PPC Iklan Blogger Indonesia

Jumat, 28 Januari 2011

Konsep TUHAN dalam Islam

Di antara penyakit keberagamaan yang menghinggapi masyarakat modern dewasa ini adalah kecenderungan memperTUHANkan benda, material atau duniawi. Seseorang sedemikian hebat membela habis harta, dan meyakini tidak ada intervensi tuhan dalam hartanya. Ia merasa tidak perlu mengeluarkan zakat dan sodaqoh. Meninggalkan perintah agama bukan menjadi persoalan, demi mengejar dunia. Semua ini, karena dalam pikirannya dunia adalah segalanya.
Apakah kita mau terjerembab dalam pola penyakit seperti ini?, tentunya TIDAK bukan?
Untuk menghindari pola penyakit ini, kita perlu memahami konsep tentang keTUHANan dengan baik dan benar. Siapa sebenarnya yang disebut dengan TUHAN itu dan apa yang harus kita lakukan agar bisa dekat dengan TUHAN yang sesungguhnya?
Secara KONSEP, yang disebut dengan TUHAN adalah suatu kekuatan yang maha hebat yang menguasai jiwa, raga, hati dan pikiran secara total. Kita tidak mengetahui sumber kekuatan ini dari mana, ia muncul dalam hati dan pikiran. Akibatnya, akan timbul rasa takut terhadap marah dan siksanya, serta memunculkan rasa rindu dan keinginan untuk dekat dengannya melalui cara-cara tertentu.
Dalam peradaban manusia, wujud dari kekuatan ini bermacam-macam, tergantung persepsi atau image yang terbentuk dan ajaran yang diikuti. Dari sini, munculah bermacam-macam tuhan yang disembah, dipuji, dan disucikan oleh berbagai manusia. Ada tuhan matahari, tuhan batu, tuhan sapi, tuhan api, tuhan keris, dan lain sebagainya. Manusia penyembah material ini, meyakini bahwa matahari, batu, sapi, keris atau lainnnya memiliki kekuatan yang menguasai jiwa dan raganya. 
Bagaimanakan konsep Tuhan dalam Islam?
Islam mengajarkan bahwa semua yang ada di alam semesta ini bukanlah tuhan, melainkan hanya ciptaan tuhan (makhluk). Tuhan dalam islam ialah Alloh SWT. Setiap makhluk hanyalah memiliki potensi / daya yang diberikan Alloh kepadanya. Nasi diberikan daya mengenyangkan perut jika ia dimakan, air menghilangkan rasa haus dan menyegarkan tubuh jika diminum, api mengeluarkan panas jika digunakan, dan lain sebagainya. Apapun semua itu, tidak boleh dipertuhankan, karena ia hanya memiliki potensi.
Saat kita makan nasi dan merasa kenyang, kita harus meyakini bahwa kenyang itu bukanlah karena nasi, melainkan karena ada daya yang Alloh titipkan kepada nasi itu sehingga ia mampu memberikan rasa kenyang. Jadi nasi hanyalah media penampung energi, daya atau potensi. Sementara yang memberikan kenyang hakikatnya adalah Alloh.
Jika Alloh menghendaki, bisa saja seseorang tidak merasa kenyang meskipun ia telah makan makanan yang banyak. Begitupula api tidak memberikan rasa panas atau membakar seperti saat nabi Ibrahim dibakar oleh raja Namruz. Jadi, secara kebahasaan boleh saja kita berkata “Saya kenyang karena makan roti”, namun secara aqidah, faktor kenyang bukanlah lantaran roti, namun karena Alloh.
Uluhiyah dan Rububiyah
Konsep aqidah Islam terkait ketuhanan ada Uluhiyah dan Rububiyah. Uluhiah yakni Alloh sebagai satu-satunya zat yang disembah. Ia tidak dipersekutukan dengan apa dan siapapun. Janganlah menggeser Alloh sebagai zat yang disembah, dipuji, dan diibadahi. Cara mendekati-Nya pun tidak boleh dengan sesuka hati, melainkan harus mengikuti petunjuk Alloh yang telah disampaikan kepada nabi Muhammad melalui Jibril.  Alloh tidak ingin ia didekati dengan cara-cara yang dibuat manusia. Dalam Islam, instrumen untuk mendekati Alloh (ibadah) sudah bersifat FIX, tidak ada rekayasa ibadah dalam islam.
Sementara Rububiah, Alloh sebagai satu-satunya Tuhan yang menciptakan semua alam semesta, mewujudkan dari ketiadaan menjadi ada, serta memelihara apa yang dibutuhkan semua makhluqnya, tanpa memilah apakah orang kafir atau bukan.
Prinsip agama Islam,  semua amalan jika tidak dibangun atas Alloh sebagai illah dan rob, maka amalan itu sia-sia. Syarat suatu amalan dikatakan amal sholeh ialah pelaku amal itu harus nyata-nyata beriman kepada Alloh. Sebaik apapun amal menurut sudut pandang manusia, jika pelakunya tidak memiliki iman dalam hatinya, maka amal itu bukan amal sholeh. Ia hanya bermanfaat sebatas dunia, di akhirat kelak akan hilang tanpa bekas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

morzing.com dunia humor dan amazing!