Mencoba Untuk Menjadi Salafi
Penafsiran kelompok Salaf terhadap ajaran Islam cenderung menggunakan metode harfiah dari literatur-literatur klasik yang ada. "Mereka mengingatkan saya terhadap Scalia dalam pendekatannya terhadap suatu teks." kata Bernard Haykel, seorang profesor di Universitas Princeton. Gerakan kelompok tersebut lazim berkembang di Jazirah Arab, Mesir dan Yordania selain juga memiliki sejumlah pengikut di Barat dari generasi kedua dan ketiga imigran muslim yang menghendaki Islam yang lebih otentik daripada apa yang orang tua mereka ajarkan.Beberapa siswa Sylvester mengatakan dalam wawancara mereka, kalau Sylvester sering memberi bantuan ke sekolah yang mewakili gerakan salaf di Amerika. Dalam gerakan tersebut, para pengikut cenderung berprinsip kalau umat Islam tidak boleh terlibat dalam bidang politik dan mengangkat senjata hanya jika dipanggil untuk bertugas di negara berpemerintah muslim, sedang tindakan yang menyalahi prinsip tersebut merupakan pemberontakan melawan pemerintah, yang melanggar hukum Islam.
Tetapi gerakan Salaf juga memiliki pengikut revolusioner yang lebih dikenal sebagai kelompok jihadis (termasuk didalamnya Osama bin Laden), yang berpendapat pemberontakan terhadap pemerintah diperbolehkan. Dengan kemunculan gerakan yang revolusioner, beberapa pengikut di sekitar Sylvester memutuskan untuk menjauhi siapapapun yang membawa ide pemberontakan, termasuk saat itu Ali At-Tamimi yang pada tahun 2005 dinyatakan bersalah oleh pengadilan atas tuduhan terlibat terorisme.
Hammami sendiri segera tertarik kepada gerakan Salaf. Gerakan ini memberinya rasa persaudaraan dan disiplin yang baru. Tapi di atas itu semua, ketertarikan tersebut tidak lain sebagai ‘alasan untuk tidak mematuhi ayahnya’ sebagaimana kesaksian Yusuf Stewart, seorang mualaf yang dekat dengan Hammami.
Shafik Hammami, ayah Hammami di kemudian hari mendapat kehormatan dengan menduduki jabatan presiden dewan kemakmuran masjid. Dalam banyak hal, ia menganut arus pemikiran muslim Amerika. Dengan jabatan yang ia pegang, Shafik mendapat pekerjaan yang nyaman sambil selalu berpakaian jas dan dasi, sementara anaknya mulai melangkah ke kampus dengan sorban merah tua dan thobe (sejenis jubah panjang yang digunakan oleh orang Arab teluk). Ia sering menghabiskan waktu luangnya bersama sekelompok mualaf salaf berkulit putih yang dijuluki ‘the Dixies’ oleh beberapa imigran muslim yang kurang suka terhadap aktifitas mereka. Dalam kelompok tersebut ada Stewart, 29, seorang pria berbadan tegap yang memiliki bisnis pencucian karpet, Bernie Culveyhouse dan teman-teman Omar lainnya dari sekolah tingkat lanjut di Daphne.
Seorang anak laki-laki dengan perawakan kurus, tinggi menjulang dan memiliki mata kebiru-biruan, begitulah Culveyhouse saat bertemu Hammami untuk pertama kali, saat terlibat dalam olahraga basket di kelas empat. Ia dibesarkan oleh orang tua tunggal, ibunya yang memiliki kebiasaan mabuk, berdandan dengan gaya ‘Harley honey’ dan berkeliaran di malam hari dengan pakaian serba hitam dari kepala hingga ujung kaki. Saat Culveyhouse memeluk Islam, ia adalah pemuda yang sedang berjuang melawan kecanduan terhadap ganja dan ekstasi, termasuk melawan kegagalannya lulus dari sekolah.
Dalam kelompok tersebut, setiap orang yang bergabung selalu menggunakan nama baru. Culveyhouse memilih Suhaib. Stewart menyebut dirinya Yusuf. Hammami kadang-kadang memilih panggilan Abu Hafsh, salah satu sahabat nabi yang sangat dihormati. Aktifitas mereka sering dilaksanakan diluar masjid, salah satunya adalah pertemuan mingguan dengan Sylvester untuk mengkaji permasalahan akidah dan akhlak.
Kajian tersebut berakibat pada perubahan besar pada Hammami. Ia mulai mencela gerakan Islam militan yang pernah ia bela sebelumnya. Ia yakin kalau umat Islam menderita karena mereka kehilangan ajaran agama mereka. Solusinya, menurut Hammami, bukan dengan mengangkat senjata, tetapi dengan melibatkan diri dalam jihad secara spiritual, menguatkan keimanan dengan ibadah yang lebih tekun. Tidak sekedar berbicara, ia bersama teman-temannya mencoba menerapkan keyakinan tersebut dalam hidup mereka dengan membuat aturan yang lebih ketat, beberapa diantaranya tidak boleh memandang perempuan, mendengarkan musik, difoto atau tidur dengan pantat mereka menghadap ke Mekah.
Dari kelompok itu sendiri, tidak ada seorang pun yang lebih ketat dari Hammami. Ia selalu bersikeras makan langsung dengan tangan kanannya seperti yang pernah dilakukan nabi, memakai celana di atas pergelangan kaki, dua ajaran yang memang sangat populer di kalangan Salaf.
Tapi bagi Shafik, ia justru menemukan beberapa keyakinan baru anaknya pantas dipertanyakan. Konflik yang telah lama terjadi di antara mereka kembali memuncak ketika Umar menolak untuk berpose dalam sebuah acara keluarga pada bulan April 2002, sehingga karena marah, Shafik memerintahkannya untuk pergi dari rumah.
Di Washington, D.C., kota dimana peristiwa 9 / 11 terjadi, Omar mengabdikan dirinya untuk dakwah, mempraktekkan penyebaran agama Islam. Cara yang ia ambil adalah bagaimana bisa memancing pertanyaan dari orang lain. Ia berjalan melalui Wal-Mart dan Arby dengan jubahnya, berharap bisa menarik orang lain untuk bertanya. Ia juga mengendarai Honda Civic merah dengan sebuah stiker tertempel di bagian belakang yang berbunyi: "Sebagai muslim kami percaya kepada satu Tuhan. Kami tidak menyembah batu, pohon atau manusia.”
Omar melakukan segala usaha dakwaknya dengan penuh percaya diri. "Semua orang menatap kami seolah-olah kami adalah Setan," kenang Culveyhouse.
Pernah suatu sore, sekelompok pemuda turun dari sebuah truk pickup mendekati Hammami dan Culveyhouse di dekat dermaga di bagian selatan Daphne, di mana mereka kadang-kadang membaca Alquran.
"Ini adalah tongkat yang saya sediakan untuk anak laki-laki yang mengenakan jubah." Kata salah seorang pria memperingatkan mereka sambil mengayun-ayunkan tongkat baseball ukuran mini.
Tapi Hammami tidak tinggal diam. Dalam sekejap, ia menuju mobilnya dan mengambil gagang kayu sekop yang sudah rusak. "Dan ini adalah tongkat yang saya sediakan untuk kayu bakar." Kata Hammami menimpali.[muslimdaily.net/NYT]
-Bersambung-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar