Salah satu musuh yang semestinya ditakuti para pekerja kreatif adalah plagiarisme. Tidak ada hal yang lebih hina dan memalukan selain plagiarisme. Sebagai penulis alias pekerja kreatif, saya pun sangat takut pada musuh yang satu ini. Kalau membaca secara detail pengertian plagiarisme itu sendiri, sepertinya musuh ini sangat nyata. Dalam artinya yang paling sempit, meminjam gagasan atau ide orang lain sudah termasuk plagiarisme. Padahal, sering kita terinspirasi oleh suatu gagasan yang dikemukakan sesama penulis, dan kemudian menuliskannya entah dalam bentuk prosa, puisi, karangan non-fiksi, dan sebagainya.
Terlalu sering kita dengar kasus plagiarisme di negara kita. Katanya sih plagiarisme umumnya dilakukan mahasiswa yang kepepet dengan banyaknya tugas sementara dia sendiri kepingin dapat nilai tinggi. Terjadilah yang namanya plagiarisme. Tetapi jika menyimak beberapa kasus plagiarisme yang dilakukan bahkan oleh guru besar (professor), kita lalu bertanya, “Kenapa kaum cendik pandai dan terhormat secara akademis justru melakukan pencurian gagasan, idea, pikiran orang lain?” Apakah tuntutan harus memproduksi karangan berdasarkan permintaan dan tenggat waktu tertentu mendorong mereka melakukan plagiarisme? Entahlah!
Saya terkejut ketika malam ini membaca berita singkat di Tempo Interaktif ( http://www.tempointeraktif.com/hg/sastra_dan_budaya/2011/03/31/brk,20110331-324231,id.html) yang mengabarkan dugaan plagiarisme yang dilakukan Taufik Ismail dalam puisinya berjudul KERENDAHAN HATI atas puisinya Douglas Malloch berjudul THE BEST OF WHAT EVER YOU ARE. Meskipun sang penyair kita belum banyak berkomentar mengenai isu dan gosip ini, kita sebagai pengagum puisi-puisi Taufik Ismail seharusnya terusik dengan masalah ini. Terlebih kalau kita membaca puisinya Douglas Malloch samping-menyamping dengan puisinya Taufik Ismail.
Coba deh rekan-rekan menyimak dan membandingkan kedua puisi di bawah ini. Menurut saya sih dekat banget dan terkesan menerjemahkan. Semoga saja sang penyair kita bisa memberi penjelasan lebih lanjut mengapa kemiripan yang kebangetan ini bisa terjadi.
Selamat menyimak dan memberi komentar selanjutnya!
BE THE BEST OF WHATEVER YOU ARE
By Douglas Malloch
If you can’t be a pine on the top of the hill,
Be a scrub in the valley — but be
The best little scrub by the side of the rill;
Be a bush if you can’t be a tree.
If you can’t be a bush be a bit of the grass,
And some highway happier make;
If you can’t be a muskie then just be a bass —
But the liveliest bass in the lake!
We can’t all be captains, we’ve got to be crew,
There’s something for all of us here,
There’s big work to do, and there’s lesser to do,
And the task you must do is the near.
If you can’t be a highway then just be a trail,
If you can’t be the sun be a star;
It isn’t by size that you win or you fail —
Be the best of whatever you are!
KERENDAHAN HATI
Oleh Taufik Ismail
Kalau engkau tak mampu menjadi beringin yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik, yang tumbuh di tepi danau.
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yangmemperkuat tanggul pinggiran jalan.
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten
tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri
Catatan: Kedua puisi di atas saya kutip dari Tempo Interaktif.com (31 Maret 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar