Karena dulang besar sekarang ini sudah semakin jarang, belakangan ada menggunakan nare. Nasi dibulatkan, diberi aledan (alas nasi yang terbuat) dari daun enau tua.
Tak banyak yang aneh, jika dibalik aledan ron terdapat nilai-nilai budaya yang terkandung. Nilai-nilai kesucian dari gibungan, misalnya, nasi atau santapan lain yang akan dimakan secara bersama-sama, harus disajikan pada tempat sukla. Nilai yang paling kental pada aledan ron adalah pesan etikanya.
Pada aledan ron ada pesan atau petunjuk, bagaimana sebaiknya menempatkan sate dan pepare. Ini penting, sebab menaruh sate di atas gibungan, tak boleh sembarangan. Dalam megibung, sate ditaruh melintang atau membujur mengikuti garis aledan. Itu seolah menjadi aturan baku. Hal Ini agar jangan ada anggapan, peserta megibung yang lain diberikan katiknya (tusukan), sementara isi (dagingnya) berada dihadapannya sendiri. Dengan dasar etika aledan ron, maka ketersinggungan seperti itu terhindarkan. Tak ada alasan tersinggung, apalagi marah, bila secara kebetulan dihadapannya ditaruh katik (tusukan sate).
Sajian dalam megibung, adalah berbagai masakan khas Bali yang bahan dasarnya nyaris semuanya dari babi. Namun di Lombok (Sasak), dikenal juga gibungan tan keni. Sajian dalam gibungan tan keni sama masakan khas Bali. Cuma bedanya, bahan dasar yang dipergunakan. Gibungan tan keni, bahan dasarnya, bukan dari babi, melainkan kerbau, sapi, bebek, atau hewan lain yang bukan dari babi. Penggunaan bahan dasar sangat tergantung meriahnya resepsi. Bila resepsinya besar bahan dasarnya bisa jadi menggunakan kerbau, begitu seterusnya. Biasanya, gibungan tan keni diperuntukkan bagi mereka yang tidak memakan daging babi. Pemangku, dan bahkan umat Hindu di Lombok, banyak juga yang tidak memakan daging babi.
Pembuatan gibungan tan keni dilakukan di tempat khusus. Barang-barang yang dipergunakan, juga tak boleh dicampur aduk dengan bahan-bahan yang dipergunakan pada pembuatan gibungan biasa (babi). Hal ini dilakukan agar makanan tak keni tak tercemar babi. Karena itulah, mereka yang membuat gibungan tan keni dilakukan orang-orang yang belum ngarap (memelihara) babi. Kalau sebelumnya sempat ngarap (memelihara) babi, peralatan dan tangannya harus dibersihkan terlebih dahulu, baru kemudian ngarap ebatan dan lawar tan keni
Lesehan
Seperti apa gibungan itu? Mula-mula, disediakan dulang atau nare. Setelah diberikan aledan, nasi dibulatkan. Bulatan ini agak besar, mengikuti besarnya dulang. Nasi yang telah dibulatkan, lalu ditaruh di tengah-tengah dulang yang telah diberikan aledan. Selanjutnya, di atas nasi, ditaruh komoh (lauk). Keempat pojok dulang ditaruhkan garam. Disampingnya pepare yang terdiri berbagai jenis ebatan (lawar). Biasanya pepare yang disajikan pertama, terdiri dari dua jenis. Pepare ini juga disajikan dengan aledan,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar