-14, namun belakangan orang menduga itu adalah karya Thomas dari Erfurt.
Heidegger mulanya adalah seorang fenomenolog. Secara sederhana, kaum fenomenolog menghampiri filsafat dengan berusaha memahami pengalaman tanpa diperantarai oleh pengetahuan sebelumnya dan asumsi-asumsi teoretis abstrak. Husserl adalah pendiri dan tokoh utama aliran ini, sementara Heidegger adalah mahasiswa Husserl dan hal inilah yang meyakinkan Heidegger untuk menjadi seorang fenomenolog. Heidegger menjadi tertarik akan pertanyaan tentang "mengada" (atau apa artinya untuk berada). Karyanya yang terkenal Being and Time (Keberadaan dan Waktu) dicirikan sebagai sebuah ontologi fenomenologis. Gagasan tentang mengada berasal dari Parmenides dan secara tradisional merupakan salah satu pemikiran utama dari filsafat Barat. Persoalan tentang mengada dihidupkan kembali oleh Heidegger setelah memudar karena pengaruh tradisi metafisika dari Plato hingga Descartes, dan belakangan ini pada Masa Pencerahan. Heidegger berusaha mendasarkan keberadaan di dalam waktu, dan dengan demikian menemukan hakikatnya atau maknanya yang sesungguhnya, artinya, kemampuannya untuk kita pahami. Demikianlah Heidegger memulai di mana "mengada" itu dimulai, yakni di dalam pemikiran Yunani kuno, membangkitkan kembali suatu masalah yang telah lenyap dan yang kuarng dihargai dalam filsafat masa kini. Upaya besar Heidegger adalah menangani kembali Plato dengan serius, dan pada saat yang sama menggoyahkan seluruh dunia Platonis dengan menantang isipati Platonisme - memperlakukan keberadaan bukan sebagai sesuatu yang nirwaktu dan transenden, melainkan sebagai yang imanen (selalu hadir) dalam waktu dan sejarah.
Karya
1. Sein und Zeit (1927)
2. "The most thought-provoking thing in our thought-provoking time is that we are still not thinking."
3. -What is Called Thinking?
Jumat, 13 Mei 2011
Abu Mansur Al-Amriki, Tokoh Gerakan Jihad Selanjutnya [bagian 05 dari 11]
Menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Islam
Pada suatu pagi, seperti biasa Debra melakukan tugasnya di dapur, menyiapkan sarapan dengan memasak bubur jagung. Seorang wanita bermata cokelat mengkilat dengan hobi mengobrol sedang menikmati kopinya dari cangkir ketiga. Di kamar sebelah, sebuah meja dari kayu ek telah ditata untuk makan malam. Tampak foto-foto keluarga bergantungan di dinding sebagai hiasan.
Seperti ibunya yang keras kepala dalam berpendapat, Hammami juga tidak jauh dari sifat tersebut. Ketika ia meyakini sesuatu, ia selalu berpaling dari orang-orang yang tidak sependapat dengannya. Di sekolah, karena sifat keras kepalanya, Hammami justru berhasil membujuk beberapa siswa, termasuk pacarnya, untuk memelajari Islam, sehingga saat itu terlihat sedikit perbedaan yang mencolok di sekolah daripada hari-hari sebelumnya, di mana beberapa remaja Kristen secara rutin berkumpul di tiang bendera untuk belajar sholat bersama.
Dengan berapi-api, Hammami berbicara di depan teman-temannya." Jadi jika Yesus itu benar-benar tuhan, lalu kepada siapa ia berdoa apabila hal itu dikisahkan di dalam Bibel?" Jelas Bernie Culveyhouse, teman sekolahnya mengenang . Saat mereka tetap bersikeras meyakini Yesus sebagai Tuhan, maka dengan cepat Hammami akan menukas, "Apakah semua itu tidak membuat Yesus terlalu meninggikan diri sendiri?"
Karena pengaruh Hammami, akhirnya Culveyhouse memeluk Islam. Sedangkan Stevenson, pacar Hammami memutuskan hubungannya dengan Hammami karena faktor permasalahan agama. Persahabatan Hammami dengan teman-temannya di sekolah semakin hari tambah menegang, apalagi ketika suatu sore pada tahun 2000, topik perbincangan di kelas berkaitan dengan sepak terjang Usamah bin Ladin, buronan nomor satu Amerika. Perbincangan tersebut mengarah ke penyematan nama teroris kepada bin Ladin yang telah mengaku bertanggung jawab atas pengeboman Kedutaan Besar Amerika Serikat di Kenya dan Tanzania pada tahun 1998. Seorang anak laki-laki di kelas itu mengusulkan kalau bin Ladin harus ditembak mati.
"Bagaimana tentang Billy Graham (penginjil terkenal dari Amerika)?" tanya Hammami mencoba mengikuti arus perbicangan. "Billy Graham adalah seorang penceramah yang cinta damai." Jawab seorang anak yang beragama Kristen. Ia kemudian berkata, "Usamah bin Ladin adalah seorang teroris."
"Bisa jadi seorang teroris justru menjadi pejuang kebebasan orang lain." komentar Hammami diplomatis.
Karena umur yang relatif muda, Hammami sering menjadi bahan tontonan di sekolah. Walaupun ia selalu melaksanakan sholat di dekat tiang bendera, namun ia selalu menolak mengakui keislamannya. Hammami terus menjadi pusat perhatian, apalagi saat ia mencoba mencekik seorang siswa yang menyela bacaan Al Qur'annya, tapi tindakan tersebut segera dihentikan oleh teman-temannya.
Bagaimanapun perilaku Hammami saat itu, ia tetap menjadi siswa yang berprestasi, apalagi nilai ujiannya saat itu termasuk yang tertinggi sehingga ia dapat menyelesaikan sekolahnya dengan baik, dan kemudian mendaftar di Universitas Alabama Selatan. Di sana, ia sangat beruntung, karena tidak lagi melaksanakan sholat sendirian. Ia dengan mudah dapat pergi ke masjid dari kampusnya. Karena keaktifannya di kampus, Hammami mendapatkan posisi yang tinggi, menjabat presiden Himpunan Mahasiswa Islam.
Segera setelah itu, serangan 9 / 11 ke gedung WTC terjadi. Para wartawan lokal mulai menelepon Hammami untuk memberikan komentar. Sambil menimbang-nimbang, ia mengatakan kepada wartawan jurnal kampus, "Sulit dipercaya jika seorang muslim melakukan semua ini" Tapi saat itu ia tidak siap menghadapi cecaran pertanyaan wartawan karena ia merasa lemah dalam pengetahuan Islam. Berangkat dari sana, ia kemudian berniat memperdalam ilmu agamanya dan berkesempatan menjadi murid Tony Salvatore Sylvester, seorang mualaf berumur 35 tahun yang baru saja diangkat menjadi ustadz.
Sylvester berjanggut pirang tipis. Sebelum memeluk Islam, ia dibesarkan dalam keluarga Katolik di kota Doylestown. Ia menemukan Islam di awal umur 20-an ketika bekerja sebagai gitaris jazz di Philadelphia. Ia datang ke Alabama Selatan bersama istri dan enam anak-anaknya sambil berharap mendapat pekerjaan di sekolah Islam. Saat itu, ia dianggap sebagai tokoh yang menonjol dalam gerakan dakwah Salaf di Amerika. [muslimdaily.net/NYT] - Bersambung -
Kamis, 12 Mei 2011
Abu Mansur Al-Amriki, Tokoh Gerakan Jihad Selanjutnya [bagian 04 dari 11]
Kenakalan Remaja dan Proses Penemuan Islam
Jika dibandingkan dengan teman-teman seusianya, Hammami adalah anak yang paling suka mengintropeksi diri, selain itu ia juga sangat suka mempelajari pelajaran yang menurut orang lain tergolong berat. Di jurnal sekolah, Hammami pernah menuliskan pendapatnya tentang perang. "Saya tidak percaya perang adalah sebuah pilihan. Ia tidak memiliki maksud yang pasti." Dalam sebuah kesempatan, tepatnya pada tanggal 13 April 1996, ia menulis tentang pengeboman di Oklahoma, AS. Ia menganggap pengeboman di Oklahoma sebagai tindakan bodoh, selain itu ia memberi sedikit komentar, "Saya berharap kekerasan akan lenyap dari bumi ini."
Hammami (memakai peci putih) saat di Syria bersama saudaranya |
Shafik, selaku seorang ayah yang disiplin pernah harus mencuci mulut mereka dengan deterjen sampai membuat mereka muntah. Tapi sebagai anak-anak yang memasuki masa remaja, Shafik semakin berhati-hati menjaga anak-anaknya terutama Dena, karena ia adalah seoranga wanita. Baginya menjaga anak-anaknya adalah jalan yang paling terhormat. Karena itu, Shafik selalu melarang Dena berbicara di telepon tanpa pengawasan dari ayahnya. Ia juga memerintah Dena untuk menutupi seluruh kakinya selama latihan sepak bola untuk menghindari tatapan orang lain.
Tapi Dena dengan jiwa mudanya justru terus berusaha mengelak dari aturan ayahnya, tentu saja dengan dukungan Hammami sebagai kakak yang siap membela. Tanpa sepengetahuan sang ayah, Hammami sering membantu adiknya tersebut menerima telepon dari orang laki-laki dan menyelinap keluar dari rumah. Dari bantuan tersebut, Dena dan Hammami menjadi semakin akrab dan kompak. Di kemudian hari, mereka berdua merupakan saksi dari sebuah sistem pendidikan yang hanya mereka bisa mengerti sendiri.
Beranjak ke umur 16 tahun, Dena merasa tidak tahan lagi terhadap aturan ketat ayahnya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk pergi dari rumah. Saat akan pergi, Dena memeluk kakaknya erat-erat sambil meminta maaf. "Maaf aku tidak bisa mengajakmu." katanya.
Dena lantas tinggal di rumah temannya, walaupun tahun berikutnya ia memutuskan kembali ke rumahnya lagi. Saat itu Hammami menulis kelakuan kakaknya itu sebagai "berpikir untuk diri sendiri dan membuat cara sendiri."
Dalam kehidupan sehari-hari, Hammami juga suka berpikir untuk diri sendiri. Karakter tersebut baginya sangat berguna, sehingga ia tidak malu-malu mengklaim sebagai salah satu anak terpopuler di Daphne High School. Jika orang-orang benar-benar mengamatinya, sebenarnya ia terkesan lucu dan unik, apalagi ia kutu buku, menyenangi sastra, jago bermain skateboard, tapi berjiwa pemberontak. Meskipun pendek dan kurus, tetapi berkat keberanian atau kesombongannya, ia banyak menjadi pujaan wanita-wanita cantik di sekolah. Keberuntungan seolah-olah berpihak kepadanya saat ia dapat menaklukkan Lauren Stevenson, salah satu gadis tercantik di sekolah. "Ia hanya bisa ditaklukkan oleh orang yang enerjik" kata Hammami mengomentari keberuntungannya.
Namun keberuntungan dalam masalah sosial tersebut tidak berpihak kepada batin Hammami. Hari demi hari, ia justru merasakan ada konflik internal di dalam dirinya, ia tidak tahu apakah harus menjadi Muslim atau Kristen. Ia kembali teringat saat-saat di Suriah dulu, ketika ia dan Dena yang masih kanak-kanak diperingatkan oleh keluarga ayahnya kalau mereka akan masuk neraka jika tidak memeluk Islam. Padahal, dalam agama kristen Perdido, keluarga ibu mereka juga bersikeras mengingatkan kalau neraka disediakan untuk orang-orang non-kristen.
Ketika berusia 12 tahun, Hammami menulis dalam buku hariannya, "Kadang-kadang saya bingung karena Alkitab (bibel) menyatakan satu hal, sedangkan buku pelajaran dan guru saya mengatakan hal lain yang berlawanan." Satu hal yang lebih susah dipahami Hammami adalah bagaimana Allah bisa memiliki anak seperti yang diyakini oleh para pemeluk agama kristen. Di saat-saat penuh kebingungan seperti itulah, ayahnya mulai mendesaknya belajar Islam.
Tapi Daphne saat itu masih belum mendukung keagamaan Hammami. Sebagaimana wilayah lain di penjuru Amerika, saat itu Daphene masih belum memiliki masjid sendiri, sedangkan sekitar 43 gereja terdaftar sudah bertebaran lebih dahulu di sekitarnya. Tapi di wilayah Mobile, tepatnya di dekat Universitas Alabama Selatan, komunitas Muslim kecil Palestina, Mesir dan Pakistan telah membangun dan mengembangakan sebuah masjid lengkap dengan kegiatan-kegiatan pendukungnya. Hal itu kemudian memikat hati ayah Hammami untuk bergabung menjadi jamaah aktif. Tidak hanya masjid, perkembangan keislaman masyarakat Muslim di Mobile juga berlanjut ke pembangunan sekolah Islam pertama.
Sebuah perjalanan ke Damaskus di liburan musim panas ternyata memberikan kesan tersendiri bagi Hammami. Ia menyukai hal-hal yang sering terngiang-ngiang di dalam pikirannya, bagaimana bibinya setia menemaninya dan bagaimana sepupu laki-lakinya berbagi kekompakan dengannya dengan penuh rasa persaudaraan. Dalam foto-foto perjalanannya ke Damaskus, Hammami tampak memakai celana dan kaos polo dengan kopyah diatas kepalanya. Sebuah video keluarga juga menunjukkan kalau ia sedang menghadap kiblat ketika melaksanakan sholat di suatu malam.
Ketika ia kembali ke Daphne, Hammami masih kembali mengalami konflik batin. Suatu malam sebelum pergi tidur, ia berpaling menghadap Tuhannya untuk memohon bimbingan. "Perlahan-lahan aku mulai cenderung kepada Islam." Baru setelah itu, dengan penuh keyakinan ia menulis surat kepada kakaknya, "hatiku kini menjadi tenang."
Tapi proses keislaman Hammami ternyata tidak berjalan mulus. Ia dengan segala identitas dan ketenarannnya di sekolah harus menghadapi semua konsekwensi dari teman-temannya, seperti saat ia berhasil mendapat izin dari pihak sekolah untuk melaksanakan sholat di ruangan kecil di samping perpustakaan, banyak siswa yang mencuri pandang kepadanya sambil kemudian membelalakkan mata. Mereka benar-benar tidak percaya apa yang terjadi pada Hammami saat itu. [muslimdaily.net/NYT]
- Bersambung -
Rabu, 11 Mei 2011
Abu Mansur Al-Amriki, Tokoh Gerakan Jihad Selanjutnya [bagian 03 dari 11]
LANJUTAN BAGIAN 2
Suasana Daphne yang terletak di sepanjang teluk Alabama, di utara teluk Meksiko tampak tenang. Kota ini tampak tidak terlalu sibuk daripada kota-kota lain di Amerika. Pondok dan gazebo gaya lama tampak menghiasi tepian pantai yang terletak di bawah tebing-tebing yang menjulang tinggi. Jalan-jalan luas yang diselingi pohon kemiri dan mapel juga menambah keharmonisan tempat tersebut dengan alam di sekitarnya. Apalagi saat senja tiba, deru ombak seperti biasa akan menampar dermaga, menginspirasi para nelayan untuk bermalas-malasan sambil memandangi siluet langit berwarna emas.
