Keberadaan penatuan dan diaken yang tergabung dalam dalam badan pekerja harian sebuah denominasi gereja sangat penting. Salah satu keutuhan sebuah jemaat tertentu, karena peran majelis gereja yang bertanggungjawab.
Apa saja tanggung jawa majelis gereja pada sebuah jemaat? Tentu tidak bisa disamakan untuk semua denominasi gereja karena masing-masing memiliki program kerja yang diputuskan sinodalnya. Program itu telah ditetapkan dalam sidang raya atau sidang sinode gerejawi.
Namun secara umum, tanggung jawab diaken dan penatua sangat penting dalam sebuah badan pelayanan berjemaat. Boleh dikata, tanggung jawab mereka lebih besar ketimbang tanggung jawab pendeta/guru injil.
Keberadaan majelis jemaat bagaikan parlemen umat untuk menyampaikan sesuatu rencana pelayanan yang datang dari jemaat. Begitu pun sebaliknya, majelislah yang menjembatani partisipasi anggota jemaat terhadap keutuhan sebuah panggilan kesaksian.
Meski secara garis koordinasi, seakan-akan pimpinan gereja bertanggungjawab penuh terhadap gereja dan jemaat. Namun itu bisa dibedakan khusus untuk pelayanan rutin hari Minggu dan kebaktian ke setiap ruma jemaat. Sedangkan yang bertanggungjawab antara anggota jemaat dengan gembala sidang/pendeta adalah majelis.
Berkaitan dengan itu karena tanggung jawab majelis, tidak sedikit juga majelis yang mengeritik pendetanya, bahkan rela mengusulkan penggantian. Padahal secara iman, sebenarnya kalau ada seperti itu, majelis tidak boleh bersikap seperti itu. Majelis harus bersikap sebagai mediator ketika ada sesuatu yang menyangkut pelayanan.
Demi keutuhan sebuah jemat, anggota majelis adalah tergolong dari kelompok organisatoris, psikolog, pemerhati, pekerja, loyal dan pejuang. ketika seseorang tidak memiliki salah satu di antara itu, kemungkinan peran dalam bergereja akan sangat tidak optimal. Bahkan tidak akan bisa dikatakan sebagai penerus masa depan gereja.
Ketika seorang majelis yang organisator, tentu dalam pemutasian gembala tidak serta-merta mengusulkan. Paling tidak harus mengetahui masa periodisasi setiap organiosasi, karena gereja juga adalah bagian dari sebuah organisasi untuk pembangunan iman umat manusia.
Begitu pula majelis sebagai psikolog, ketika ada anggota jemaat yang punya pergumulan berat---sebelum ditangani pendeta, tentu terlebih dulu mendapat perhatian dari majelis. Seorang majelis yang punya bakat seperti itu harus mampu memahami dan menyikapi setiap karakter anggota jemaat.
Ketika diaken/penatua adalah seorang pemerhati, tentu akan peka dengan masalah sosial yang terjadi dalam gereja atau di sekitarnya. perlu memahami akan profesi setiap anggota jemaat yang berbeda-beda, atau bahkan ada anggota gereja yang sulit mendapat pekerjaan akan menjadi perhatian para majelis.
Namun kalau anggota majelis ada yang memang seorang pekerja, bukan berarti dia (anggota red) yang harus mengerjakan semua pekerjaan. Maksudnya adalah dengan iman, majelis akan mengerjakan semua program pelayanan yang berkaitan dengan keutuhan jemaat sebuah gereja.
Apabila ada anggota majelis yang loyal dengan organisasi, tentu tetap akan memerhatikan kepentingan pelayanan baik ke dalam maupun keluar. Majelis tidak hanya sibuk dengan urusan gereja, tetapi perlu melihat dan bekerjasama dengan lembaga lain yang di luar organisasi gerejawai. Bahkan komunikasi dengan pemerintah dan lembaga-lembaga lain yang bisa saling memanfaatkan.
Keputusan hasil sidang sinode atau sidang raya dianggap sebuah tema yang akan mewarnai pelayanan selama satu periode. Tentu yang bertanggungjawab melaksanakan dan menerapkan semua keputusan untuk implementasi di gereja adalah majelis bekerjasama dengan pendeta. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar