PPC Iklan Blogger Indonesia

Sabtu, 14 Mei 2011

MASIH ADAKAH PELUANG PEMUDA MEMIMPIN?

DI NEGARA INIi, kita selalu diingatkan pada peran pemuda yang besar dalam memperjuangkan kemerdekaan, terlebih pada momentum hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2010. Sudah jelas bahwa pelajaran penting dari peristiwa Sumpah Pemuda 82 tahun yang lalu adalah kerelaan untuk bersatu di antara kaum muda terpelajar di Hindia Belanda dalam cita-cita pembangunan bangsa yang merdeka dari kolonialisme yang bernama Indonesia sehingga tidak terpecah-pecah dalam organisasi kedaerahan dan tidak mudah terjebak dalam politik pecah belah, adu domba atau devide et impera kolonialisme Belanda yang begitu lihai. Tekad untuk bersatu dan  merdeka itu juga sudah dibuktikan rakyat Indonesia dalam melawan gertakan dan serangan Inggris salah satu pemenang perang dunia II di Surabaya pada 10 November 1945, empat bulan sesudah proklamasi kemerdekaan itu sehingga hari itu disebut sebagai Hari Pahlawan, saking banyaknya rakyat yang gugur dalam membela Republik yang baru diproklamasikan itu.

Gagasan persatuan yang didengungkan pada peristiwa Sumpah Pemuda itu tentu tak luput juga dari ide Bung Karno yang sejak 1926 sudah berbicara tentang front persatuan di antara kekuatan revolusioner baik di kalangan Nasionalis, Islam dan Marxis. Walau peristiwa Sumpah Pemuda sendiri tak seheroik dalam arti ada upacara dan kepalan tangan pemuda sambil berteriak membacakan bait-bait sumpah seperti yang seakan  digambarkan pada generasi berikutnya sebagaimana disampaikan Hans Van Miert dalam bukunya Dengan Semangat Berkobar, Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di Indonesia, 1918-1930, Hasta Mitra-Pustaka Utan Kayu, 2003 halaman 506-509, Peristiwa Sumpah Pemuda itu terbukti terus menjadi alat persatuan yang ampuh dan berpengaruh hingga kini.

Jadi, soal landasan front persatuan di kalangan pemuda sendiri sebenarnya sudah diletakkan oleh para pejuang pendahulu. Nama Indonesia dan tuntutan Indonesia merdeka juga sudah populer beberapa tahun sebelum Sumpah Pemuda dicetuskan dalam kongres Pemuda II 27-28 Oktober 1928 itu. Bung Karno, 27 tahun, yang cukup berpengaruh di kalangan pemuda saat itu tentu saja sudah bisa disebut sebagai  senior dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia dibandingkan dengan para peserta kongres apalagi Bung Karno sudah membangunkan Partai Politiknya lebih dahulu. Kongres Pemuda itu sendiri adalah bagian dari ajang konsolidasi pergerakan kemerdekaan agar kaum muda terpelajar Indonesia tak larut dalam irama kehidupan kolonial. Front persatuan pemuda karena itu dipandang sangat penting untuk diwujudkan.

Selanjutnya peran pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan tanah air itu digambarkan dengan begitu besar oleh Ben Anderson dalam bukunya yang terkenal: Revolusi Pemuda. Pemuda menjadi kosa kata politik dalam perjuangan dan menjadi magnet yang menyeret kaum muda untuk terlibat dalam perjuangan bahkan secara politik, kaum muda kemudian tidak diletakkan dalam kategori umur tapi roh atau semangat muda. Ada apa gerangan? Kecuali kepentingan yang lebih besar untuk tetap menjaga politik front persatuan dalam melawan kolonialisme.

Setelah politik reformasi yang dicetuskan sejak 1998 mengalami kebuntuan, terseok-seok dalam perjalanannya dan bisa dikatakan gagal, sebagian kalangan mencetuskan ide untuk kepemimpinan kaum muda di Indonesia. Saatnya kaum muda memimpin, begitulah slogan yang disampaikan, menandakan bahwa kaum tua di negeri ini dinyatakan sudah tak sanggup lagi membawa Indonesia menuju keadilan dan kemakmuran. Berbagai dalih dan alasan untuk kepemimpinan kaum muda dikemukakan termasuk mencari landasan pengalaman sejarah kemerdekaan Indonesia yang digerakkan dan dipimpin oleh orang-orang yang rata-rata berusia muda. Misalnya yang sering dicontohkan adalah Ir. Setiadi Reksoprodjo yang menjadi Menteri Penerangan pada Kabinet Mr.Amir Sjarifuddin saat usia baru menginjak 20-an tahun.  Dalih yang lain adalah peran pemuda dalam kalender nasional Republik seperti Sumpah Pemuda dan peran atau tanggung jawab pemuda dalam masyarakat, keluarga dan bangsa yang digambarkan sebagai keharusan bertanggung jawab. Jelas bahwa pemuda yang harus memimpin itu dicarikan dalam kategori usia yang tidak terlalu tua, bukan pada jiwa muda yang berpikiran maju dan modern walau sudah cukup tua. Barangkali umur yang digambarkan untuk memimpin itu sekitar 50 tahun ke bawah. 

Dalam soal kepemimpinan nasional, kita memang dihadapkan pada banyak pilihan dan kategori yang membuat kita kadang tidak rasional sebagai bangsa yang merdeka 65 tahun yang lalu. Pilihan dan kategori itu berdasarkan emosi dan kepentingan jangka pendek. Selain kaum muda versus kaum tua itu masih sering dimunculkan asli dan tidak asli, Jawa atau bukan Jawa, Lelaki dan perempuan, Islam dan non Islam. Landasan kepemimpinan nasional tidak diletakkan pada kebutuhan riil yang dihadapi bangsa dan rakyatnya. Pada masa dahulu, di masa pergerakan kemerdekaan, kategori-kategori yang menyesatkan dan berkemungkinan memecah belah front persatuan itu disingkirkan.

Di tengah keterpurukan bangsa hari ini dan merangseknya kekuatan modal asing ke dalam negeri serta kampanye yang masif atas kegagalan kepemimpinan SBY-Boediono, masih adakah peluang pemuda memimpin? Bagaimana caranya? Peran pemuda memang cukup besar dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia tapi artikulasi politik mereka bukanlah atas nama pemuda. Para pemuda terpelajar atau tercerahkan oleh sebab lain itu mendirikan atau bergabung dalam berbagai organisasi kepartaian dan organisasi massa rakyat, termasuk kepemudaan sendiri. Karena itu politiknya tidaklah sempit atau picik yang justru bisa melemahkan kekuatan persatuan. Ataukah justru kampanye pemuda memimpin ini berpotensi melemahkan front persatuan yang ada atau sedang berproses untuk dibangun sebagaimana halnya mitos agen perubahan Orde Baru yang diletakkan pada pundak mahasiswa?

Dari sejarah, kita banyak belajar bagaimana politik pecah belah dijalankan untuk dapat melanggengkan politik penjajahan.

Kita pada hari ini memang perlu kepemimpinan nasional yang tangguh dan berani untuk melawan kepentingan asing dan mendahulukan kepentingan nasional. Kepemimpinan nasional di bawah SBY-Budiono masih bisakah diharapkan? Kalau bisa, buktikan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

morzing.com dunia humor dan amazing!