Setelah meninggalkan Suriah (tepatnya pada tahun 1972), Shafik Hammami terus disibukkan dengan urusan mencari tempat tinggal di Amerika. Ia masih teringat saat di Suriah dulu. Ia, anak yang tertua dari sembilan bersaudara saat itu ingin belajar ilmu kedokteran dan mendengar kalau perguruan tinggi kecil di daerah-daerah yang kurang penduduknya di Amerika Serikat adalah yang paling cocok untuk para imigran. Di saat ia sedang memikirkan perguruan mana yang akan ia masuki, secara kebetulan seorang penerjemah yang bekerja di Damaskus menyerahkan brosur Faulkner State Community College yang berlokasi di Bay Minette, tidak jauh dari Daphne.
Di Faulknerlah Shafik kemudian belajar. Bersama dengan segelintir mahasiswa lain dari Timur Tengah, Shafik pun menjalani hari-harinya yang penuh lika-liku. Dengan rambut hitam bergelombang dan bahasa Inggris yang masih belepotan, ia kadang menyendiri dari keramaian dan duduk di tempat-tempat yang tidak ramai oleh kerumunan mahasiswa. Pernah suatu malam, ia merasa aneh karena saat sedang berkendara di daerah Mobile bay, sekelompok orang dengan penutup kepala putih mencegatnya dan meminta uang. Baginya penutup kepala mereka terlihat lucu, seperti kelompok Ku Klux Klan di Amerika.
Tapi budaya umat Kristen konservatif di Alabama ternyata cocok dengannya. Kebanyakan perempuan yang ia jumpai di sana tidak minum minuman keras atau merokok. Hal itulah yang menjadi faktor utama kenapa ia suka dengan Debra Hadley, seorang senior di sekolah yang memiliki wajah cantik dan kemudian ia kenal lewat teman-temannya. Debra sendiri adalah putri seorang tukang jagal, berpipi merah jelita dengan senyum yang menawan dan jarang melewatkan kebaktian di hari Minggu.
Setelah mengenal Debra, Shafik tidak membuang-buang waktu. Ia memutuskan untuk melangsungkan pertunangan dengan Debra, apalagi bagi Shafik, hal tersebut tidak melanggar ajaran agama, karena menurutnya seorang muslim dibolehkan menikahi orang Kristen. Debra sendiri ternyata mendapat restu dari ibunya, setelah ia sebelumnya berjanji tidak akan memeluk Islam. Pernikahan mereka dimulai dengan upacara pernikahan ala agama Kristen di gereja, kemudian diikuti dengan upacara pernikahan ala Islam di sebuah tempat khusus. Saat melangsungkan dua upacara lain agama seperti itulah, muncul pertanyaan pada diri mereka, apakah mereka akan menyerahkan haknya .
Pada saat Umar Hamammi lahir delapan tahun kemudian, orang tua dan adiknya pindah ke sebuah daerah peternakan di Daphne, sebuah kota di mana sekitar ribuan hektar ladang kapas menjadi sumber mata pencaharian utama bagi penduduknya, seperti perkebunan Hills yang terkenal. Hari pun berlanjut hingga Shafik kemudian berhasil menjadi insinyur sipil dan bekerja di Departemen Perhubungan, sedangkan Debra berkesempatan mengajar di sebuah sekolah dasar.
Tahun-tahun pertama, kehidupan Umar kecil lebih banyak dihabiskan bersama ibunya. Berbintik-bintik dan berambut pirang, Umar kecil yang sering dipanggil Omie kadang menghabiskan waktu sore di musim panas bersama kakek-neneknya di ladang, mengupas kacang dan makan semangka di beranda rumah mereka. Bahkan, di saat ada waktu lengang, pamannya, Tom Sawyer mengajaknya berburu rusa di hutan.
