Kepri Pulau Cinta Kasih Pengarang : Lisya Anggraini & A. Kohar Ibrahim Penerbit : Yayasan Titik Cahaya Elka, Batam BUKU unik baik disimak dari proses penyusunannya, subyek dan obyektifnya maupun penyusunnya itu sendiri. Yakni sepasang pengarang : Lisya Anggraini & A. Kohar Ibrahim. Salah sebuah dari beberapa buku kumpulan tulisan bersama yang merupakan impresi peninjauan ke Minangkabau dan Kepulauan Riau ini semula disiarkan Harian Batam Pos edisi Minggu di bawah rubrik masing-masing : « Impresi dari Eropa » (A. Kohar Ibrahim) dan « Impresi dari Tanah Tumpah Darah » (Lisya Anggraini). Keseluruhannya berjumlah 20-an naskah dengan judulnya masing-masing namun saling sambut menyambut ibarat gayung dengan muatan yang bernada irama spesifik dan unik. Mengungkap lagu cinta manusia dengan kaitan alam seputarnya. Kepulauan Riau. Kepri. Yang terdiri dari ribuan pulau, dengan Pulau Bintan yang tersohor dan Pulau Batam yang dinamis serta Pulau Penyengat yang legendaris sekaligus historis. Dengan kisah-kisah bersejarah dan dongengannya – yang puitis, romantis bahkan erotis. Pulau Penyengat pulau di mana tegak puncak kesusastraan melayu, dengan Raja Ali Haji yang seabad kemudian dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional berkat jasanya di bidang kebudayaan, khususnya bahasa dan sastra – dengan Gurindam Dua Belas nya yang masyhur ! Pulau Penyengat yang juga sebagai pernyatan kemesraan hubungan lelaki-perempuan yang dilengkapi dengan beragam karya tulis. Seperti antara lain terpercik dalam 2 kutipan pengisi kulit belakang dari penulis masing-masisng : « Tulisan tulisan itu sebagai bukti antitesis keindahan dan ketulusan cinta ternyata juga menjadi kajian dan renungan penulis melayu kepulauan Riau di masa lalu, » jelas Lisya Anggraini. « Di masa keintiman bukanlah menjadi bahan yang bisa dibicarakan secara terbuka, melainkan ketabuan yang hanya akan menjadi bahan bisik-bisik. Namun, meskipun dibungkus ketabuan, kebusukan dan kebebasan keintiman ternyata menjadi bagian dari perjalanan kehidupan. » « Pulau yang dalam pernyataan maupun kenyataannya adalah bukti cinta kasih seorang lelaki terhadap seorang perempuan yang luarbiasa, » tulis A. Kohar Ibrahim, « hingga menjadikan Pulau Penyengat itu sebagai mas kawin. Kongkritnya mas kasin dari Sultan Mahmud untuk kekasihnya yang dijadikan isteri bernama Tengku Raja Hamidah. Suatu peristiwa yang faktual lagi bersejarah yang ke-monumental-annya hanya bisa dibandingkan dengan Taj Mahal. » Tetapi, dalam buku ini pun mengurai-utarakan kreativitas pekerja kebudayaan dan penyair Melayu kontemporer seperti antara lain : Hasan Junus, Aswandi Syahri, Hendri Anak Rahman, Rida K Liamsi, Hoesnizar Hoed, Samson Rambah Pasir, Hasan Aspahani, Mur Pasaulan dan lainnya lagi. Demikian seberapa baris kata sekaitan buku „Kepri Pulau Cinta Kasih“ yang tebalnya 200-an halaman, penerbitan Yayasan Titik Cahaya Elka, Batam, 2006. Salah satu bukti sumbangan demi memperkaya kepustakaan sastra dan dan bahasa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar