PPC Iklan Blogger Indonesia

Minggu, 19 Juni 2011

YESUS KRISTUS ADALAH SANG FIRMAN

Di dalam Perjanjian Lama, firman Allah atau devar YHVH adalah firman yang bekerja. Firman Allah adalah alat penyataan atau alat perkenalan Tuhan Allah, atau dapat dikatakan juga, bahwa firman Allah adalah wajah Allah yang diarahkan kepada dunia ini, atau segi Allah yang diarahkan kepada dunia ini. Bukankah dari firman dan karya Tuhan Allah itu kita dapat mengenal-Nya? Demikian juga, bahwa firman Allah tadi dihubungkan dengan penjadian dan pembaharuan penjadian ini.

Di dalam Injil Yohanes, firman Allah ini dihubungkan dengan Yesus Kristus. Sebab di situ disebutkan, bahwa firman Allah itu pada mulanya bersama-sama dengan Allah dan adalah Allah, tetapi kemudian telah menjadi manusia dan diam di antara kita, yang kemuliaan-Nya telah dilihat oleh Yohanes.

Dengan ini dinyatakan, bahwa Yesus Kristus, yaitu manusia Yesus Kristus, bukan berasal dari dunia ini, bukan berasal dari bawah, melainkan dari kekekalan, dari atas. Bagaimana kita harus mengartikan hal ini?

Pertama-tama harus diingat, bahwa maksud Yohanes dengan seluruh Injilnya (dari pasal 1 hingga pasal 21) adalah untuk menunjukkan, bahwa seluruh hidup Yesus Kristus adalah penyataan atau perkenalan Tuhan Allah, dengannya Tuhan Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai pencipta, penyelamat dan pembebas umat-Nya, atau sebagai sekutu umat-Nya. Seluruh hidup Kristus, sejak awal hingga akhirnya, dengan sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, serta kenaikan-Nya ke surga, semuanya itu adalah pengungkapan hakekat Tuhan Allah, yaitu bahwa Tuhan Allah adalah sekutu umatnya. Pokok pikiran Yohanes di dalam Injilnya itu ialah fungsi firman Allah sebagai alat penyataan Tuhan Allah, yang diungkapkan di dalam firman dan karya Yesus Kristus, seperti halnya dengan hakekat Tuhan Allah sebagai sekutu umat-Nya itu juga diungkapkan di dalam firman dan karya Yesus Kristus. Harus diingat, bahwa Yohaneslah yang mengungkapkan, bahwa barangsiapa melihat Yesus, ia melihat Allah Bapa.

Pokok pikiran Yohanes tersebut harus dipegang teguh, jika kita ingin mendekati kata-kata Yohanes yang mengungkapkan bahwa Firman itu pada mulanya bersama-sama dengan Allah dan Allah adanya. Sebab kata-kata itu bermaksud menunjukkan, bahwa Firman Allah yang disabdakan oleh Tuhan Allah, tidak boleh dipisahkan dari Tuhan Allah sendiri. Sejak pada mulanya Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Allah adanya. Firman itu disebut Allah, sebab hanya dengan Firman itulah Tuhan Allah menyatakan diri atau memperkenalkan diri, atau lebih tepat lagi: menyatakan atau memperkenalkan hakekat-Nya sebagai sekutu umat-Nya. Orang tidak dapat tahu sedikitpun tentang hakekat Tuhan Allah yang sejati tanpa Firman itu atau tanpa Sabda Allah yang disabdakan. Firman itu bukan sesuatu yang berada di samping Tuhan Allah atau di luar Tuhan Allah. Sebab Firman Allah itu adalah "Tuhan Allah sendiri di dalam penyataan-Nya". Firman Allah itu bukan Tuhan Allah di dalam zat-Nya atau tabiat-Nya, melainkan Tuhan Allah di dalam penyataan-Nya. Tuhan Allah di dalam firman dan karya-Nya yang menyelamatkan umat-Nya. Firman Allah adalah karya penyelamatan Allah. Tiada Firman Allah tanpa Allah, artinya: tiada penyataan, tiada perkenalan tanpa yang dinyatakan atau diperkenalkan, seperti halnya tiada karya Allah tanpa Yang Bekerja, yaitu Tuhan Allah sendiri.

Alkitab tidak pernah hanya membicarakan Tuhan Allah pada diri-Nya sendiri, tanpa karya atau penyataan-Nya. Oleh karena itu tidak mungkin Firman Allah tadi disebutkan lepas dari Tuhan Allah sendiri.

Jikalau Yohanes menyebut hal pra-eksistensi Firman (artinya, Firman itu telah ada sebelum dunia dijadikan), Yohanes tidak mengadakan spekulasi atau pandangan khayalan tentang Firman itu. Dengan kata-katanya di Yohanes 1:1 yang sederhana ini Yohanes hanya ingin mengajarkan, bahwa Firman Allah tadi bersama-sama dengan Allah dan Allah adanya. Di dalam bab 1 dari Injilnya itu, Yohanes sama sekali tidak bermaksud berspekulasi mengenai Firman. Setelah Yohanes sebentar menyebutkan asal Firman itu, segeralah ia membicarakan karya Firman, yaitu bahwa segala sesuatu dijadikan olehnya dan diselamatkan-Nya. Dengan Yohanes 1:1 itu seolah-olah kita diajak sebentar menjenguk ke belakang penampakan Yesus Kristus, yaitu Firman yang telah menjadi manusia, untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus bukanlah berasal dari bawah, melainkan dari atas, titik. Lebih dari itu Yohanes tidak menghendakinya. Maka kita juga tidak perlu menyelidiki, bagaimana keadaan di belakang layar Yesus Kristus itu. Menurut Yohanes, yang penting bukanlah apa yang di belakang layar, melainkan apa yang dikerjakan Yesus Kristus untuk menyelamatkan umat Allah. Yohanes ingin menunjukkan, bahwa jikalau Yesus Kristus disebut Firman yang semula bersama-sama dengan Allah dan Allah adanya, hal itu dinyatakan di dalam karya penyelamatan-Nya. Dari karya penyelamatan-Nya yang diuraikan di seluruh Injil Yohanes, orang boleh mengetahui, bahwa Yesus Kristus adalah Firman yang pada mulanya bersama-sama dengan Allah dan Allah adanya. Karya penyelamatan yang diuraikan di seluruh Injil Yohanes adalah bukti bahwa Yesus Kristus bukan berasal dari bawah, melainkan dari atas.

Apa yang dikemukakan oleh Yohanes di dalam awal Injilnya ini juga terdapat di dalam surat Ibrani, yaitu Ibrani 1:1-3. Di situ disebutkan, bahwa penjadian dunia ini terjadi karena Anak Allah, dan bahwa Anak Allah itu adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah.

Ungkapan yang mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah cahaya kemuliaan Allah itu berarti, bahwa Ia memiliki kemuliaan yang sama dengan Allah dan menjadi cermin yang memantulkan kemuliaan Allah. Adapun ungkapan yang mengatakan, bahwa Yesus Kristus adalah gambar wujud Allah berarti, bahwa Ia menampakkan hakekat Allah yang sejati, yaitu bahwa Tuhan Allah adalah sekutu umat-Nya. Jadi Ibrani 1:1-3 ini menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah alat penyataan Tuhan Allah yang sempurna (Sama dengan arti ungkapan: Firman).

Jadi di dalam surat Ibrani, firman Allah dihubungkan dengan Anak Allah dan dengan karya-Nya di dalam penjadian dan pembaharuan penjadian. Hal yang demikian sama dengan apa yang disebutkan di Yohanes 1. Selain daripada itu, perhatian penulis surat Ibrani juga tidak berhenti pada hal mengadakan pemandangan yang panjang lebar mengenai kesamaan Yesus Kristus dengan Tuhan Allah. Sebentar ia menunjukkan kepada hubungan yang kekal di antara Allah Bapa dan Anak, akan tetapi segera ia mengarahkan perhatiannya kepada karya penyelamatan Anak itu. Juga dari ayat-ayat dalam surat Ibrani ini jelas, bahwa Yesus Kristus adalah Allah di dalam penyataan-Nya. Ia adalah Allah, dilihat dari segi ini, bahwa di dalam Dialah Tuhan Allah menyatakan diri-Nya, bahwa di dalam Dialah Tuhan Allah sendiri menyatakan hakekat-Nya sebagai sekutu umat-Nya.

Gagasan yang sama dengan ini juga diungkapkan oleh Rasul Paulus di dalam suratnya yang kepada jemaat Filipi, yaitu di Filipi 2:6-8. Di Filipi 2:6 disebutkan, bahwa Yesus Kristus semula dalam rupa Allah atau dalam wujud Allah [en morphê theou]. Menurut para ahli, kata morphê di sini menunjuk kepada kata yang dalam Kejadian 1:26 diterjemahkan dengan gambar Allah dan yang dalam Kolose 1:14-15 juga diterjemahkan demikian. Jikalau demikian, maka di Filipi 2:6 ini Rasul Paulus menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah gambar Allah, yang semula ada pada Allah, dan yang kemudian mengosongkan diri-Nya menjadi manusia. Menjadi gambar Allah berarti: terpanggil untuk menampakkan di dalam hidupnya hidup ilahi. Manusia pertama dijadikan menurut gambar Allah atau menurut gambar dan rupa Allah. Hal ini berarti, bahwa manusia dipanggil untuk menampakkan di dalam hidupnya hidup ilahi. Padahal itu hanya mungkin, jikalau manusia mentaati kehendak Tuhan Allah. Akan tetapi manusia pertama tidak setia kepada tugasnya. Tidaklah demikian keadaan Yesus Kristus. Sekalipun Anak Allah adalah gambar Allah, artinya terpanggil untuk menampakkan hidup ilahi, namun Ia tidak berbuat seperti yang telah diperbuat oleh manusia pertama. Ia setia kepada tugas-Nya. Kesetiaan-Nya dinyatakan di dalam hal ini, bahwa Ia mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba dan merendahkan diri-Nya serta taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Jadi bahwa Kristus adalah gambar Allah hal ini dinyatakan di dalam karya penyelamatan-Nya.

Jadi di sini tiada spekulasi mengenai pra-eksistensi Anak Allah. Setelah Rasul Paulus sebentar menunjukkan kepada asal Anak Allah, segeralah ia menunjukkan karya-Nya yang membuktikan hakekat-Nya sebagai gambar Allah tadi.



13a. KRISTUS SEBAGAI GAMBAR ALLAH


Mengenai Kristus sebagai gambar Allah diuraikan juga di Kolose 1:14-15, 2 Korintus 4:4 dan Ibrani 1:3. Juga dari ayat-ayat ini tampak bahwa jikalau Kristus disebut gambar Allah yang tidak kelihatan, hal itu menunjuk kepada fungsi Kristus sebagai penyataan Tuhan Allah. Dengan cara yang tampak, yaitu di dalam karya penyelamatan-Nya, Kristus menyatakan Tuhan Allah.

Sebagai Anak Allah, Yesus adalah gambar Allah yang di dalam hidup-Nya menampakkan kehidupan ilahi secara sempurna, yang oleh karenanya disebut Allah.

Demikianlah Anak Allah, kecuali disebut Firman, yang bersama-sama dengan Allah dan Allah adanya, juga disebut gambar Allah yang menampakkan hidup ilahi. Dan semuanya tampak di dalam karya penyelamatan-Nya.

Kepada dua macam kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya mengenai Yesus sebagai Anak Allah (yaitu hanya di dalam Dialah fungsi Anak Allah dilaksanakan dengan sempurna dan bahwa Dialah mencerminkan hidup ilahi di dalam seluruh hidup-Nya), dapat ditambahkan (berdasarkan uraian tambahan), bahwa jikalau Yesus Kristus disebut Anak Allah, hal itu bukan berarti bahwa Ia identik dengan Bapa, sebab Ia adalah Allah di dalam karya-Nya, atau Allah di dalam penyataan-Nya. Hal ini sama dengan Firman. Sekalipun Firman disebut Allah, hal itu tidak berarti, bahwa Firman itu identik dengan Allah. Juga sama dengan halnya gambar Allah, yang mencerminkan hidup ilahi, namun tidak identik dengan Allah.

Sekalipun demikian tidak boleh disimpulkan, bahwa Anak Allah adalah suatu Allah di samping Bapa, sehingga keduanya berada berdampingan. Yesus Kristus adalah Allah di dalam penyataan-Nya. Maka Anak Allah bukanlah Bapa dan sebaliknya Bapa bukanlah Anak. Anak Allah adalah Firman Allah, Sabda Allah, yang tidak dapat dipisahkan dengan Allah, dan Anak Allah adalah gambar Allah, yang tidak dapat dipisahkan dengan Allah sendiri.

Allah adalah Bapa di dalam penyataan-Nya atau karya-Nya sebagai sekutu umat-Nya, yang telah mengambil inisiatif atau prakarsa untuk menyelamatkan umat-Nya, dan yang telah memanggil umat-Nya untuk menjadi sekutu-Nya, atau menjadi anak-Nya, yang harus mentaati kehendak-Nya.

Allah adalah Anak di dalam penyataan-Nya atau di dalam karya-Nya untuk merealisasikan hakekat-Nya sebagai sekutu umat-Nya, ketika umat gagal memenuhi fungsinya sebagai umat Allah. Allah adalah Anak, yang telah merealisasikan tugas-Nya dengan sempurna, yaitu dengan ketaatan-Nya hingga di kayu salib.



13b. SANG FIRMAN DAN ROH KUDUS


Mengenai Roh Kudus dapat dikatakan, bahwa penyataan Tuhan Allah sebagai Roh juga berpusat pada Kristus.

Hal ini jelas dari wawancara yang diadakan oleh Yesus dengan orang perempuan Samaria di Yohanes 4. Segera orang perempuan Samaria itu menduga, bahwa Yesus adalah seorang nabi, segeralah ia mempersoalkan hal tempat di mana orang dapat menyembah Tuhan Allah dengan sebenarnya, yaitu: di bukit dekat Samaria itukah (seperti yang diajarkan oleh bangsanya) atau di Yerusalem (seperti yang diajarkan oleh orang Yahudi)? Yesus menjawab, bahwa saatnya akan datang, bahwa orang akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem, sebab Allah itu Roh, dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.

Ungkapan "Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran" biasanya diterangkan demikian (terlebih-lebih oleh para orang kebatinan), bahwa cukuplah orang menyembah Allah di dalam batinnya, sebab Tuhan Allah adalah Roh, zat yang halus. Akan tetapi keterangan yang demikian itu sebenarnya tidak cocok dengan yang dimaksudkan oleh bagian Alkitab ini.

Jikalau di sini disebutkan, bahwa Tuhan Allah adalah Roh, hal ini bukan berarti, bahwa Tuhan Allah adalah zat yang halus, yang tidak dapat diamati oleh indera manusia, seperti yang diajarkan oleh Plato. Kata Roh di sini harus dilihat dari latar belakang Perjanjian Lama, yaitu bahwa Tuhan Allah adalah "sumber hidup yang dengan aktif menghidupkan". Tuhan Allah adalah Roh, berarti bahwa Tuhan Allah adalah Allah yang hadir berbuat, yang kehadiran-Nya memberikan daya hidup. Barangsiapa yang hendak menyembah Tuhan Allah yang kehadiran-Nya adalah kehadiran yang berbuat secara dinamis, ia harus juga menyembah-Nya dengan roh, artinya: ia harus menyembah Tuhan Allah "di tempat di mana kehadiran-Nya secara dinamis atau secara aktif dirasakan". Selanjutnya disebutkan, bahwa barangsiapa yang menyembah Tuhan Allah yang demikian itu, ia harus menyembah-Nya dengan kebenaran, artinya: ia harus menyembah Tuhan Allah "di tempat kesetiaan-Nya kepada perjanjian-Nya dirasakan". Jadi menurut kata Yesus, menyembah Tuhan Allah dalam roh dan kebenaran berarti: menyembah Tuhan Allah di tempat Tuhan Allah hadir dengan nyata dengan karya-Nya untuk menampakkan kekuatan kesetiaan-Nya, yang dilaksanakan dalam firman dan karya-Nya sebagai sekutu umat-Nya.

Bahwa perempuan Samaria mengerti maksud Yesus yang demikian itu, jelas dari kata-katanya, bahwa jikalau Mesias, yang juga disebut Kristus datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada mereka. Kata-kata itu menunjukkan, bahwa perempuan itu tahu, bahwa Mesias atau Kristus menjadi penjelmaan Allah sebagai sekutu umat-Nya, yang akan memberitahukan di mana Allah hadir dengan kekuatan kesetiaan-Nya. Pengakuan yang demikian itulah yang dinanti-nantikan oleh Yesus dari perempuan Samaria tersebut. Oleh karena itu segeralah Yesus berkata, bahwa Dialah Mesias yang juga disebut Kristus, yang diharapkan para orang Samaria itu.

Jadi menurut Yesus, sekarang di dalam diri-Nya orang dapat menyembah Tuhan Allah dengan kehadiran-Nya yang mendatangkan hidup. Sebab itu, Yesus Kristus adalah kehadiran Tuhan Allah sebagai Roh dalam karya-Nya yang menghidupkan.

Dari uraian ini kiranya jelas, bahwa gambaran Alkitab mengenai Tuhan Allah adalah bahwa Tuhan Allah adalah Allah yang hidup dan bekerja, dan yang senantiasa bekerja. "Bapaku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." Allah yang senantiasa bekerja ini telah mencurahkan hidup-Nya kepada dunia yang dijadikan-Nya. Dengan "menjadikan" itu Tuhan Allah telah menjadi Roh yang menghidupkan. Dan selanjutnya dengan Roh-Nya itu, Tuhan Allah juga telah memelihara dan melangsungkan hidup dunia ini.

Demikianlah arti ungkapan Roh di dalam Perjanjian Baru sama dengan ungkapan Roh di dalam Perjanjian Lama.


Bagaimana hubungan Roh ini dengan Yesus sebagai Anak Allah?

Di dalam Perjanjian Lama, raja disebut anak Allah. Hal itu disebabkan karena di dalam raja itu telah terangkumkan seluruh umat Israel sebagai anak Allah. Raja di Israel mewakili seluruh umat Allah sebagai sekutu Allah. Oleh karena itu Roh Allah atau kekuatan ilahi yang dinamis juga bekerja pada raja itu.

Di dalam Perjanjian Lama, kedudukan Mesias sebagai hamba Tuhan juga mendapat tugas yang khas dari Tuhan Allah, dan oleh karena itu Roh Allah juga bekerja di dalam Mesias sebagai Hamba Tuhan. Di situ Roh Allah bekerja sebagai roh hikmat dan pengertian, sebagai roh nasehat dan keperkasaan, sebagai roh pengenalan dan takut akan TUHAN. Di dalam Mesias itu terangkum juga seluruh umat-Nya, sebab Ia mewakili umat-Nya di dalam karya-Nya.

Karya Kristus yang dilakukan atas nama Allah Bapa adalah karya Allah Bapa sendiri di dalam hendak menyelamatkan umat-Nya. Maka karya Kristus di dalam penyelamatan-Nya itu dapat juga dipandang sebagai pelaksanaan Roh atau kekuatan ilahi yang dinamis di dalam menyelamatkan umat-Nya.

Jadi ada hubungan yang erat sekali di antara karya Kristus sebagai Anak Allah dan karya Roh Kudus sebagai kekuatan ilahi atau daya ilahi. Hubungan itu demikian eratnya, hingga Roh Kudus juga disebut Roh Kristus. Kristus mendatangi para orang milik-Nya di dalam Roh dan di dalam Roh itulah Ia bersama-sama dengan mereka. Di Yohanes 14:18 umpamanya, Yesus berkata, bahwa Ia tidak akan meninggalkan para murid-Nya sebagai yatim piatu, sebab Ia akan datang kembali kepada mereka. Dan kedatangan-Nya itu adalah kedatangan di dalam Roh. Di Matius 28:20 Yesus berjanji, ia menyertai para murid-Nya senantiasa sampai kepada akhir zaman. Dan hal ini juga terjadi di dalam Roh.

Demikianlah Alkitab menyamakan Roh dengan Kristus. Di 1 Yohanes 3:24 disebutkan, kita mengetahui bahwa Allah ada di dalam kita itu dari Roh yang telah dikaruniakan kepada kita.


* 2 Korintus 3:17
LAI TB, Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.
KJV, Now the Lord is that Spirit: and where the Spirit of the Lord is, there is liberty.
TR, ο δε κυριος το πνευμα εστιν ου δε το πνευμα κυριου εκει ελευθερια
Translit, ho de kurios to pneuma estin ou de to pneuma kuriou ekei eleutheria


Telah ditunjukkan juga, bahwa di dalam Perjanjian Lama, Firman dan Roh dianggap sebagai sinonim.
Jika Roh itu seolah-olah diidentikkan dengan Kristus, maka yang dimaksud adalah "Kristus yang telah dibangkitkan dan dimuliakan". Dapat dikatakan, bahwa Roh Kudus adalah kekuatan ilahi, dengan-Nya Yesus yang telah dimuliakan itu hadir dan bekerja di dalam gereja-Nya. Roh Kudus adalah Yesus sendiri, sepanjang Yesus Kristus yang telah dimuliakan itu menyerahkan diri-Nya kepada umat-Nya hingga dapat dialami oleh umat-Nya.

Dapat dikatakan, bahwa Roh Kudus adalah Yesus Kristus yang telah dimuliakan itu hadir berbuat.

Seperti halnya dengan hubungan Bapa dan Anak, demikianlah halnya dengan hubungan antara Kristus dengan Roh Kudus. Allah Anak dapat disamakan dengan Allah Bapa dilihat dari segi ini, bahwa Allah Anak adalah Allah Bapa yang bekerja untuk menyelamatkan. Demikian juga Roh Kudus dapat disamakan dengan Kristus, Anak Allah, dilihat dari segi ini, bahwa Roh itu adalah Kristus yang hadir berbuat untuk menjadikan orang-orang milik-Nya menikmati hasil karya penyelamatan-Nya.

Sama halnya dengan kesamaan Bapa dan Anak, demikianlah harus dikatakan, bahwa kesamaan Kristus dengan Roh Kudus itu bukanlah kesamaan di dalam segala hal. Roh Kudus adalah Kristus sebagai Tuhan yang telah dimuliakan, bukan sebagai Kristus yang menderita.


Bagaimanakah rumusan hasil penyelidikan terhadap bahan-bahan dari Alkitab ini?


Seperti yang telah dikemukakan, Gereja kuno merumuskan keyakinannya tentang Allah Tritunggal itu demikian, bahwa Tuhan Allah adalah satu dalam zat-Nya dan tiga dalam pribadi-Nya (una substantia, tres personae), atau dalam bahasa Yunani: satu dalam ousia-Nya, dan tiga dalam hypostasis-Nya.

Juga telah dikemukakan, bahwa ungkapan pribadi atau oknum sebenarnya pada zaman sekarang ini telah tidak dapat diterapkan lagi kepada ajaran tentang Allah Tritunggal, karena ungkapan ini sekarang telah mempunyai arti yang berlainan sekali dengan yang semula dimaksudkan oleh Gereja kuno tadi.

Juga telah dikemukakan, bahwa cara mengungkapkan ketritunggalan dengan istilah-istilah substansi dan persona itu masih terlalu dipengaruhi oleh gagasan Plato tentang adanya tabiat ilahi yang halus, yang akali dan rohani, yang tidak dapat diamati oleh indera manusia, dan lain sebagainya. Pokoknya keterangan yang tidak berdasarkan kepada gagasan Alkitab.

Alkitab tidak pernah mengadakan spekulasi mengenai zat Allah. Para penulis Alkitab tidak pernah menguraikan hakekat Allah dengan menarik kesimpulan-kesimpulan dari hukum akal mengenai yang wajib, yang mustahil, dan yang jaiz. Menurut Alkitab, hakekat Tuhan Allah adalah bahwa Ia menjadi sekutu umat-Nya. Dan hakekat ini diungkapkan di dalam firman dan karya-Nya. Bahwa Tuhan Allah adalah sekutu umat-Nya, hal itu dengan jelas diwujudkan di dalam hakekat Yesus, bukan dalam zat-Nya, melainkan dalam firman dan karya-Nya. Hakekat Tuhan Allah adalah hakekat dalam karya-Nya. Ia adalah Mahatinggi dalam firman dan karya-Nya. Ia adalah kudus dalam firman dan karya-Nya. Ia adalah esa dalam firman dan karya-Nya, demikian seterusnya. Demikian juga halnya dengan penyataan-Nya sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ketiga-tiganya adalah penyataan hakekat Tuhan Allah sebagai sekutu umat-Nya yang dinyatakan di dalam firman dan karya-Nya. Tuhan Allah adalah Bapa di dalam firman dan karya-Nya, Ia adalah Anak di dalam firman dan karya-Nya, dan ia adalah Roh Kudus di dalam firman dan karya-Nya. Ketritunggalan Allah adalah ketritunggalan di dalam firman dan karya-Nya.

Sebenarnya tiada keberatan sedikitpun untuk menyebut Bapa, Anak, dan Roh Kudus sebagai υποστασις – HUPOSTASIS atau cara berada, asal υποστασις – HUPOSTASIS itu tidak diterangkan secara statis, melainkan secara aktif, secara dinamis, sebab hakekat Tuhan Allah adalah suatu hakekat dalam keaktifan atau dalam karya-Nya.


Artikel terkait :
YESUS KRISTUS SANG FIRMAN, di yesus-kristus-sang-firman-vt585.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

morzing.com dunia humor dan amazing!