Pada hari Minggu, Umar kecil dan Dena sering diajak sang ibu menghadiri kebaktian di Gereja Baptis terdekat, walaupun hal itu harus mereka rahasiakan dari sang ayah. Selain acara kebaktian, mereka berdua juga menghadiri program studi Alkitab khusus musim panas (saat itulah Umar memenangkan $ 10 dalam sebuah lomba bertema pengetahuan agama). Beranjak ke umur 6 tahun, Umar secara sukarela menyatakan kepada pendeta kalau ia bersedia dibaptis. "Aku percaya, aku menginginkan semua itu," kata Umar kemudian kepada temannya, Trey Gunter.
Di rumah, ayah Umar ternyata juga tidak kalah gencar mengajarkan agama Islam dan bahasa Arab, agama yang dibawa dari Suriah, tanah kelahiran yang jauh dari hiruk pikuk pesta kembang api empat Juli, kostum Halloween dan adat-adat di Amerika lainnya.
Namun, adat di rumah Hammami tetap kental dengan adat keluarga muslim. Hal itu tampak dari dinding di dalam rumah yang terhiasi ayat-ayat Al-Quran. Selain itu, daging babi juga sangat dilarang di rumah tersebut. "Rasanya seperti dua sekolah dengan pemikiran berbeda di bawah satu atap," kata Dena suatu hari.
Umar dan adiknya terus belajar beradaptasi dengan situasi di dalam rumah. Dalam sebuah foto yang diambil pada tanggal 8 Oktober 1992, ayahnya mengarahkan sebuah kamera ke kue yang sedang terhidang. "Hari ini adalah hari ulang tahun Debra." Kata ayahnya dalam aksen Suriah yang sedikit terpengaruh nada orang Alabama. "Kami saat ini sedang merayakan ulang tahunnya." Pada jepretan berikutnya, sang ibu berdiri di dekat kue ulang tahun sambil tersenyum.
Waktu Debra sibuk membuka hadiah, Umar yang berumur 8 tahun tampak tidak tahan melihat kelezatan kue di depannya. Dengan kepolosannya, ia langsung menjilati lapisan kue yang terlihat berkilat-kilat, sehingga membuat semua yang melihatnya tertawa.
Waktu pun berlalu secara cepat. Umar Hammami akhirnya menemukan keluarga barunya di sekolah menengah. Kathleen Hirsch, gurunya dalam program khusus siswa berbakat adalah seorang wanita Yahudi yang unik. Ia sering bolak-balik ke dalam dan keluar kelas, mengganti meja dengan sofa, menyeduh kopi dan mengisi rak-rak dengan buku Dylan Thomas dan Gertrude Stein. Ialah satu-satunya guru yang sering mengajari Hammami berpikir di luar kebiasaan.
Saat itu juga, Hammami mulai membaca buku dengan lahap, sampai ia pernah benar-benar tenggelam, menikmati buku The Catcher in the Rye bahkan kadang-kadang ia juga melahap kamus. Selain membaca, ia juga suka mengikuti program debat, apalagi ia sangat aktif. Dalam sebuah kontes pidato, ia bahkan pernah menegur dirinya sendiri untuk menyelesaikan persiapan yang ada. "Ia terus mengulang-ulang teks pidato tersebut setiap menit, kemudian bertanya kepada saya apakah yang ia melakukan kesalahan, bagaimana gaya tubuh pembicara? Bagaimana melakukan kontak mata?" kata Hirsch mengenang sang anak didik yang telah diajar selama enam tahun dalam pesan e-mail baru-baru ini. "Ia benci menjadi orang yang kalah." [muslimdaily.net/NYT]
- Bersambung -
Suasana Daphne yang terletak di sepanjang teluk Alabama, di utara teluk Meksiko tampak tenang. Kota ini tampak tidak terlalu sibuk daripada kota-kota lain di Amerika. Pondok dan gazebo gaya lama tampak menghiasi tepian pantai yang terletak di bawah tebing-tebing yang menjulang tinggi. Jalan-jalan luas yang diselingi pohon kemiri dan mapel juga menambah keharmonisan tempat tersebut dengan alam di sekitarnya. Apalagi saat senja tiba, deru ombak seperti biasa akan menampar dermaga, menginspirasi para nelayan untuk bermalas-malasan sambil memandangi siluet langit berwarna emas.
Setelah meninggalkan Suriah (tepatnya pada tahun 1972), Shafik Hammami terus disibukkan dengan urusan mencari tempat tinggal di Amerika. Ia masih teringat saat di Suriah dulu. Ia, anak yang tertua dari sembilan bersaudara saat itu ingin belajar ilmu kedokteran dan mendengar kalau perguruan tinggi kecil di daerah-daerah yang kurang penduduknya di Amerika Serikat adalah yang paling cocok untuk para imigran. Di saat ia sedang memikirkan perguruan mana yang akan ia masuki, secara kebetulan seorang penerjemah yang bekerja di Damaskus menyerahkan brosur Faulkner State Community College yang berlokasi di Bay Minette, tidak jauh dari Daphne.
Di Faulknerlah Shafik kemudian belajar. Bersama dengan segelintir mahasiswa lain dari Timur Tengah, Shafik pun menjalani hari-harinya yang penuh lika-liku. Dengan rambut hitam bergelombang dan bahasa Inggris yang masih belepotan, ia kadang menyendiri dari keramaian dan duduk di tempat-tempat yang tidak ramai oleh kerumunan mahasiswa. Pernah suatu malam, ia merasa aneh karena saat sedang berkendara di daerah Mobile bay, sekelompok orang dengan penutup kepala putih mencegatnya dan meminta uang. Baginya penutup kepala mereka terlihat lucu, seperti kelompok Ku Klux Klan di Amerika.
BAGIAN 3
Debra dan Shafik Hammami (Ayah Abu Mansur Al Amriki) di awal tahun 80 an, mereka sedang menggendong anak perempuan mereka Dena (kakak Abu Mansur), beberapa tahun sebelum Abu Mansur atau Omar dilahirkan |
Setelah mengenal Debra, Shafik tidak membuang-buang waktu. Ia memutuskan untuk melangsungkan pertunangan dengan Debra, apalagi bagi Shafik, hal tersebut tidak melanggar ajaran agama, karena menurutnya seorang muslim dibolehkan menikahi orang Kristen. Debra sendiri ternyata mendapat restu dari ibunya, setelah ia sebelumnya berjanji tidak akan memeluk Islam. Pernikahan mereka dimulai dengan upacara pernikahan ala agama Kristen di gereja, kemudian diikuti dengan upacara pernikahan ala Islam di sebuah tempat khusus. Saat melangsungkan dua upacara lain agama seperti itulah, muncul pertanyaan pada diri mereka, apakah mereka akan menyerahkan haknya .
Pada saat Umar Hamammi lahir delapan tahun kemudian, orang tua dan adiknya pindah ke sebuah daerah peternakan di Daphne, sebuah kota di mana sekitar ribuan hektar ladang kapas menjadi sumber mata pencaharian utama bagi penduduknya, seperti perkebunan Hills yang terkenal. Hari pun berlanjut hingga Shafik kemudian berhasil menjadi insinyur sipil dan bekerja di Departemen Perhubungan, sedangkan Debra berkesempatan mengajar di sebuah sekolah dasar.
Tahun-tahun pertama, kehidupan Umar kecil lebih banyak dihabiskan bersama ibunya. Berbintik-bintik dan berambut pirang, Umar kecil yang sering dipanggil Omie kadang menghabiskan waktu sore di musim panas bersama kakek-neneknya di ladang, mengupas kacang dan makan semangka di beranda rumah mereka. Bahkan, di saat ada waktu lengang, pamannya, Tom Sawyer mengajaknya berburu rusa di hutan.
Pada hari Minggu, Umar kecil dan Dena sering diajak sang ibu menghadiri kebaktian di Gereja Baptis terdekat, walaupun hal itu harus mereka rahasiakan dari sang ayah. Selain acara kebaktian, mereka berdua juga menghadiri program studi Alkitab khusus musim panas (saat itulah Umar memenangkan $ 10 dalam sebuah lomba bertema pengetahuan agama). Beranjak ke umur 6 tahun, Umar secara sukarela menyatakan kepada pendeta kalau ia bersedia dibaptis. "Aku percaya, aku menginginkan semua itu," kata Umar kemudian kepada temannya, Trey Gunter.
Di rumah, ayah Umar ternyata juga tidak kalah gencar mengajarkan agama Islam dan bahasa Arab, agama yang dibawa dari Suriah, tanah kelahiran yang jauh dari hiruk pikuk pesta kembang api empat Juli, kostum Halloween dan adat-adat di Amerika lainnya.
Namun, adat di rumah Hammami tetap kental dengan adat keluarga muslim. Hal itu tampak dari dinding di dalam rumah yang terhiasi ayat-ayat Al-Quran. Selain itu, daging babi juga sangat dilarang di rumah tersebut. "Rasanya seperti dua sekolah dengan pemikiran berbeda di bawah satu atap," kata Dena suatu hari.
Umar dan adiknya terus belajar beradaptasi dengan situasi di dalam rumah. Dalam sebuah foto yang diambil pada tanggal 8 Oktober 1992, ayahnya mengarahkan sebuah kamera ke kue yang sedang terhidang. "Hari ini adalah hari ulang tahun Debra." Kata ayahnya dalam aksen Suriah yang sedikit terpengaruh nada orang Alabama. "Kami saat ini sedang merayakan ulang tahunnya." Pada jepretan berikutnya, sang ibu berdiri di dekat kue ulang tahun sambil tersenyum.
Waktu Debra sibuk membuka hadiah, Umar yang berumur 8 tahun tampak tidak tahan melihat kelezatan kue di depannya. Dengan kepolosannya, ia langsung menjilati lapisan kue yang terlihat berkilat-kilat, sehingga membuat semua yang melihatnya tertawa.
Waktu pun berlalu secara cepat. Umar Hammami akhirnya menemukan keluarga barunya di sekolah menengah. Kathleen Hirsch, gurunya dalam program khusus siswa berbakat adalah seorang wanita Yahudi yang unik. Ia sering bolak-balik ke dalam dan keluar kelas, mengganti meja dengan sofa, menyeduh kopi dan mengisi rak-rak dengan buku Dylan Thomas dan Gertrude Stein. Ialah satu-satunya guru yang sering mengajari Hammami berpikir di luar kebiasaan.
Saat itu juga, Hammami mulai membaca buku dengan lahap, sampai ia pernah benar-benar tenggelam, menikmati buku The Catcher in the Rye bahkan kadang-kadang ia juga melahap kamus. Selain membaca, ia juga suka mengikuti program debat, apalagi ia sangat aktif. Dalam sebuah kontes pidato, ia bahkan pernah menegur dirinya sendiri untuk menyelesaikan persiapan yang ada. "Ia terus mengulang-ulang teks pidato tersebut setiap menit, kemudian bertanya kepada saya apakah yang ia melakukan kesalahan, bagaimana gaya tubuh pembicara? Bagaimana melakukan kontak mata?" kata Hirsch mengenang sang anak didik yang telah diajar selama enam tahun dalam pesan e-mail baru-baru ini. "Ia benci menjadi orang yang kalah." [muslimdaily.net/NYT]
- Bersambung -
Langganan:
Postingan (Atom)